25,18 Persen Penduduk Jabodetabek Didorong Pakai Angkutan Massal
Kamis, 02 Mei 2024 -
MerahPutih.com - Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kementerian Perhubungan melansir, potensi market angkutan umum di Jabodetabek sangat besar mencapai 75 juta pergerakan sedangkan capaian modal share pada tahun 2023 baru mencapai 20 persen dari 60 persen total pergerakan di Jabodetabek.
"Kami telah mengidentifikasi, angkutan umum massal saat ini hanya berpotensi melayani 7,97 juta atau 25,18 persen penduduk Jabodetabek jika dihitung 500 meter dari titik simpul," kata Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris BPTJ Hananto Prakoso dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
Khusus di wilayah Jakarta, potensi untuk melayani angkutan umum massal mencapai 7,3 juta jiwa atau lebih dari 65 persen penduduk Jakarta. Sementara untuk wilayah Bodetabek cakupannya kurang dari 5 persen atau hanya 656 ribu jiwa saja.
Ia mendorong percepatan pengembangan angkutan umum berbasis listrik di Jabodetabek sebagai upaya menurunkan emisi dan polusi yang ditimbulkan akibat tingginya penggunaan kendaraan pribadi.
Baca juga:
Bank Dunia Setujui Dana Rp 3,1 Triliun Buat Sistem Angkutan Massal Indonesia
“Layanan bus listrik tentunya perlu dikembangkan dan diperluas cakupannya untuk menunjang mobilitas dari wilayah Bodetabek menuju Kota Jakarta dan sebaliknya,” kata
Mendorong program akselerasi tersebut, BPTJ secara bertahap membangun kolaborasi, komitmen, dan komunikasi dalam menyiapkan angkutan umum berbasis listrik yang nyaman, berkelanjutan baik dengan pihak perbankan, developer, serta kementerian/lembaga terkait
"Pihaknya telah melakukan pertemuan akselerasi pengembangan ekosistem angkutan umum berbasis listrik di wilayah Jabodetabek dengan menghadirkan sejumlah pemangku kepentingan terkait," katanya.
Ia menegaskan, salah satu yang perlu dilakukan dalam mendorong ekosistem angkutan umum listrik dengan menetapkan quick win pengembangan rute angkutan umum berbasis jalan khususnya JRC, feeder LRT Jabodebek dan Transjabodetabek serta mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan berbasis listrik dalam penyediaannya.
Baca juga:
Rencana Anies Ganjil Genap Motor Rawan Picu 'Klaster Angkutan Massal'
Apalagi, Direktur Konservasi Energi Kementerian ESDM Hendra Iswahyudi menyampaikan sektor transportasi berperan penting dalam menghemat energi selain sektor industri dan rumah tangga.
"Elektrifikasi kendaraan menjadi pendukung pengembangan reduksi emisi. Sebagai gambaran sektor transportasi pada tahun 2022 memiliki konsumsi 429 MBOE. Terdapat potensi penghematan energi 15-35 persen dengan strategi implementasi pada angkutan umum (BRT/ MRT/ LRT) dengan melakukan fuel switching dari BBM/fuel ke gas, hidrogen, serta listrik." ujar Hendra. (*)