Atap SMKN 1 Cileungsi Ambruk Timpa 31 Siswa, Dedi Mulyadi: Dipastikan Kualitas Pembangunannya Buruk
Rabu, 10 September 2025 -
MerahPutih.com - Atap dan dinding bangunan SMKN 1 Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, ambruk pada Rabu pagi tadi ketika kegiatan belajar dan mengajar berlangsung.
Sedikitnya 31 siswa dan seorang guru mengalami luka-luka dalam tragedi ambruknya atap sekolah itu. Padahal, usia bangunan sekolah masih belum mencapai 10 tahun.
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyoroti kualitas bangunan sekolah yang dibangun pada 2016 itu. Menurutnya, kondisi bangunan sudah tidak layak hingga menyebabkan kerusakan parah.
Baca juga:
“Dipastikan kualitas pembangunannya buruk kalau sampai atapnya roboh. Untuk itu saya juga sudah meminta inspektorat melakukan pemeriksaan, termasuk siapa yang dulu membangunnya,” kata Dedi Mulyadi melalui akun resmi media sosialnya, dikutip Rabu (10/9) malam.
Kronologis dan Korban Atap SMKN 1 Cileungsi Ambruk
Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Kabupaten Bogor, Ade Hasrat menjelaskan kronologis ambruknya atap sekolah itu.
Peristiwa terjadi sekitar pukul 09:15 WIB di Desa Limus Nunggal, Kecamatan Cileungsi. Saat itu, siswa kelas 10 dan 12 sedang mengikuti pelajaran, kemudian tiba-tiba bagian atap dan dinding ruang kelas runtuh.
Baca juga:
DPR RI Buka Suara Soal Polemik Study Tour Jabar, Kebijakan Dedi Mulyadi Bikin Gaduh?
Laporan BPBD mencatat ada empat ruangan yang terdampak, terdiri atas dua ruang kelas dan dua ruang pertemuan. Sejumlah siswa yang berada di dalam ruangan tertimpa reruntuhan sebelum berhasil dievakuasi oleh guru dan petugas gabungan.
Dari 30 siswa yang berada di lokasi, sebanyak 26 harus dilarikan ke rumah sakit. Sebagian besar mengalami luka ringan, sementara satu siswa dilaporkan mengalami patah tulang.
“Alhamdulillah mayoritas hanya luka ringan. Hanya ada satu yang patah tulang, sekarang sedang ditangani dokter,” ungkap Ade, saat ditemui media di lokasi kejadian.
Baca juga:
Dedi Mulyadi Ingin Anak-anak Rileks dan Bantu Orang Tua di Rumah, Sekolah Dilarang Memberi PR
Data BPBD menyebutkan korban dibawa ke dua rumah sakit terdekat, yakni RS Thamrin dan RS Merry. Sebanyak 26 nama siswa tercatat mendapat perawatan di RS Thamrin, di antaranya Maria Aprilia, Reva, Iza, Ahmad Hadi, dan Wildan.
Dari jumlah itu, 20 orang sudah diizinkan pulang, sementara enam lainnya masih menjalani perawatan intensif. Dilansir Antara, lima korban lain, terdiri atas tiga siswa dan dua guru, sempat ditangani di RS Merry dan seluruhnya sudah diperbolehkan pulang. (*)