Cara Sederhana Kelola Sampah, Enggak Ribet

Senin, 04 Desember 2023 - P Suryo R

PENANGANAN dan pengolahan sampah di Kota Bandung diterapkan dengan skema kluster. Salah satunya di SMP Negeri 18 Bandung, yang sudah menerapkan pengolahan sampah secara mandiri. Belum lama ini, Humas Kota Bandung punya kesempatan melihat secara langsung siswa-siswi, guru, dan petugas di lingkungan SMPN 18 Bandung ini kompak menerapkan kebiasaan mengelola sampah secara mandiri.

Mereka punya gerakan bernama Mistar, nama ini merupakan singkatan dari ‘misting dan tumbler’. Artinya, seluruh warga SMPN 18 Bandung memupuk kebiasaan membawa tempat makan dan minum ke sekolah.

Baca Juga:

MAB Kembali Perkenalkan Aquila, Truk Sampah Elektrik Bebas Bau

sampah
Sampah non-organik pun mereka coba olah sendiri, salah satunya dengan membuat ecobricks. (Humas Bandung)

Selain itu, SMPN 18 Bandung juga mempunyai Duta Adiwiyata, yang punya produk kreatif dari pengolahan sampah.

Kepala SMPN 18 Bandung, Rika Yustikasari mengatakan bahwa penerapan kebiasaan baik dalam pengelolaan sampah diawali dengan hal paling sederhana. Mulai dari membawa tempat makan dan minum, dan membiasakan siswa-siswi membuang sampah ke tempatnya sesuai jenis sampahnya.

“Kebiasaan sederhana ini kami lakukan setiap hari. Tentu tujuannya agar siswa-siswi menjadi terlatih memilah sampah,” ujar Rika.

Sampah yang dihasilkan SMPN 18 Bandung dibagi menjadi tiga kategori: organik, anorganik, dan residu. Tidak berhenti di sini, mereka memperlakukan tiga jenis sampah ini sebagai upaya mewujudkan sekolah bebas sampah.

Mereka mengolah sampah organik dengan pola kompos. Lalu, sampah non-organik pun mereka coba olah sendiri, salah satunya dengan membuat ecobricks.

Salah satu hasil kreasi ecobricks mereka adalah bangku dari sampah botol, kertas, dan plastik.

Perlu sebanyak 16 sampah botol plastik untuk menghasilkan satu bangku dari bahan ini. Rika menuturkan, jumlah botol tersebut dihasilkan dari setiap kelas yang ada di SMPN 18 Bandung.

“Ada 16 kelas di sini, jadi dalam seminggu, anak-anak kami tugaskan untuk mengumpulkan sampah botol plastik dan sampah yang tidak bisa didaur ulang untuk diisi ke dalam botol plastik. Hasilnya ya satu ecobricks ini,” jelasnya.

Setelah material ecobricks terkumpul, selanjutnya anak-anak dengan didampingi guru menyelesaikannya dengan menambahkan busa/jok serta cover atau penutup busa.

Baca Juga:

Recycle For Good, Tukar Sampah Jadi Sembako

sampah
Seluruh warga SMPN 18 Bandung memupuk kebiasaan membawa tempat makan dan minum ke sekolah. (Humas Bandung)

Karya ecobricks buatan anak SMPN 18 Bandung ini cukup baik loh! Dapat digunakan oleh orang dengan tinggi sekitar 160-175 cm dengan bobot 50-80 kilogram, rasanya bangku ini nyaman dan ergonomis. Lebar dan tingginya cukup nyaman dan proporsional.

Pengajar Bimbingan Konseling/Ketua Tim Adhiwiyata SMPN 18 Bandung, Siti Hafsoh mengungkap, peran guru dan sekolah adalah sebagai pengingat bagi siswa-siswi untuk menerapkan kebiasaan baik ini.

Harapannya, siswa-siswi terbiasa dan dapat membawa kebiasaan ini hingga mereka lulus dan berbaur di lingkungannya.

Menurutnya, proses membiasakan anak-anak dalam memperlakukan sampah tentu memiliki tantangan luar biasa. Namun ia optimis, jika terus diingatkan, lama-lama siswa-siswi akan terbiasa.

“Fungsi kami adalah sebagai pengingat. Tujuan kebiasaan baik ini terus diingat dan diimplementasikan oleh anak-anak, sampai mereka dewasa kelak,” harapnya.

Bagi sekolah upaya mewujudkan sekolah nol sampah ini bukan untuk mencuri perhatian pihak lain, tetapi bersama-sama menjaga lingkungan yang mereka miliki.

Meski begitu, pihak sekolah menyatakan sangat terbuka jika ada Wargi Bandung yang berminat sama-sama belajar mengelola sampah.

“Tentu kami sangat terbuka, mari sama-sama berbagi informasi yang positif seperti ini,” ajak Hafsoh. (Imanha/Jawa Barat)

Baca Juga:

7 Metode Komposter Olah Sampah Organik yang Bisa Dilakukan di Rumah

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan