BNPT Sebut Paham Radikal Menyebar di Media Sosial

Selasa, 19 Juli 2022 - Mula Akmal

MerahPutih.com - Ancaman radikalisme terus terjadi. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyebut, penyebaran paham radikal kerap menyebar di media sosial maupun massa.

"Jaringan terorisme memanfaatkan media untuk propaganda dan efek ketakutan yang luas. Mereka memerlukan media untuk pengakuan mereka," kata Kepala BNPT, Boy Rafli Amar, usai membuka Presiden Lecturer peringatan HUT BNPT ke-12 di, Jakarta, Selasa (19/7).

Baca Juga:

BNPT Sebut Wilayah Cirebon Rawan Terorisme

Para pelaku disebut Boy kerap membangun semangat kebencian dan eksklusif.

"Yang menjadi sasaran adalah anak muda. Ini berbahaya karena bisa mengancam masa depan bangsa jika generasi mendatang memiliki paham radikalisme," ucap Boy yang memakai batik lengan panjang dipadu masker putih ini.

Boy melanjutkan, pihaknya bekerjasama dengan media untuk melakukan kontranarasi agar paham radikal, intoleran dan kebencian tak menyebar.

"Kita harus melakukan kontranarasi. Melalui menyebarkan narasi kebangsaan, cinta tanah air, plurarisme hingga toleransi beragama," sebut mantan Kapolda Papua dan Banten ini.

Ia mendorong program pentahelix mencegah berkembangnya intoleransi, radikalisme dan terorisme.

Pentahelix atau multipihak merupakan unsur kolaborasi yang menggabungkan berbagai pihak seperti akademisi, pengusaha, komunitas, pemerintah, dan media.

Baca Juga:

Kepala BNPT Ibaratkan Penyebaran Paham Radikal bak COVID-19

Boy meyakini, program ini akan mampu menjadikan upaya pencegahan secara maksimal. Sebab desainnya melibatkan seluruh unsur masyarakat.

"BNPT mengembangkan grand strategy ini dengan melibatkan beragam unsur," papar jenderal Polisi bintang tiga ini.

Boy merinci, kontribusi masyarakat begitu krusial, misalnya dapat mengambil peran dalam memutus rantai penyebaran ideologi.

"Termasuk mendeteksi keberadaan kelompok teroris, maupun dalam mengontrol tindak-tanduk jaringan kekerasan ini," sebut Boy.

Dalam kesempatan sama, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengatakan, terorisme bukan hanya terkait agama tertentu.

Mahfud mencontohkan, salah satunya adalah tindak kekerasan yang dilakukan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Papua.

"Politik ingin memecahkan diri, ideologinya enggak mau kebersatuan, tidak mau Pancasila. Lalu melakukan kekerasan di tempat-tempat umum, memblokir bandara, membakar bandara, nembaki kapal sipil," kata Mahfud. (Knu)

Baca Juga:

BNPT Temukan Ratusan Konten Propaganda Anti-Pancasila di Media Sosial

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan