Film Dokumenter 'Jagad’e Raminten': Merayakan Warisan Inklusivitas dan Cinta dari Sosok Ikonik Yogyakarta
Film 'Jagad'e Raminten' ditunjukkan untuk mendiang Hamzah Sulaiman. (Foto: dok/Kalyana Shira Foundation)
MerahPutih.com - Kalyana Shira Foundation menghadirkan sebuah dokumenter berjudul Jagad’e Raminten yang menggali kisah hidup dan warisan budaya dari sosok Raminten, salah satu figur ikonik dari Yogyakarta.
Dalam durasi 95 menit, film ini menyajikan perjalanan inspiratif Raminten, yang dikenal luas sebagai wirausahawan sukses di berbagai bidang mulai dari usaha oleh-oleh, restoran, batik, hingga pertunjukan kabaret.
Lebih dari sekadar pelaku bisnis, Raminten juga dikenal sebagai pencipta ruang aman bagi komunitas inklusif yang beragam.
Pemutaran perdana dokumenter ini berlangsung di Auditorium LIP Yogyakarta dan dihadiri lebih dari 250 orang, termasuk keluarga besar Raminten, pelaku seni, aktivis, serta komunitas film dari dalam dan luar Yogyakarta.
Baca juga:
Sosok Seniman Ikonik Raminten akan Difilmkan Sambil Promosikan Yogyakarta
Film ini tidak hanya menampilkan sisi gemerlap dari dunia Raminten, tetapi juga menelusuri perjalanan hidup pendirinya, Kanjeng Mas Tumenggung (KMT) Tanoyo Hamijinindyo atau Hamzah Sulaiman.
Melalui kiprahnya, Hamzah membangun lebih dari sekadar bisnis—ia merawat sebuah keluarga besar yang terdiri dari karyawan, seniman kabaret, sahabat, dan kerabat dekat.
Disutradarai dan ditulis oleh Nia Dinata, diproduseri oleh Dena Rachman, serta didukung oleh Melissa Karim sebagai co-produser, dokumenter ini menyoroti bagaimana Raminten cabaret menjadi simbol ekspresi seni yang terbuka dan inklusif.
Baca juga:
Hamzah Sulaiman Berpulang, Seniman dan Pengusaha di Balik House of Raminten
“Raminten mengajarkan kita tentang kekuatan dari penerimaan dan ketulusan terhadap keberagaman. Lewat film ini, kami ingin mengenang sosok Hamzah Sulaiman sekaligus menyampaikan rasa hormat yang dalam kepada beliau,” ungkap Nia Dinata.
Jagad’e Raminten juga menjadi persembahan terakhir yang penuh cinta dari orang-orang terdekat almarhum Hamzah Sulaiman. Meski sang tokoh utama telah tiada sebelum film ini dirilis, semua pihak yang terlibat memahami bahwa Hamzah sangat menantikan hadirnya dokumenter ini sebagai bentuk apresiasi terhadap perjuangannya.
Melalui dokumenter ini, nilai-nilai yang ditanamkan Hamzah Sulaiman terus diwariskan: tentang cinta, empati, dan semangat untuk menciptakan ruang yang inklusif bagi semua, terutama masyarakat Yogyakarta yang sangat ia cintai. (far)
Bagikan
Berita Terkait
Film Dokumenter Konser Billie Eilish Tayang 2026, Disutradarai James Cameron
Netflix Garap 'My Name is Rinjani', Kisah Heroik Agam Rinjani Diangkat Jadi Film Dokumenter
Presiden Prabowo Minta Setiap Kerdatangannya tak lagi Disambut Anak-Anak, Kasihan Lihat Kepanasan dan Ganggu Jam Sekolah
Gunung Merapi Keluarkan 4 Kali Awan Panas Guguran, Masyarakat Diminta Waspada
Daftar Raja Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta yang Dimakamkan di Imogiri
Astana Pajimatan Imogiri, Kompleks Permakaman Raja-Raja Mataram dari Dulu hingga Kini
Mulai 2026, Jemaah Calon Haji Banten dan DIY Berangkat dari Embarkasi Cipondoh dan Yogyakarta
Serial Dokumenter 'True Haunting', Ketika James Wan Membawa Dunia Nyata ke Ranah Teror Sinematik
Suzzanna: The Queen of Black Magic Sudah Tayang di Netflix, Ungkap Sisi Misterius Ratu Horor Indonesia
Taylor Swift Ungkap Proses Kreatif Album Terbaru lewat Film Dokumenter 'The Official Release Party of A Showgirl'