Memberdayakan Santri lewat Fesyen

Sabtu, 12 Desember 2020 - Raden Yusuf Nayamenggala

SALAH satu upaya mendorong pengembangan dan penguatan ekonomi dan keuangan syariah di Tanah Air ialah dengan mendorong kemandirian ekonomi pesantren. Begitu banyak potensi unit usaha pesantren yang bisa dikembangkan.

Untuk wilayah Banten, pesantren punya potensi usaha konveksi dan industri fesyen. Bila didayagunakan secara profesional, potensi itu akan mampu menggerakkan ekonomi pesantren, bahkan bisa memberikan manfaat bagi lingkungan masyarakat sekitar pesantren.

Baca Juga:

Fashion Etis dan Sustainable Jadi Sorotan di ISEF 2020

Bila dikembangkan lebih jauh, potensi itu bahkan bisa turut mewujudkan kekuatan ekonomi baru di Indonesia yang berbasis syariah.

Kantor Perwakilan (KP) Bank Indonesia Provinsi Banten bersinergi dengan desainer fesyen Wignyo Rahadi menggelar program pelatihan dan pemberdayaan di bidang fesyen. (Foto: istimewa)

Dengan mempertimbangkan besarnya potensi usaha produk fesyen dan sumber daya bidang fesyen di pondok pesantren di wilayah Banten, Kantor Perwakilan (KP) Bank Indonesia Provinsi Banten bersinergi dengan desainer fashion Wignyo Rahadi menggelar program pelatihan dan pemberdayaan di bidang fesyen.

Pelatihan dan pemberdayaan di bidang fesyen itu ditujukan untuk para santri Pondok Pesantren Roudlotul Huda di Pandeglang, Banten, dan masyarakat sekitarnya yang telah menjalani usaha konveksi.

Pelatihan bidang fesyen yang disebut Bootcamp Fashion itu merupakan bagian dari program pengembangan kemandirian ekonomi pondok pesantren melalui peningkatan kualitas dan kapasitas produk fesyen muslim.

Bootcamp Fashion 2020 dilaksanakan pada November 2020 selama 14 hari. Ajang itu diikuti oleh peserta. Peserta terdiri dari santri pesantren dan beberapa UMKM fesyen binaan KP Bank Indonesia Provinsi Banten.

Peserta pelatihan dibagi dalam 2 kelas, yaitu kelas desain dan kelas menjahit. Dengan mengikuti Bootcamp Fashion 2020, peserta ditargetkan dapat merealisasikan sketsa rancangan menjadi busana siap pakai.

Selama masa pelatihan, peserta diarahkan membuat tiga jenis busana siap pakai. Dimulai dari busana dengan desain dasar, selanjutnya busana dengan pengembangan desain seperti pecah pola dan aplikasi lebih dari satu jenis bahan. Sementara itu, pada bagian terakhir yang lebih kompleks ialah busana untuk fesyen show.

Baca Juga:

Busana Berteknologi Tinggi Diklaim Bisa Membunuh Virus

Peserta Bootcamp Fashion 2020 ditantang untuk mengaplikasikan kain tradisional asal Banten, yaitu tenun Baduy dan batik Lebak dalam ragam rancangan dengan sentuhan modern.

Koleksi busana karya para santri Pondok Pesantren Roudlotul Huda dan peserta Fashion Bootcamp 2020 ditampilkan dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (Foto: istimewa)

Koleksi busana karya para santri Pondok Pesantren Roudlotul Huda dan peserta Fashion Bootcamp 2020 ditampilkan dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten yang diselenggarakan secara virtual pada awal Desember 2020.

"Pesantren mempunyai andil cukup besar dalam proses menciptakan sumber daya manusia yang unggul, berkualitas, dan religius di bidang usaha fesyen," tutur Wignyo Rahadi dalam siaran pers yang diterima Merahputih.com.

Wignyo menambahkan, "Melalui pelatihan ini diharapkan dapat memunculkan potensi dan meningkatkan keahlian santri dan alumni pesantren agar semakin terampil, inovatif, dan kreatif serta mampu menghasilkan produk fesyen yang berkualitas tinggi, baik secara desain maupun kualitas jahit."

Selain itu, Wignyo menjelaskan Bootcamp Fashion 2020 bertujuan agar peserta lulusan pelatihan fesyen siap terjun di industri fesyen dengan menjadi wirausaha muda di bidang fesyen yang berbasis santri. Dengan begitu, perkembangan sektor fesyen di Tanah Air dapat makin berkembang serta meningkatkan perekonomian Indonesia. (Ryn)

Baca Juga:

Anggunnya Busana Rancangan Fenita Arie di Fashion Rhapsody 2020

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan