Filipina-Tiongkok Lakukan Perundingan Soal Laut China Selatan
Kamis, 15 Februari 2018 -
MerahPutih.com - Filipina dan Tiongkok melakukan perundingan terkait eksplorasi sumber daya alam di Laut China Selatan. Diketahui Laut China Selatan hingga saat ini menjadi wilayah rawan konflik beberapa negara, dan Indonesia tak terkait secara langsung.
Filipina dan Tiongkok sepakat membentuk sebuah tim panel khusus yang membahas bagaimana kedua negara bisa mengeksplorasi potensi tambang gas dan minyak di kawasan sengketa Laut China Selatan dengan mengesampingkan persoalan kedaulatan wilayah.
Seperti dilansir Antara, Tiongkok mengklaim hampir seluruh Laut China Selatan, yang merupakan salah satu jalur perdanganan tersibuk di dunia dengan nilai tiga triliun dolar AS setiap tahunnya. Klaim itu menjadi sumber sengketa dengan Brunei Darussalam, Malaysia, Vietnam, dan Filipina.
"Ini hanya merupakan langkah awal dari proses yang panjang," kata Duta Besar Filipina untuk Tiongkok, Chito Sta. Romana kepada sejumlah wartawan pada Selasa malam waktu setempat, setelah diplomat dari kedua belah pihak bertemu untuk kedua kalinya dalam mekanisme perundingan bilateral yang bertujuan menyelesaikan ketegangan maritim.
Romana mengatakan bahwa keputusan untuk membentuk panel kerja sama energi merupakan sebuah "terobosan." Meskipun demikian, kesepakatan pertambangan bersama akan sangat kompleks dan sensitif mengingat kedua negara sama-sama mengklaim punya hak yuridiksi di tempat cadangan minyak dan gas berada--dan dengan demikian pembagian hasil tambang secara tidak langsung akan diartikan sebagai penyerahan kedaulatan.
Ide pertambangan bersama pertama kali diutarakan pada 1986, namun sengketa dan persoalan kedaulatan membuat gagasan itu berhenti di tengah jalan.
Namun kini, Filipina sudah hampir kehabisan waktu karena satu-satunya sumber gas alam domestik negara itu, yang berada di wilayah lepas pantai Mampaya, akan habis pada 2024. Apalagi jika mengingat Filipina sangat bergantung pada impor energi sebagai penyangga pertumbuhan ekonomi mereka.
Sementara itu dalam persoalan lain, Romana mengatakan bahwa Tiongkok dan Filipina juga membentuk panel koordinasi untuk membahas isu kedaulatan dan "mencegah segala macam krisis bereskalasi." (*)