Vaksin COVID-19 pada Anak-anak Tidak Tingkatkan Risiko Infertilitas


Orangtua khawatir bahwa vaksin dapat berdampak negatif pada kesuburan anak-anak di kemudian hari. (Foto: stanfordchildrens.org)
INI adalah salah satu kekhawatiran utama orangtua tentang anak-anak yang divaksinasi COVID-19: akankah vaksin itu, entah bagaimana, mengganggu kesuburan anak di masa depan?
Sebuah survei yang dirilis oleh Kaiser Family Foundation minggu lalu menemukan bahwa 66 persen orangtua dari anak-anak berusia 5 hingga 11 tahun khawatir bahwa vaksin dapat berdampak negatif pada kesuburan anak-anak di kemudian hari.
Hal itu membuat dokter dan pejabat kesehatan masyarakat bersatu dalam meyakinkan orangtua bahwa ini bukan masalah.
Baca juga:

"Klaim tidak berdasar yang menghubungkan vaksin COVID-19 dengan infertilitas telah dibantah secara ilmiah," kata American Academy of Pediatrics, yang mewakili dokter yang berspesialisasi dalam merawat anak-anak, dalam sebuah pernyataan di situsnya.
“Tidak ada bukti bahwa vaksin dapat menyebabkan hilangnya kesuburan. Sementara kesuburan tidak dipelajari secara khusus dalam uji klinis vaksin, tidak ada kehilangan kesuburan yang dilaporkan di antara peserta uji coba atau di antara jutaan orang yang telah menerima vaksin sejak otorisasi, dan tidak ada tanda-tanda infertilitas yang muncul dalam penelitian pada hewan," tambahnya.
"Demikian pula, tidak ada bukti bahwa vaksin COVID-19 memengaruhi pubertas," mereka menjelaskan seperti diberitakan CNN.
American College of Obstetricians and Gynecologists, yang mewakili para dokter yang merawat ibu hamil, melahirkan bayi, mengobati infertilitas, dan membantu perempuan mempersiapkan kehamilan, juga mendorong perempuan untuk divaksinasi terhadap COVID-19. "Organisasi medis terkemuka telah berulang kali menegaskan bahwa vaksin COVID-19 tidak berdampak pada kesuburan," katanya.
Baca juga:

Hal yang sama berlaku untuk kesuburan pria, kata Centers for Disease Control and Prevention AS.
Distribusi vaksin diharapkan dapat dimulai untuk anak-anak berusia 5 hingga 11 tahun paling cepat pekan ini. Food and Drug Administration AS mengeluarkan otorisasi penggunaan darurat untuk vaksin Pfizer pada kelompok usia yang lebih muda ini pada Jumat (29/10).
Dr. Paul Offit, salah satu penasihat vaksin FDA, seorang dokter anak dan kepala Pusat Pendidikan Vaksin di Rumah Sakit Anak Philadelphia, menjelaskan mangapa itu hanya mitos, "Kalau mempengaruhi kesuburan, kalau infeksi alami mempengaruhi kesuburan, maka angka kelahiran seharusnya turun, tapi bukan itu yang terjadi. Angka kelahiran sebenarnya naik sedikit. Jadi, itulah dua bukti yang membantah vaksin ini atau infeksi alami dalam arti apapun mempengaruhi kesuburan."
Ada juga ketakutan tentang human papillomavirus atau vaksin HPV dan risiko infertilitas di AS -- ketakutan yang dipicu oleh rumor bahwa vaksin itu entah bagaimana menyebabkan kondisi yang disebut insufisiensi ovarium primer. Beberapa penelitian besar telah menunjukkan ini tidak benar. (aru)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak

Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
