Gue Enggak Cengeng, Bawa Kedai ke Rumah

Selasa, 02 Juni 2020 - P Suryo R

ALIH-alih hanya bengong #DiRumahAja tanpa berbuat apapun, pria bernama Nur Hidayatullah dan istrinya Ria Zultriana memboyong usahanya ke rumah. Suami istri ini memiliki usaha kuliner yang mereka sebut sebagai kedai. Kedai yang mereka beri nama No-No Chan (Nongkrong Nongkrong Chantik) harus tutup sementara sejak Jakarta menyatakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Meskipun kedainya kecil, namun sudah cukup dikenal pada aplikasi ojol. Begitu juga dengan pembeli yang makan di tempat. Sajian menu kekinian menjadikan kedai ini diterima oleh warga seputaran Buaran, Jakarta Timur.


Baca Juga:

Kita Enggak Cengeng!

nonochan
Kedai kopi dan kuliner No-No Chan (Foto: kedai-kopi-nonochan)

Ketika badai COVID-19 menerpa Indonesia, Boing, demikian akrabnya, dan istrinya harus rela menutup pintu kedainya. Apalagi pada waktu itu kondisi rumahnya yang ada di Bekasi belum rampung dari terpaan banjir di awal tahun 2020.

Meskipun kondisi rumahnya tidak berantakan, namun membuat situasi hati menjadi galau. Kedai yang menjadi pengobat kegalauan saat rumah diterpa banjir, membuat keduanya seolah tertampar lagi.

Meskipun demikian keduanya menjalaninya seperti mengikuti arus saja. Mereka sadar kalau menentang aturan yang ada akan dapat berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat. Ketimbang dituding sebagai penyebar COVID-19, mereka mengemasi stok bahan makanan ke rumah.

Stok bahan makanan seperti daging beku dan olahan, pasta atau roti, tak mungkin disimpan begitu saja. Kalau dikonsumsi sendiri juga tidak mungkin dapat dihabiskan. Selain itu mereka harus memikirkan roda perekonomian dan keuangan keluarga harus terus berputar.


Baca Juga:

Gerakan Bayarin Kontrakan Pastikan Masyarakat Terdampak COVID-19 Aman di Kontrakan!

nonochan
Karena PSBB kedai kopi No-No Chan harus tutup sementara. (Foto: kedai-kopi-nonochan)

Dengan tekad yang sama sewaktu pertama kali membangun kedai mereka, keduanya mulai membuat pondasi kedainya berada di rumah. Namun mereka tidak lantas membuka usahanya di rumah dengan memasang meja dan kursi. Sama sekali keduanya tidak memasang plang nama kedainya di rumah.

"Gue mulai dari tingkat lingkungan terdekat dulu, RT. Gue tawarin makanan A dengan open PO 30 porsi. Hasilnya lumayan hampir terpenuhi pesanan dari prosi yang gue tawarin," jelas Boing.

Dari terobosannya itu, menu yang ditawarkan kemudian beragam seperti yang ada di menu kedainya. Perkembangannya juga menggembirakan, pasarnya kemudian meluas ke tingkat RW. Meskipun pemasukan tidak sama dengan kedainya, namun Boing boleh tersenyum usahanya sudah kembali bergulir.

"Malahan ada yang sharing info menu-menu gue sampai ke ibu-ibu PKK tingkat kelurahan," kata Ria menambahkan.

Baca Juga:

Meski Kondisi Sulit, Riri Mestika Tetap Dukung Barista Asuh untuk Bangkitkan Semangat Para Barista

nonochan
Pasangan suami istri Boing dan Ria yang enggak cengeng menghadapi pandemi COVID-19. (Foto: dok. pribadi)

Boing juga melakukan perubahan delivery menu-menu yang dibeli oleh pelanggannya. Kalau dahulu dengan jasa ojol pesanannya sudah sampai ke tangan pelanggannya, sekarang dia harus mengantarkannya sendiri.

"Nganter ke yang ngorder enggak jauh-jauh juga, masih seputaran kompleks aja. Perumahan gue disini lumayan luas jadi udah berasa punya orderan kayak zaman sebelum pandemi. Kadang malah ada satu-dua yang orderannya dari luar kompleks," kata Boing lagi.

Yang dilakukan Boing dan istrinya seusai dengan geliat yang ada di dalam masyarakat. Gerakan tersebut juga bermunculan di ranah lain untuk menegaskan kita enggak ngeluh tapi berbuat sesuatu.

Seperti merahputih.com menaja tema "Kita Enggak Cengeng". Tema tersebut merupakan selfhealing terhadap segala keluhan sekaligus anjuran New Moral agar tidak cengeng, bangkit, berdiri di kaki sendiri, dan kalau bisa membantu sesama menghadapi New Normal. (psr)


Baca Juga:

Masih Bingung Cara Ikut Gerakan Barista Asuh? Gampang Benget, Ini Panduannya!

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan