Simak Nih, Beda Musibah KM Sinar Bangun dan AirAsia QZ8501, Kuali Raksasa Vs Arus Bawah Laut

Senin, 25 Juni 2018 - Wisnu Cipto

MerahPutih.com - Tim SAR Indonesia layak mendapatkan pujian di tengah musibah Kapal Motor (KM) Sinar Bangun yang tenggelam di Danau Toba, Sumatera Utara (Sumut), Senin (18/6) pekan lalu. Lewat kecanggihan teknologi dan upaya keras tim gabungan berhasil menemukan lokasi bangkai kapal di kedalaman 450 meter kurang dari sepekan

Tim pencari KM Sinar Bangun sukses menunjukkan kepada dunia dari sisi kesigapan dan efisiensi kerja jika dibandingkan saat kecelakaan AirAsia QZ8501 yang jatuh di perairan laut Pangkalan Bun pada 2015 silam. Kala itu tim membutuhkan waktu yang hampir sama untuk memastikan koordinat badan utama pesawat AirAsia yang hanya berada di kedalaman 35 meter. Berikut fakta menarik perbandingan dua kecelakaan moda tranportasi massal itu dirangkum MerahPutih.com:

Beda Kedalaman 400 Meter, Waktu Penemuan Bangkai Hampir Sama

danau toba
Keluarga penumpang KM Sinar Bangun menyalakan lilin, di dermaga Pelabuhan Tigaras, Danau Toba, Simalungun, Sumatera Utara, Minggu (24/6). Penyalaan lilin tersebut sebagai bentuk duka atas peristiwa tenggelamnya KM Sinar Bangun di Danau Toba. ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi

Belum genap sepekan, tim SAR berhasil mendeteksi bangkai KM Sinar Bangun di koordinat 2 deg 47’ 3.835 N, 98 deg 46’ 10.767 E. Kapal berada di kedalaman 450 meter, Minggu (24/6) kemarin. Bangkai kapal terdeteksi alat Multi Beam Side Scan Sonar yang dibawa Kapal KM Dosroha. Pencarian ini melibatkan tim survei Basarnas dan Mahakarya Geo Survey-IAITB (Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung).

Pada 2015 silam, lokasi jatuhnya bodi utama AirAsia QZ8501 baru terdeteksi Sabtu (3/1) dinihari, atau tepat 7 hari setelah kejadiaan. Bodi pesawat yang hilang kontak pada 28 Desember 2014 itu ditemukan di titik koordinat 03.36.31 lintang selatan dan 109.41.66 bujur timur, dengan kedalaman 35 meter di bawah permukaan laut. Meski ditemukan 3 Januari, seluruh badan pesawat naas itu baru berhasil dievakuasi pada 27 Februari 2015, atau membutuhkan waktu hampir dua bulan.

Mangkok Raksasa Vs Arus Bawah Laut

toba
Helikopter Basarnas jenis Dauphin HR-3604 terbang di atas Danau Toba saat melaksanakan pencarian korban tenggelamnya KM Sinar Bangun, di Simalungun, Sumatera Utara, Sabtu (23/6). Tim SAR gabungan melakukan pencarian korban kapal KM Sinar Bangun dengan menyisir Danau Toba, menyelam dan menggunakan helikopter. ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi

Dalam pencarian KM Sinar Bangun, Mahakarya Geo Survey-IAITB (Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung) menurunkan peralatan multibeam side scan sonar yang dapat menjangkau kedalaman 2.000 meter. Tim terpaksa menggunakan alat super canggih mengingatkan karakteristik unik dasar Danau Toba. Tim Mahakarya Geo Survey -IAITB menjelaskan Danau Toba itu ibarat mangkok kuali raksasa yang sangat dalam, dari kedalaman 0 m bisa terjun bebas ke 500 meter.

Untuk kasus AirAsia QZ8501, lokasi bangkai pesawat memang tidak terlalu dalam dan berjarak tidak jauh dari pinggir Pantai Pangkalan Bun. Namun, arus bawah laut menjadi kendala besar dalam pencarian korban dan bodi pesawat. Bahkan, jasad korban pesawat ada yang ditemukan di sekitar perairan Mamuji, Sulawesi, yang jaraknya mencapai ribuan kilometer dari Pangkalan Bun Kalimantan.

Tidak Semua Korban Tewas

mensos danau toba
Menteri Sosial Idrus Marham (kedua kiri) memeluk Nuryati, keluarga penumpang KM Sinar Bangun saat meninjau lokasi tenggelamnya kapal, di Simalungun, Sumatera Utara, Minggu (24/6). Selaian meninjau lokasi, Mensos juga memberikan santunan ahli waris penumpang KM Sinar Bangun. ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi

KM Sinar Bangun diduga mengangkut lebih dari 200 penumpang dan puluhan sepeda motor saat karam di tengah Danau Toba. Diduga masih banyak korban yang masih terperangkap di dalam kapal yang kini berada di bawah kedalaman 450 meteri itu. Hingga hari, baru 22 korban yang ditemukan tim SAR, dengan tiga di antaranya meninggal. Artinya, ada belasan orang yang berhasil selamat dalam tragedi tenggelamnya kapal dengan bodi terbuat dari kayu itu.

Nasib penumpang dalam kejadian jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 tidak semujur penumpang KM Sinar Bangun yang selamat. Semua korban AirAsia tidak ada yang selamat. Tercatat 162 orang tewas dalam kecelakaan pesawat yang terjadi tiga tahun silam itu. Berdasarkan data manifes, pesawat jenis Airbus 320 itu mengangkut 162 orang yang terdiri atas 138 penumpang dewasa, 16 anak-anak, 1 balita, 4 kru kabin, dan masing-masing 1 pilot dan kopilot. (*)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan