Analisis Rusia Pertama Kunci Zona Mati Chernobyl: Rute Tercepat Kuasai Ibu Kota Ukraina

Jumat, 25 Februari 2022 - Wisnu Cipto

MerahPutih.com - Reaktor Nuklir Chernobyl yang berjarak 108 kilometer dari Kiev, Ibu Kota Ukraina, meledak pada 1986 silam, saat masih berada di bawah kekuasaan Uni Soviet. Imbas insiden itu menyebabkan puluhan ribu orang meninggal. Kawasan Chernobyl pun menjadi daerah tidak berpenghuni karena masih tersisa radiasi radioaktif hingga saat ini.

Lalu, kenapa Rusia menjadikan kawasan Reaktor Nuklir Chernobyl menjadi salah satu target utama mereka untuk dikuasai dalam serangan ke Ukraina yang dimulai sejak Kamis (24/2) kemarin? Para pakar militer dunia memiliki sejumlah analisis alasan strategis Rusia pertama-tama menguasai kawasan 'kota mati' itu.

Baca Juga:

Ledakan di mana-mana, Serangan Rusia Targetkan Ibu Kota Ukraina dan Bandara

Pengamat militer Barat dari Carnegie Endowment for International Peace, James Acton, menjelaskan posisi geografis Chernobyl menjadi rute terpendek jika menempuh perjalanan dari Belarus ke Kiev. Artinya, kata dia, rute ini vital jika Rusia untuk menguasai Ukraina menggunakan pasukan darat. Belarus sendiri sampai saat ini masih berada di bawah kontrol Rusia. "Itu adalah rute tercepat A (Belarus) ke B (Kiev)," tegas Acton, dilansir dari CNN, Jumat (25/2).

Pemandangan udara dari pesawat menunjukkan struktur New Safe Confinement (NSC) di atas sarkofagus tua yang menutupi reaktor keempat yang rusak di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Chernobyl selama tur

Mantan staf Angkatan Darat Amerika Serikat, Jack Keane mengamini hipotesa Acton. Menurut dia, kawasan Chernobyl bukan wilayah kantong militer Ukraina. Namun, lanjut dia, jika Rusia ini menduduki Ukraina lewat pasukan darat penguasaan wilayah Chernobyl menjadi strategi paling efektif untuk kebutuhan jalur transportasi dan logistik pasukan. "Rute ini menjadi target strategi Rusia untuk menggulingkan pemerintah Ukraina," tegas dia.

Baca Juga:

Kuasai Reaktor Nuklir Chernobyl, Pesan Rusia ke NATO: Jangan Ikut Campur

Kawasan Chernobyl sebagai zona eksklusif tidak berpenghuni juga menjadi faktor pertimbangan lain untuk keuntungan Rusia. Acton mengungkap serangan ke daerah itu tidak berpotensi membunuh banyak korban warga sipil, sehingga aksi serangan Rusia lebih aman dari kecaman para aktivis kemanusiaan dan sanksi dunia global. "Justru karena zona eksklusi, itu mungkin tidak akan terlalu banyak menimpa warga sipil Ukraina," tegas dia.

Seorang karyawan berjalan di pusat kendali reaktor keempat yang rusak di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Chernobyl di Chernobyl, Ukraina, Kamis (25/3/2021). Gambar diambil pada (25/3/2021). REUTERS/Gleb Garanich/AWW/sa. (REUTERS/GLEB GARANICH)
Seorang karyawan berjalan di pusat kendali reaktor keempat yang rusak di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Chernobyl di Chernobyl, Ukraina, Kamis (25/3/2021). Gambar diambil pada (25/3/2021). (ANTATA/REUTERS/Gleb Garanich/AWW/sa.

Namun, Acton mengingatkan serangan Rusia ke Chernobyl juga berpotensi memicu bahaya yang lebih besar bagi dunia. Pasalnya, masih ada empat pembangkit listrik tenaga nuklir aktif Ukraina di kawasan itu. "Jelas kecelakaan di Chernobyl akan menjadi masalah besar," ungkap dia.

Di luar dua faktor itu, pihak Rusia sendiri mengakui ada nilai strategis sehingga ngotot menduduki kawasan Chernobyl. Sumber keamanan Rusia menyatakan pasukan militer negaranya sengaja menargetkan reaktor Chernobyl, sebagai pesan untuk negara-negara barat lainnya tidak ikut campur dalam konflik dengan Ukraina.

"Rusia ingin menguasai reaktor nuklir Chernobyl untuk memberi pesan kepada NATO agar militernya tidak ikut campur," kata sumber yang sama dilansir kantor berita Reuters.

Terlepas dari itu, Rusia akhirnya berhasil menguasai kawasan Reaktor Nuklir Chernobyl melalui proses pengepungan sejak Kamis kemarin. Akibatnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menyatakan langkah Rusia menguasai reaktor Chernobyl sebagai ancaman besar bagi Eropa. "Ini adalah pernyataan perang terhadap seluruh Eropa," tulis orang nomor satu Ukraina itu di Twitter beberapa saat sebelum pembangkit itu dikuasai Rusia. (*)

Baca Juga:

Jelajahi Chernobyl Secara Virtual Saat Dunia Memperingati Hari Bencana

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan