ara contemporary Hadirkan Galeri Seni Beriskan 17 Seniman Asia Tenggarra

Sabtu, 12 April 2025 - Ananda Dimas Prasetya

MerahPutih.com - ara contemporary resmi dibuka sebagai galeri seni terbaru di Jakarta, menandai tambahan penting bagi lanskap seni rupa ibu kota. Galeri ini hadir untuk mendukung seniman Asia Tenggara serta mempromosikan praktik seni mereka di tingkat lokal maupun internasional.

Didirikan oleh tiga sosok yang telah lama berkecimpung di dunia seni — Fiesta Ramadanti, Fredy Chandra, dan Megan Arlin — ara contemporary menghadirkan beragam karya dari seniman yang sedang naik daun hingga nama-nama besar dari kawasan Asia Tenggara.

“Dengan latar belakang profesional di institusi seni ternama seperti Art Jakarta (Jakarta), Mizuma Gallery (Singapura dan Tokyo), serta Sullivan+Strumpf (Singapura, Sydney, dan Melbourne), ketiga pendiri membawa pengalaman mendalam dalam percakapan seni tingkat global,” demikian pernyataan resminya.

Baca juga:

Pameran Mode Sejauh Mata Memandang x Eko Nugroho Segera Digelar: Pertemukan Fashion, Estetika Interior, hingga Keindahan Karya Seni

Nama ara sendiri merupakan gabungan dari nama belakang para pendiri (Arlin, Ramadanti, Chandra) serta terinspirasi dari bahasa Sansekerta yang berarti 'tempat berlindung'. Nama ini mencerminkan filosofi galeri sebagai ruang untuk perenungan dan dialog yang mendalam. Fokus utama galeri ini adalah mendukung seniman yang praktiknya berakar pada konteks Asia Tenggara, sekaligus membuka ruang dialog dengan narasi global.

Galeri ini memiliki dua ruang utama, yaitu Galeri Utama dan Fokus. Galeri Utama akan menjadi panggung utama pameran, sementara Fokus ditujukan untuk menyoroti karya-karya eksperimental dari seniman, kurator, penulis, dan praktisi seni muda, dengan misi merawat praktik yang inovatif dan berkembang.

Baca juga:

Melihat Budaya Irlandia dari Perspektif Pameran Seni 'Mata Irlandia 2025'

Pameran Pembuka: We Begin with Everything

Pameran perdana ara contemporary bertajuk We Begin with Everything, terinspirasi dari buku The Creative Act: A Way of Being karya Rick Rubin. Judul pameran mencerminkan gagasan utama Rubin bahwa kreativitas adalah sumber daya tak terbatas yang selalu tersedia.

Pameran ini merayakan perjalanan penciptaan sebagai proses terus-menerus yang mewujud dalam karya nyata, sejalan dengan lahirnya galeri ini serta proses artistik para seniman yang terlibat.

Pameran ini menampilkan karya dari 17 seniman Asia Tenggara, di antaranya:

- Agan Harahap (Indonesia)

- Albert Yonathan Setyawan (Indonesia)

- Alisa Chunchue (Thailand)

- Carmen Ceniga Prado (Seoul/Spanyol/Singapura)

- Condro Priyoaji (Indonesia)

- Dawn Ng (Singapura) – bekerja sama dengan Sullivan+Strumpf

- Enggar Rhomadioni (Indonesia)

- Irfan Hendrian (Indonesia)

- Ipeh Nur (Indonesia)

- Iwan Effendi (Indonesia)

- Kelly Jin Mei (Singapura)

- Mar Kristoff (Indonesia)

- Marcos Kueh (Malaysia) – bekerja sama dengan The Backroom

- Natalie Sasi Organ (Thailand)

- S. Urubingwaru (Indonesia)

- Wedhar Riyadi (Indonesia)

- Xiuching Tsay (Thailand)

(far)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan