3 Fase Kritis DBD yang Perlu Diwaspadai
Selasa, 27 Februari 2024 -
MerahPutih.com - Fase kritis demam berdarah dengue (DBD) perlu diwaspadai. Fase tersebut akan muncul sejak gejala pertama hingga benar-benar sembuh.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Dr. dr. Soroy Lardo, Sp.PD, K.PTI, FINASIM mengingatkan, betapa pentingnya mewaspadai fase kritis pada pasien DBD.
Baca juga:
Menurutnya, masih banyak orang yang belum memahami, bahwa fase kritis pasien DBD adalah hari ketiga sampai keenam infeksi, di mana merupakan fase berbahaya yang apabila tidak ditangani dengan baik dapat berakibat fatal.
"Fase inilah titik kritis, angka kematian itu tinggi," kata Soroy, saat taklimat media via daring, Selasa (27/2).
Pada acara yang digelar oleh Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia tersebut, Soroy menjelaskan tiga fase klinis penyakit DBD.
Fase pertama, terjadi dalam satu hingga tiga hari pertama infeksi. Lalu, kadar virus pada tubuh tinggi dan terjadi peningkatan kekentalan darah disertai dehidrasi.
Soroy menyebutkan, pada fase pertama pasien DBD harus terhidrasi dengan baik, kemudian kebutuhan cairan tubuhnya harus dipastikan terpenuhi.
Fase kedua, terjadi saat hari ketiga hingga keenam infeksi, yang merupakan fase kritis. Dalam fase ini, dapat terjadi komplikasi, seperti syok, perdarahan, kerusakan organ, serta penurunan kadar trombosit darah.
Baca juga:
Sementara itu, fase ketiga merupakan fase pemulihan. Pada fase ini, pasien umumnya direkomendasikan untuk beristirahat.
"Jadi, biasanya saya menyarankan untuk istirahat lima hari karena bagaimanapun virus sisa itu masih ada dan pasien dalam tiga minggu masih dalam kondisi kadang-kadang lemah," kata Soroy.
Demam berdarah dengue (DBD) disebabkan oleh infeksi virus dengue, yang umumnya menular melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.
Soroy menjelaskan, gejala klinis yang umumnya dialami penderita DBD adalah demam, nyeri di belakang mata, nyeri sendi, mual, muntah, dan muncul bintik merah pada kulit.
Perkembangan penyakit tersebut, menurut dia, dipengaruhi oleh faktor seperti imunitas tubuh dan muatan virus.
"Pasien-pasien yang disertai dengan diabetes atau (penyakit) jantung tentu imunitasnya juga sudah menurun dan ini progres untuk berat itu bisa muncul. Lalu yang kedua adalah viral load atau muatan virus. Itu menggambarkan virulensi, pertumbuhan tinggi, atau berkonsekuensi terhadap respons imun tubuh," jelasnya. (*)
Baca juga:
Peneliti IPB Sebut Tembakau Alternatif Jadi Pilihan Kurangi Merokok