Facebook Seret Pria Penjual Like Instagram Palsu ke Pengadilan
Minggu, 30 Agustus 2020 -
DEMI meraih sebuah popularitas, banyak akun-akun yang menggunakan jalan pintas seperti menggunakan jasa like dan followers dalam jumlah yang cukup banyak.
Hal itu dimaksudkan agar setiap orang yang melihat unggahan dengan like banyak dan followers banyak kagum pada si pemilik akun.
Sementara bila akun instagram untuk berjualan, harapannya ialah agar terlihat lebih keren dan mendapat kepercayaan dari para konsumen.
Baca Juga:

Namun jumlah like, view dan followers yang ditawarkan oleh sebuah penjual jasa tersebut sangat diragukan keasliannya. Karena tak sedikit kasus follower dan like palsu yang diberikan oleh para penjual jasa view, follower dan like.
Seperti halnya yang baru-baru ini terjadi. Facebook dikabarkan tengah menyelesaikan masalah like Instagram palsu ke pengadilan.
Perusahaan tersebut menggugat seorang pria yang kerap menjual like dan komentar palsu di Instagram. Langkah tersebut dilakukan Facebook sebagai bagian dari layanan like palsu.
Dilansir dari laman engadget, layanan yang diketahui bernama Nakrutka tersebut, menggunakan jaringan bot dan perangkat lunak otomatis untuk mendistribusikan like, komentar, view dan followers palsu di Instagram.
Facebook sendiri telah mengajukan sejumlah tuntutan hukum serupa pada pengembang yang menyalahgunakan data atau melanggar persyaratan layanannya.
Awal tahun ini, Facebook menggugat pengembang Spanyol karena menjual like Instagram palsu, dan menggugat perusahaan Selandia Baru, atas layanan like palsu pada tahun 2019.
Baca juga:
Microsoft Word Kini Bisa Transkrip Percakapan di Web
Tuntutan hukum tersebut merupakan bagian dari janji jaringan sosial, untuk mengambil tindakan yang lebih agresif terhadap pengembang nakal usai Cambridge Analytica.

Selain tindakan terhadap Nakrutka, Facebook juga menggugat MobiBurn, developer yang menggunakan software berbahaya untuk mengumpulkan data Facebook dari pengguna.
Para peneliti keamanan sebelumnya sudah memberi tahu Facebook, bahwa pengembang mengumpulkan informasi dari perangkat dan meminta data dari Facebook, termasuk nama orang, zona waktu, alamat email dan jenis kelamin.
Hal tersebut dilakukan ketika pengguna memasang aplikasi dan perangkat lunak MobiBurn. Terkait hal itu, Facebook mengatakan pada audit bahwa pengembang tersebut telah gagal sepenuhnya dalam bekerja sama. (Ryn)
Baca juga: