3 Peristiwa Penting dalam Perayaan Waisak

Selasa, 21 Mei 2024 - Dwi Astarini

MERAHPUTIH.COM - HARI Raya Waisak merayakan tiga peristiwa penting. Perayaan terbesar hari raya suci umat Buddha itu dipusatkan di Candi Borobudur.

Tahun ini, Hari Raya Waisak akan jatuh pada Kamis, 23 Mei 2024. Bagi umat Buddha, Hari Raya Waisak merupakan momen hari suci yang diperingati dengan serangkaian ibadah.

'Waisak' sejatinya berasal dari bahasa Pali 'vesakha', atau dalam bahasa sansekerta 'vaisakha'. Kata 'vesakha' diambil dari kalender Buddhis yang umumnya jatuh pada Mei di kalender Masehi.

Beberapa kali Hari Raya Waisak jatuh pada akhir April atau awal Juni. Umat Buddha biasanya menyebut Hari Raya Waisak dengan Tri Suci Waisak. Tri Suci Waisak bermakna tiga peristiwa penting pada peringatan Hari Raya Waisak.

Buku Papan Pengibadah Depok oleh Rasullis Khoirunnisa Nurbaiti (2022) mengungkapkan tiga peristiwa penting itu ialah kelahiran Pangeran Siddharta, Pangeran Siddharta mencapai Penerangan Agung dan menjadi Buddha, lalu Buddha Gautama Parinibbana wafat.

Baca juga:

Libur dan Cuti Bersama Waisak, Jakarta Bebas Ganji Genap 23-24 Mei

1. Kelahiran Pangeran Siddharta

Pangeran Siddharta lahir pada 623 SM di Taman Lumbini. Ketika ia dilahirkan, ada dua arus kecil yang jatuh dari langit, yang satu dingin, sedangkan yang lain hangat.

hari raya waisak
Pangeran Siddharta mencapai pencerahan sempurna pada usia 35 tahun. (Foto: Unsplash/Mattia Faloretti)

2. Pangeran Siddharta mencapai Penerangan Agung dan menjadi Buddha

Peristiwa penting kedua pada Hari Raya Waisak ialah ketika Pangeran Siddharta mencapai usia 35 tahun. Ia telah mencapai pencerahan sempurna, yang ditandai dengan terpancarnya enam sinar Buddha dari tubuhnya.

Enam sinar itu ada yang berwarna biru berarti bakti, kuning berarti kebijaksanaan dan pengetahuan, merah berarti belas kasih, putih artinya suci, jingga bermakna giat, dan terakhir ialah campuran kelima warna sinar itu.

3. Buddha Gautama Parinibbana wafat

Buddha Gautama Parinibbana wafat di Kusinara pada 543 SM, ketika ia berusia 80 tahun. Waktu itu, Buddha menderita sakit dan terbaring sembari memberikan Dhamma untuk terakhir kali kepada siswa-siswanya.(waf)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan