Dianggap Curang dan Tidak Sah, Koalisi Oposisi Boikot Pilpres
Kamis, 22 Februari 2018 -
MerahPutih.Com - Kubu koalisi oposisi di Venezuela menolak berpartisipasi dalam pemilihan presiden di negara tersebut lantaran diwarnai kecurangan dan penipuan. Koalisi oposisi menilai Pilpres yang akan berlangsung tanggal 24 April nanti sudah diatur presiden petahana Nicolas Maduro.
Gerakan Persatuan Demokratik mengkonfirmasi kepada Reuters, bahwa pilpres nanti membuat Maduro berada di jalur kemenangan namun berpeluang memicu kecaman internasional terhadap menghilangnya demokrasi di negara OPEC yang diperintah oleh sosialis itu.
Dua pesaing terkuat Maduro dilarang untuk mengikuti pemilihan presiden. Leopoldo Lopez berada dalam tahanan rumah, sementara Henrique Capriles dilarang menjabat karena tuduhan melakukan kesalahan saat menjadi gubernur negara bagian.
Selanjutnya, dewan pemilihan nasional propemerintah telah melarang koalisi Perserikatan Demokratik, ditambah beberapa partai utamanya, untuk mengikuti pemilihan umum dengan menggunakan nama partai mereka.
"Peristiwa prematur yang diumumkan pada 22 April mendatang yang tidak memiliki kondisi layak adalah sebuah pertunjukan oleh pemerintah untuk memberi kesan legitimasi yang tidak dimiliki di tengah penderitaan warga Venezuela," kata koalisi tersebut dalam sebuah pernyataan, merujuk pada krisis ekonomi negara itu.
Atas nama mayoritas besar rakyat Venezuela, kami menantang pemerintah Maduro untuk mengukur tingkat kepopulerannya di tengah rakyat dalam pemilihan nyata" yang dilakukan kemudian pada tahun 2018, tambahnya.
Keputusan Persatuan Demokrat tersebut sebagaimana dilansir Antara dari Reuters membuat Maduro hanya menghadapi satu kandidat yaitu pendeta evangelis yang tidak populer bernama Javier Bertucci.
Kandidat lain yang mungkin maju adalah pemimpin oposisi Henri Falcon, mantan gubernur negara bagian yang berpisah dengan kaum sosialis di tahun 2010.
Dia telah menyatakan keinginannya untuk melawan Maduro dan mungkin tidak mematuhi keputusan koalisi untuk memboikot pemungutan suara.
Pencalonan Falcon kemungkinan akan membuat marah musuh Maduro, banyak di antaranya melihatnya sebagai kuda Troya yang berusaha membantu Maduro melegitimasi pemungutan suara yang dicurangi itu.
Maduro telah menghadapi seruan dari Amerika Latin dan internasional untuk memperbaiki kondisi pemungutan suara, dengan Amerika Serikat mempertimbangkan sanksi minyak untuk menekannya.
Maduro mengatakan bahwa negaranya menjadi korban "perang ekonomi" yang dipimpin oleh pihak oposisi dengan bantuan Amerika Serikat.
"Kita akan sampai ke pemilihan umum entah itu dalam keadaan hujan, guntur, atau petir - dengan atau tanpa Koalisi Persatuan Bersatu," kata Maduro dalam sebuah konferensi pers sebagai tanggapan atas pengumuman oposisi tersebut.
Dia menambahkan bahwa dia mendukung sebuah proposal untuk mengadakan pemungutan suara kongres awal pada 22 April, menambahkan bahwa pemilihan umum harus diadakan pada hari yang sama untuk legislatif negara bagian dan daerah.(*)