Melatih Ketangkasan dan Membangun Kekompakan Lewat Permainan Cenge-cenge Maluku Utara


Ilustrasi permainan cenge-cenge. (Website/Jurnal.Ummu.ac.id)
Merahputih.com - Mengukir garis di atas medium tanah dengan bermacam bentuk untuk jadi acuan permainan. Begitulah permainan tradisional cenge-cenge khas Maluku Utara untuk mengisi aktivitas bermain anak-anak di sana.
Cenge-cenge merupakan salah satu istilah dalam bahasa Melayu Ternate. Artinya adalah menjinjit. Di pulau Jawa permainan ini dikenal sebagai engklek.
Peserta yang terlibat dalam permainan cenge-cenge mesti melompat-lompat dari satu kotak baris ke baris yang lain. Permainan ini bisa dilakukan hanya dengan lahan yang digambar, menggunakan gacuan.
Dalam cenge-cenge tidak ada ketentuan khusus memilih gacuan. Biasannya gacuan diambil dari sumber batuan yang bilahnya gepeng serta ringan.
Baca juga:
Dalam peraturan permainan, pemain mesti menghindari menginjak atau menyentuh garis pandu yang telah dibuat. Tak hanya itu, pemain harus bisa menyelamatkan gacuan masuk dalam kotak baris yang digambar tanpa mengenai garis batas atau bahkan keluar dari garis batas.
Jenis lompatannya sendiri beragam, tergantung pada level berapa yang berhasil dilewati tim pemain. Namun pada umumnya, ketika melompat-lompat dengan cara menjinjit hanya menggunakan satu kaki.
Dengan mengandalkan satu kaki tersebut, pemain harus berpindah dari kotak baris satu ke yang lainnya. Tidak ketinggalan, pemain harus membawa kembali gacuannya sampai keluar.
Pengaturan pembagian pemain termasuk fleksibel. Cenge-cenge bisa dimainkan antar individual atau kelompok.
Jika dilakukan dengan kelompok, permain cenge-cenge terasa jadi makin seru dan komplek karena butuh kekompokan, kerja sama dan saling percaya satu sama lain kalau tim bisa menangkan pertandingan.
Dalam permainan cenge-cenge massal ini, satu tim yang bermain bisa diselamatkan oleh anggota tim lainnya jika sebelumnya melakukan kesalahan.
Misalnya, A bermain cenge-cenge namun ketika hendak menyelesaikan lompatnnya, kaki mengincak garis sebelum berhasil mengambil gacuannya, artinya ia gugur dan gacuannya akan tetap di dalam kotak.
Selanjutnya, giliran anggota timnya yang bermain. Ia akan menyelamatkan "nyawa" temannya yang gugur dengan mengambilkan gacuannya yang tertahan di dalam kotak baris.
Jika anggota tersebut berhasil menyelamatkan gacuan temannya tanpa membuat pelanggaran, artinya tim yang mulanya gugur bisa bermain kembali.
Dilansir dari Journal of Ethnik Diversity and Local Wisdom menyebutkan permainan cenge-cenge membantu anak untuk membangun tim, dan kolaborasi.
Anak juga memiliki daya kohesi sosial yang baik. Dari sisi kesehatan tubuh, anak dengan permainan cenge-cenge jadi terasah ketangkasan tubuhnya. Sebab tantangan di cenge-cenge yang menuntut anak untuk bergerak aktif dan melangkah dengan tepat.
Bagikan
Tika Ayu
Berita Terkait
Calon Praja IPDN Meninggal Setelah Pingsan Saat Ikut Apel Malam

15 Korban Kapal Tenggelam Selamat, BMKG Rilis Peringatan Dini Cuaca Ekstrem Perairan Malut

HUT RI ke-80: DKI Jakarta Bangkitkan Sederet Permainan Tradisional, Generasi Muda Wajib Tahu!

[HOAKS atau FAKTA] : Gubernur Malut Sherly Tjoanda Bagi-Bagi Uang Puluhan Juta Sesuai dengan Bulan Kelahiran
![[HOAKS atau FAKTA] : Gubernur Malut Sherly Tjoanda Bagi-Bagi Uang Puluhan Juta Sesuai dengan Bulan Kelahiran](https://img.merahputih.com/media/2d/4a/e9/2d4ae95252eeb4f346de19e8cc7ab92d_182x135.jpeg)
Gunung Dukono Kembali Erupsi, Semburkan Abu Vulkanik Setinggi 1.200 Meter

Gunung Dukono Malut Erupsi: Warga Diimbau Siaga Masker, Area Steril 4 KM

Gunung Dukono Semburkan Abu Vulkanik Setinggi 1.600 Meter pada Senin Pagi

Lakukan Reformasi Menyeluruh, Pramono Ingin Perbankan Jakarta Naik Kelas

Gunung Dokuno di Halmahera Utara 2 Kali Erupsi pada Senin Pagi, Tinggi Letusan Lebih 1 Km

Gunung Dukono di Halmahera Erupsi, Tinggi Letusan hingga 1.300 Meter
