Gangsing, Mainan Tradisional Favorit Semua Kalangan

Selasa, 15 Maret 2016 - Selvi Purwanti

MerahPutih Budaya - Gasing atau Gangsing adalah mainan yang bisa berputar pada poros dan berkesetimbangan pada suatu titik. Gasing merupakan mainan tertua yang ditemukan di berbagai situs arkeologi dan masih bisa dikenali.

Selain merupakan mainan anak-anak dan orang dewasa, gasing juga digunakan untuk berjudi dan ramalan nasib. Umumnya sebagian besar gasing dibuat dari kayu, walaupun sering juga kita melihat gasing yang dibuat dari plastik, atau bahan-bahan lainnya.

Sejumlah daerah memiliki istilah berbeda untuk menyebut gasing. Masyarakat Jawa Barat dan DKI Jakarta menyebutnya gangsing atau panggal. Masyarakat Lampung menamaninya pukang, warga Kalimantan Timur menyebutnya begasing, sedangkan di Maluku disebut Apiong dan di Nusatenggara Barat dinamai Maggasing. Hanya masyarakat Jambi, Bengkulu, Sumatera Barat, Tanjungpinang dan Kepulauan Riau yang menyebut gasing.

Nama maggasing atau aggasing juga dikenal masyarakat Bugis di Sulawesi Selatan. Sedangkan masyarakat Bolaang Mongondow di daerah Sulawesi Utara mengenal gasing dengan nama Paki. Orang Jawa Timur menyebut gasing sebagai kekehan. Sedangkan di Yogyakarta, gasing disebut dengan dua nama berbeda. Jika terbuat dari bambu disebut gangsingan, dan jika terbuat dari kayu dinamai pathon.

Gasing yang terbuat dari kayu awalnya diukir dan dibentuk hingga menjadi bagian badan gasing. Untuk bisa memainkan gasing membutuhkan sebuah tali. Tali gasing umumnya dibuat dari nilon, sedangkan tali gasing tradisional dibuat dari kulit pohon. Panjang tali gasing berbeda-beda tergantung pada panjang lengan orang yang memainkan.

Saat dimainakan, gerakan gasing berdasarkan efek giroskopik. Gasing biasanya berputar terhuyung-huyung untuk beberapa saat hingga interaksi bagian kaki (paksi) dengan permukaan tanah membuatnya tegak. Setelah gasing berputar tegak untuk sementara waktu, momentum sudut dan efek giroskopik berkurang sedikit demi sedikit hingga akhirnya bagian badan terjatuh secara kasar ke permukaan tanah.

Gasing merupakan salah satu permainan tradisional Nusantara, walaupun sejarah penyebarannya belum diketahui secara pasti.

Di wilayah Pulau Tujuh (Natuna), Kepulauan Riau, permainan gasing telah ada jauh sebelum penjajahan Belanda. Sedangkan di Sulawesi Utara, gasing mulai dikenal sejak tahun 1930-an. Permainan ini dilakukan oleh anak-anak dan orang dewasa.

Gasing biasanya, bisa dimainkan di pekarangan rumah yang kondisi tanahnya keras dan datar. Permainan gasing dapat dilakukan secara perorangan ataupun beregu dengan jumlah pemain yang bervariasi, menurut kebiasaan di daerah masing-masing.

Hingga kini, gasing masih sangat populer dilakukan di sejumlah daerah di Indonesia. Bahkan warga di kepulauan Rian rutin menyelenggarakan kompetisi gasing. Sementara di Demak, biasanya gasing dimainkan saat pergantian musim hujan ke musim kemarau. Dan masyarakat Bengkulu ramai-ramai memainkan gasing saat perayaan Tahun Baru Islam, 1 Muharram.

Cara bermain gangsing cukup mudah, Gasing di pegang di tangan kiri, sedangkan tangan kanan memegang tali. Setelah itu, lilitkan tali pada gasing, mulai dari bagian paksi sampai bagian badan gasing. lilit kuat sambil berputar.

BACA JUGA:

  1. Merakit Karet Gelang di Tangan, Mainan Populer Murah Meriah
  2. Patok Lele, Permainan Tradisional Nusantara yang Menyerupai Baseball
  3. Engklek, Permainan Tradisional yang Tergerus Zaman
  4. Kelereng, Permainan Tradisional yang Mulai Dilupakan
  5. Serunya Bermain Egrang Bersama Teman-Teman

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan