Berbelit-belit, Setya Novanto Jelaskan Pencatutan Nama Presiden

Selasa, 17 November 2015 - Luhung Sapto

MerahPutih Peristiwa - Ketua DPR Setya Novanto akhirnya memberikan penjelasan kepada awak media mengenai tudingan dirinya mencatut nama Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla. Dalam memberikan penjelasan Setya Novanto cenderung berputar-putar dan berbelit-belit.   

"Ya yang pertama tentu saya melihat di media bahwa saya membawa atau mencatut nama presiden. Tapi yang  jelas presiden, wapres adalah simbol Negara yang harus kita hormati dan juga harus kita lindungi, apalagi Presiden dan Wapres sangat perhatian khususnya yang berkaitan dengan masalah bagi hasil dan secara khusus untuk kepentingan rakyat dan khusus rakyat Papua. Menurut pendapat saya kita juga tidak akan nembawa nama-nama yang bersangkutan dan beliau tentu saya harus berhati-hati, dan harus menyampaikan secara jelas apa yang telah disampaikan Presiden kepada saya," ujarnya di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (17/11).

Menyangkut pertemuan dengan FreeportSetya Novanto mengatakan pihaknya hanya ingin membantu Freeport, yang saat ini sedang dalam proses negosiasi perpanjangan kontrak dengan pemerintah. Kontrak Freeport akan berakhir pada 2021, namun sesuai Peraturan Pemerintah (PP) No 78 Tahun 2014 pembahasan perpanjangan kontrak baru bisa dilakukan dua tahun sebelum kontrak habis atau pada 2019. 

"Kalau masalah itu silahkan tanya ke beliau. Yang jelas saya pernah kedatangan, di mana beliau minta dijelaskan di kantor kami dan menjelaskan begitu, tentang program-program ke depan dan tentu beliau juga minta tolong bagaimana supaya ini bisa diberikan jalan keluar karena ini hal yang baik," ujarnya.  

Saat ditanya wartawan mengenai permintaan saham Freeport sebesar 20 persen, jawaban yang diberikan Setya berbelit-belit.   

Ia mengatakan perusahaan Amerika Serikat memegang kode etik berupa foreign corruption practice act atau Undang-Undang Praktik Korupsi Luar Negeri. Setya mengaku dirinya sebagai sebagai pimpinan DPR sangat memperhatikan kode etik di Indonesia dan kode etik di Amerika, atau perusahaan Amerika di mana pun.

"Kalau berkaitan dengan saham, harus hati-hati. Perusahaan Amerika keluar 100 ribu rupiah saja betul-betul harus dilaporkan, apalagi untuk jumlah-jumlah yang besar, apalagi saham," ujarnya. 

Setya  sendiri mengaku tidak pernah bertemu secara khusus dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said sehingga menyangkut hal-hal yang diutarakan Sudirman, Setya meminta media massa menanyakan langsung kepada Sudirman.

"Silahkan tanya Pak Sudirman, saya tidak pernah ketemu Pak Sudirman secara khusus masalah yang berkaitan ini. Saya persilahkan. Kalau tadi pertanyaannya tentang maksud apa yang disampaikan saudara Sudirman, sah-sah saja yang penting substansinya apa. Tentu kita harus mempelajari dan saling menghormati. Masalah ini tentu harus disampaikan secara jelas," ujarnya. 

Setya Novanto menyatakan menghargai MKD dan siap bila dipanggil MKD kapan saja. 

"Saya sejak awal sangat menghargai MKD. MKD menjalankan fungsi dan tugas secara baik, ini tentu kewibawaan MKD terhadap anggota DPR. MKD harus kita patuhi. Kita hargai untuk menjernihkan segala sesuatu kepada anggotanya," jelasnya.

Sebelumnya, menyebut politisi berpengaruh di DPR RI mencatut nama Presiden dan Wakil Presiden dalam negosiasi perpanjangan masa kontrak perusahaan tambang Freeport. Sementara Wakil Ketua DPR Agus Hermanto mengatakan nama Setya Novanto disebut dalam laporan Sudirman Said kepada MKD. Selanjutnya, laporan tersebut akan diverifikasi apakah benar data percakapan dan sebagainya dan apakah memang datanya valid(aka)

BACA JUGA:

  1. JK Pertimbangkan Pidanakan Setya Novanto
  2. Pidanakan Setya Novanto, JK Tunggu Proses Politik di DPR
  3. Disebut Bisa Loloskan Kontrak Freeport, Luhut Akan Beri Klarifikasi Besok
  4. Sudirman Said Benarkan Setya Novanto Pencatut Nama Presiden
  5. Setya Novanto Bantah Catut Nama Jokowi dalam Kontrak PT Freeport

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  

 

 

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan