WHO: Jangan Konsumsi Gula Pengganti jika Ingin Menurunkan Berat Badan


Mengganti gula biasa tidak membantu pengendalian berat badan dalam jangka panjang. (Pexels/Ketut Subiyanto)
ORANG yang tengah mencoba menurunkan berat badan sebaiknya tidak menggunakan gula pengganti yang dikenal sebagai pemanis non-gula. Demikian dikatakan World Health Organization (WHO) dalam laporan terbarunya.
Tidak ada bukti bahwa gula pengganti membantu orang mengurangi lemak tubuh. Menurut pakar WHO, pemanis jenis ini bahkan dapat membantu meningkatkan risiko diabetes atau masalah kardiovaskular.
Baca Juga:

Pemanis non-gula sering ditambahkan oleh para produsen ke minuman dan makanan kemasan, dan juga ditambahkan langsung ke makanan dan minuman oleh konsumen, seperti menambahkan pemanis dalam kemasan saset ke secangkir teh atau kopi.
Pemanis yang dalam pedoman baru WHO dikatakan agar tidak digunakan adalah semua pemanis non-nutrisi sintetis dan alami atau yang dimodifikasi, yang tidak diklasifikasikan sebagai gula.
Berdasarkan pedoman itu, yang termasuk di dalamnya antara lain pemanis acesulfame K, aspartam, advantame, siklamat, neotame, sakarin, sukralosa, stevia, dan turunan stevia.
“Mengganti gula biasa [dengan pemanis non-gula] tidak membantu pengendalian berat badan dalam jangka panjang,” ungkap Direktur Department of Nutrition and Food Safety WHO Francesco Branca, MD, PhD dalam pernyataan yang diberitakan WebMD (15/5).
Menurutnya, orang perlu mempertimbangkan cara lain untuk mengurangi asupan gula, seperti mengonsumsi makanan dengan gula alami, seperti buah, atau makanan dan minuman tanpa pemanis.
"[Pemanis non-gula] bukanlah faktor makanan yang penting dan tidak memiliki nilai gizi. Orang harus mengurangi makanan manis sama sekali, mulai dari awal kehidupan, untuk meningkatkan kesehatan mereka," Branca menekankan.
Baca Juga:

Empat dari 10 orang di dunia kelebihan berat badan atau obesitas, menurut WHO, yang bersama dengan Departemen Pertanian AS merekomendasikan agar orang mendapatkan kurang dari 10 persen kalori harian mereka dari gula.
Gula pengganti digunakan oleh banyak orang sebagai cara untuk mempermanis minuman dan makanan mereka dengan tetap memenuhi anjuran untuk membatasi asupan gula.
Pedoman pola makan di AS yang terbaru, diterbitkan pada tahun 2020 oleh Department of Agriculture AS, juga mencatat bahwa mengganti gula tambahan dengan pemanis rendah dan tanpa kalori dapat mengurangi asupan kalori dalam jangka pendek dan membantu dalam manajemen berat badan.
Namun, menurut pihaknya, masih ada pertanyaan tentang pemanis jenis itu dalam hal efektivitas sebagai strategi pengelolaan berat badan jangka panjang.
Rekomendasi WHO yang baru tidak berlaku untuk orang yang sudah menderita diabetes dan menggunakan pemanis non-gula untuk mengatur kadar gula darah.
Menyarankan penderita diabetes tentang penggunaan pemanis adalah "di luar cakupan" dari rekomendasi baru, demikian tercantum dalam laporan tersebut. (aru)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak

Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
