Film Dokumenter 'Jagad’e Raminten': Merayakan Warisan Inklusivitas dan Cinta dari Sosok Ikonik Yogyakarta

Sabtu, 28 Juni 2025 - Ananda Dimas Prasetya

MerahPutih.com - Kalyana Shira Foundation menghadirkan sebuah dokumenter berjudul Jagad’e Raminten yang menggali kisah hidup dan warisan budaya dari sosok Raminten, salah satu figur ikonik dari Yogyakarta.

Dalam durasi 95 menit, film ini menyajikan perjalanan inspiratif Raminten, yang dikenal luas sebagai wirausahawan sukses di berbagai bidang mulai dari usaha oleh-oleh, restoran, batik, hingga pertunjukan kabaret.

Lebih dari sekadar pelaku bisnis, Raminten juga dikenal sebagai pencipta ruang aman bagi komunitas inklusif yang beragam.

Pemutaran perdana dokumenter ini berlangsung di Auditorium LIP Yogyakarta dan dihadiri lebih dari 250 orang, termasuk keluarga besar Raminten, pelaku seni, aktivis, serta komunitas film dari dalam dan luar Yogyakarta.

Baca juga:

Sosok Seniman Ikonik Raminten akan Difilmkan Sambil Promosikan Yogyakarta

Kisah Perjalanan Bisnis Hamzah si

Film ini tidak hanya menampilkan sisi gemerlap dari dunia Raminten, tetapi juga menelusuri perjalanan hidup pendirinya, Kanjeng Mas Tumenggung (KMT) Tanoyo Hamijinindyo atau Hamzah Sulaiman.

Melalui kiprahnya, Hamzah membangun lebih dari sekadar bisnis—ia merawat sebuah keluarga besar yang terdiri dari karyawan, seniman kabaret, sahabat, dan kerabat dekat.

Disutradarai dan ditulis oleh Nia Dinata, diproduseri oleh Dena Rachman, serta didukung oleh Melissa Karim sebagai co-produser, dokumenter ini menyoroti bagaimana Raminten cabaret menjadi simbol ekspresi seni yang terbuka dan inklusif.

Baca juga:

Hamzah Sulaiman Berpulang, Seniman dan Pengusaha di Balik House of Raminten

“Raminten mengajarkan kita tentang kekuatan dari penerimaan dan ketulusan terhadap keberagaman. Lewat film ini, kami ingin mengenang sosok Hamzah Sulaiman sekaligus menyampaikan rasa hormat yang dalam kepada beliau,” ungkap Nia Dinata.

Jagad’e Raminten juga menjadi persembahan terakhir yang penuh cinta dari orang-orang terdekat almarhum Hamzah Sulaiman. Meski sang tokoh utama telah tiada sebelum film ini dirilis, semua pihak yang terlibat memahami bahwa Hamzah sangat menantikan hadirnya dokumenter ini sebagai bentuk apresiasi terhadap perjuangannya.

Melalui dokumenter ini, nilai-nilai yang ditanamkan Hamzah Sulaiman terus diwariskan: tentang cinta, empati, dan semangat untuk menciptakan ruang yang inklusif bagi semua, terutama masyarakat Yogyakarta yang sangat ia cintai. (far)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan