Algoritma dapat Menemukan Tanda Autisme pada Bayi

Senin, 13 Februari 2023 - P Suryo R

AUTISME merupakan kondisi disabilitas yang mengganggu perkembangan hidup dari seseorang dan memiliki dampak dari penderitanya ketika berkomunikasi serta berinteraksi dengan orang sekitarnya dan lingkungannya. Di Indonesia sendiri berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI (7/4) pada periode tahun 2020-2021 terdapat 5.530 gangguan perkembangan anak termasuk gangguan spektrum autisme tercatat dilayani di puskesmas.

Dalam mempersiapkan orangtua serta keluarga dalam membesarkan anak yang memiliki autisme memang dipandang paling tepat bila gangguan ini terdeteksi sedini mungkin sebelum menginjak usia balita atau bahkan anak-anak. Oleh karena itulah laporan studi yang belum lama ini dirilis oleh Duke University di Amerika Serikat dianggap penting bagi dunia medis terkait penanganan autisme.

Baca Juga:

Gagal Glowing, 5 Kesalahan Perawatan Kulit Wajah di Malam hari

anak
Terdapat potensi untuk mendeteksi autisme pada anak-anak sejak lahir. (Unsplash/Artem Beliaikin)

Berdasarkan studi dari universitas di Durham, North Carolina itu, terdapat potensi untuk mendeteksi autisme pada anak-anak sejak lahir dengan memanfaatkan algoritma. Di mana algoritma tersebut tercipta ketika para peneliti melakukan analisa terhadap rekam medis elektronik dari 45 ribu anak yang pernah dirawat di periode 2006-2020 melalui Sistem Kesehatan Universitas Duke.

Dengan fokus analisanya terhadap bayi yang pernah berobat ke dokter mata atau ahli saraf, pernah mengalami masalah perut atau gastrointestinal, atau bayi yang pernah menjalani terapi fisik. Dari data-data itulah tercipta algoritma yang memprediksi potensi terjadinya autisme dari bayi.

Algoritma itu kemudian digunakan dalam model machine-learning dan prediksinya membantu membedakan bayi yang berpotensi mengalami spektrum autisme, yang terdiagnosa ADHD, atau yang memiliki gangguan perkembangan saraf lainnya.

Baca Juga:

Sebelum Suntik Botox, Ketahui Manfaat dan Efek Sampingnya

anak
Peneliti masih akan terus mengembangkan riset algoritma ini dengan menggabungkan bersama tools lain (Freepik)

“Sejumlah besar faktor di seluruh profil kesehatan bayi dimasukan ke dalam model. Masing-masing faktor tersebut berkontribusi secara bertahap (terhadap spektrum autisme-red),” ungkap salah seorang peneliti studi tersebut Matthew Engelhard, MD, sebagaimana dikutip dari Webmd.com (9/10).

Pada penelitian, model-model dari algoritma tersebut kemudian digunakan untuk menganalisa anak-anak yang diketahui memang diabaikan dari sisi skrining kesehatan tradisional, seperti terhadap anak-anak perempuan, anak non-kulit putih, serta mereka yang memang sebelumnya didiagnosa gabungan autisme serta ADHD.

Fokus terhadap anak-anak yang disebutkan di atas dianggap penting karena mereka telah kehilangan momen skrining kesehatan sedini mungkin. Dari sinilah mengapa berdasarkan ketua penelitian sekaligus pimpinan Duke Center for Autism and Brain Development Geraldine Dawson, penelitiannya bisa mengarahkan penggunaan algoritma yang mereka dapatnya dengan bantuan tools lain dalam rangka mendiagnosa autisme lebih dini sehingga si anak lebih cepat dapat terbantu. (aru)

Baca Juga:

Konon Kentang Ampuh Turunkan Berat Badan dalam Waktu Singkat

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan