11 Bahasa Daerah Punah

Jumat, 08 Maret 2024 - Alwan Ridha Ramdani

MerahPutih.com - Bahasa daerah terus mengalami ancaman kepunah atau mayoritas penutur berusia 20 tahun ke atas dan generasi tua tidak lagi berbicara kepada anak-anak atau di antara mereka sendiri. Di mana, rata-rata bahasa daerah yang mengalami kepunahan ini terjadi di wilayah bagian timur Indonesia.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia menyatakan sebanyak 11 bahasa daerah di Indonesia sudah mengalami kepunahan, karena tidak lagi penutur bahasa daerah tersebut.

Baca juga:

Pesan Jokowi agar Masyarakat Menguasai Minimal 1 Bahasa Daerah

"Kepunahan bahasa daerah ini karena para penuturnya tidak lagi menggunakan dan mewariskan bahasa daerah ke anak cucunya," kata Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek Hafidz Muksin saat membuka rakor revitalisasi bahasa daerah Pulau Bangka, Kamis (8/3) malam.

Ia mengatakan, kondisi vitalitas bahasa daerah di Indonesia saat ini, bahasa daerah yang masih aman atau masih dipakai oleh semua anak dan semua orang dalam etnik sebanyak 24 bahasa daerah.

Bahasa daerah dalam kondisi rentan atau semua anak dan generasi tua masih menggunakan bahasa daerahnya tetapi jumlah penutur relatif sedikit sebanyak 19 bahasa, mengalami kemunduran sebanyak 3 bahasa.

Selain itu, hampir sudah tidak ada lagi orang tua usia 20 tahun bicara dengan anaknya menggunakan bahasa daerah sebanyak 25 bahasa. Lalu, kritis atau penuturnya kelompok masyarakat berusia 40 tahun ke atas dan mencapai 5 bahasa.

Kementerian mencatat, sebanyak 11 bahasa daerah yang mengalami kepunahan tersebut yaitu bahasa Tandia di Papua Barat, bahasa Mawes Papua, bahasa Kajeli atau kayeli Maluku, bahasa Piru Maluku, bahasa Moksela Maluku.

Selanjutnya bahasa daerah Palumata Maluku, bahasa Ternateno Maluku Utara, bahasa HUKUmina Maluku, bahasa Hoti Maluku, bahasa Serua Maluku dan bahasa Nila di daerah Maluku.

"Situasi di wilayah Timur Indonesia ini, jumlah bahasa daerah banyak, namun penduduknya sedikit, sementara wilayah Barat Indonesia, jumlah bahasa daerahnya sedikit tetapi jumlah penduduknya padat," katanya dikutip Antara. (*)

Baca juga:

Pusakata Buat Lagu Berbahasa Daerah Jadi 'Naik Kelas'

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan