Green Jobs yang Kian Dilirik Anak Muda
Sabtu, 02 Desember 2023 -
KETERTARIKAN mahasiswa terhadap pekerjaan hijau (green jobs) yang ramah lingkungan terus bertumbuh. Menurut riset Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Suara Mahasiswa (Suma) Universitas Indonesia (UI), 98% orang muda percaya bahwa green jobs memberikan peluang karier menarik.
Pemimpin Redaksi Suma UI Dian Amalia Ariani mengatakan, mini-riset itu dilakukan bersama dengan Yayasan CERAH Indonesia. Dia mengatakan bahwa ketertarikan anak muda terhadap green jobs tidak terlepas dari kekhawatiran terhadap dampak krisis iklim dan degradasi lingkungan yang makin parah.
Baca Juga:

Saat mencari pekerjaan, mereka tidak hanya mempertimbangkan penghasilan. Namun ingin pekerjaannya berdampak positif bagi lingkungan. Sayangnya, masih banyak hambatan yang dihadapi dalam mengakses green skills.
“Informasi tentang pekerjaan hijau saat ini masih kurang atau bahkan tidak dapat diakses,” ujar Dian, diakses dari laman UI, Kamis (30/11).
Bulan lalu diselenggarakan diskusi bertajuk Pekerjaan Hijau di Mata Anak Muda, Bagaimana Prospek Karier dan Tantangannya di Ruang Apung Perpustakaan Pusat UI. Saat itu UI menghadirkan perwakilan dari pemerintah dan para praktisi lingkungan.
Mereka adalah Pelaksana Tugas Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Bappenas, Maliki, Senior Project Development Manager Akuo Energy, Dallih Warviyan, dan Manajer Kebijakan dan Advokasi Koaksi Indonesia, Azis Kurniawan.
Maliki menekankan bahwa pekerjaan hijau bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. Ia menyoroti berbagai manfaat yang dihasilkan dari pekerjaan hijau. Seperti manfaat ekonomi, pengurangan emisi, dan peningkatan lapangan kerja.
Menurut Maliki, kebutuhan industri pada tenaga kerja hijau belum seimbang. Sehingga hal itu menjadi peluang bagi anak muda untuk memainkan peran penting dalam menjembatani kesenjangan tersebut.
“Bappenas saat ini sedang menyusun peta jalan pengembangan sumber daya manusia menuju pekerjaan hijau. Dalam menghadapi krisis lingkungan dan iklim, transisi ke pekerjaan hijau diharapkan menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari dan menciptakan dampak positif yang signifikan. Ada kekhawatiran bahwa uang di green jobs itu tidak menjanjikan. Untuk sekarang mungkin belum, tetapi untuk 10–15 tahun ke depan karena semua akan green, itu akan lebih kompetitif,” ungkap Maliki.
Baca Juga:

Prospek cerah dari green jobs disampaikan oleh Dallih, yang memiliki prospek cerah karena adanya berbagai pekerjaan baru yang muncul akibat krisis iklim.
Ada banyak pekerjaan hijau yang belum banyak diketahui khalayak, misalnya sustainability manager, wind turbine engineer, solar energy specialist, hingga environmental health and designer. Sayangnya, ia mencatat bahwa peningkatan green jobs tidak sebanding dengan peningkatan green skills.
“Kebutuhan akan green jobs muncul dari industri baru, juga industri konvensional. Hanya saja, peningkatan green jobs naik 8% dalam durasi lima tahun (2016–2021). Namun tidak dibarengi dengan green skills yang hanya naik 6%. Jadi, demand-nya ada, supply-nya belum mencukupi,” kata Dallih.
Melihat tantangan tersebut, Azis menuturkan pentingnya sinergitas dari lembaga pendidikan dan pemerintah untuk mempromosikan pekerjaan hijau kepada masyarakat. Karena masih banyak miskonsepsi di kalangan mahasiswa dan masyarakat terkait pekerjaan hijau.
“Mahasiswa yang dekat dengan isu lingkungan masih banyak yang miskonsepsi. Apalagi kalau kita menyurvei masyarakat umum, pasti lebih banyak lagi. Oleh karena itu, dibutuhkan program peningkatan kesadaran melalui kampanye, serta upaya penguatan melalui peraturan perundang-undangan,” kata Azis.
Diseminasi mini-riset dan diskusi publik mengenai pekerjaan hijau tersebut merupakan salah satu rangkaian dari acara Klinik Jurnalistik yang diadakan oleh Suma UI. (Imanha/Jawa Barat)
Baca Juga:
Industri Kreatif Berkembang, Skill Creative Thinking makin Penting