Di Yogyakarta, Profesi yang Disepelekan Raih Pendapatan Selangit
Selasa, 05 April 2016 -
MerahPutih Peristiwa - Banyak profesi yang disepelekan ternyata mampu meraup pundi-pundi rupiah selangit. Publik pun kerap menyudutkan karena dianggap profesi tersebut tidak terhormat.
Di Yogyakarta, profesi yang disepelekan itu ternyata menyimpan segudang penghasilan. Salah satu profesi diantaranya yakni juru parkir dan pengamen.
Tri merupakan salah satu anggota kelompok Angklung Alazka. Kelompok ini memanfaatkan musik-musik tradisional untuk menghibur para pengendara sepeda motor dan mobil di kala lampu merah menyala. Salah seorang di antara dari anggota kelompok itu memungut rupiah dari para pengendara.
Tri beserta rekan-rekannya mampu mengumpulkan uang Rp500.000 per hari. Lantas pendapatan tersebut dibagi ke anggota. “(Mulai) dari jam 10 sampai jam 5 sore,” papar Tri saat berbincang dengan merahputih.com di Jalan Tamansiswa, Kota Yogyakarta, Senin (4/4).
Besarnya pendapatan Tri bergantung jumlah anggota kelompok yang bekerja. Bila dalam suatu hari teman-temannya lengkap, maka jumlah pendapatannya dibagi delapan. Namun, bila hanya ada empat orang, pendapatannya pun tentu lebih besar dari itu.
“Ini (pekerjaan) pokok. Ya pingin bebas, yang penting cari rezeki, dasarnya punya keterampilan. Jadi sayang gak dikembangkan walaupun dikembangkan cuma di jalan, yang penting menghasilkan,” ujar Tri yang mengakui pendapatannya mampu memberi nafkah keluarganya.
Di sisi lain, juru parkir di Malioboro lebih menghebohkan lagi. Pendapatannya mampu meraup rupiah sebesar Rp9 juta per bulan. Hal ini diutarakan Hanarto, juru parkir Malioboro, baru-baru ini. Bahkan, kepada wartawan, Hanarto mengaku pendapatan tertingginya bisa mencapai Rp12 juta saat libur nasional. (fre)
BACA JUGA:
- Komentar Pangamen Terkait Rencana Pemerintah Tertibkan Kawasan Malioboro
- Pengamen Angklung di Yogyakarta Raup Penghasilan Rp500 Ribu Per Hari\
- Tidak Ada Pantangan dalam Tradisi Cheng Beng
- Cheng Beng, Abdi Setia yang Terlupakan, dan Putra Mahkota yang Terbuang
- Kontroversi Peristiwa Gedoran, Sejarah Kelam Kota Depok