Analis Sebut Pakistan akan Kesulitan di 2025, Ditambah Lagi Donald Trump Bakal Pimpin AS
Rabu, 08 Januari 2025 -
MerahPutih.com - Pakistan memasuki tahun baru dalam keadaan relatif tenang setelah 30 bulan yang penuh gejolak, ditandai oleh politik yang tidak stabil, pemilihan umum kontroversial, dan ekonomi yang berada di ambang kehancuran.
Ketika politik dalam negeri mulai stabil dan ekonomi berharap adanya perubahan di negara terpadat kedua di Asia Selatan, tantangan kebijakan luar negeri dan keamanan kemungkinan akan muncul sebagai perhatian paling mendesak Pakistan di 2025.
Para analis memperkirakan tahun 2025 akan menjadi tahun yang sulit bagi Pakistan, karena negara itu harus menjalin hubungan dengan negara-negara tetangga, sekutu, dan musuh terdekatnya di seluruh dunia, serta dengan Amerika Serikat yang akan segera dikuasai oleh Donald Trump.
Sebagian besar tantangan kebijakan luar negeri dan keamanan Pakistan muncul karena lokasinya yang berdekatan, terutama Afghanistan di sebelah barat dan musuh bebuyutannya India di sebelah timur.
Baca juga:
Pendukung Imran Khan Masuk ke Islamabad, 4 Pasukan Keamanan Pakistan Tewas
"Pakistan tidak punya pilihan strategis yang besar selain menata kembali perekonomiannya dan memperbaiki hubungannya dengan negara-negara besar dan negara-negara tetangga regional lainnya," kata Christopher Clary, seorang peneliti nonresiden di Stimson Center, sebuah lembaga nirlaba yang berbasis di AS, seperti dikutip dari Aljazeera.
"Ini mungkin memerlukan kerja keras selama bertahun-tahun, dan tidak jelas apakah Pakistan punya waktu bertahun-tahun untuk melakukan pekerjaan itu sebelum perekonomiannya runtuh."
Selain itu, Pemerintah Pakistan sering kali menggembar-gemborkan persahabatan mereka yang lebih dalam dari lautan dan lebih tinggi dari gunung dengan China. Namun, pada tahun 2024 terungkap keretakan dalam hubungan tersebut.
Di lain hal, Trump telah mengambil posisi garis keras yang konsisten terhadap China, dengan masa jabatan pertamanya diwarnai perang dagang antara kedua kekuatan ekonomi tersebut. Dalam masa jabatan keduanya, pemimpin AS tersebut telah berjanji untuk mengenakan tarif hingga 60 persen pada impor China.
Baca juga:
Ledakan di Bandara Pakistan Sebabkan 10 Orang Terluka, 2 Warga China Tewas
"Namun karena Pakistan tidak menjadi prioritas utama dalam agenda internasional pemerintahan Trump, ada sisi baiknya. Namun, ketidakpastian adalah faktor umum dari kedua tantangan Pakistan dengan China," kata Muhammad Faisal, pakar kebijakan luar negeri China. (ikh)