Terkuak, Penyebab Pergeseran Tanah di Bogor


Kondisi lokasi bencana pergeseran tanah di Desa Bojongkoneng, Kecamatan Babakanmadang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (16/9/2022). ANTARA/M Fikri Setiawan
MerahPutih.com - Bencana pergeseran tanah terjadi di Desa Bojong Koneng, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, pada Selasa (13/9) lalu.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor bersama Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan kajian terhadap peristiwa tersebut.
Baca Juga
Kepala BPBD Kabupaten Bogor, Yani Hassan mengungkapkan, setelah dilakukan kajian menyatakan bahwa tempat kejadian bencana tersebut masuk dalam wilayah rawan rayapan tanah.
"Jadi sekarang ada istilah baru namanya rayapan tanah, bergeraknya secara perlahan. Bahwa di situ memang merupakan daerah yang berpotensi rayapan tanah," kata Yani di Cibinong, Selasa (27/9).
Yani menerangkan, kondisi rayapan tanah berbeda dengan longsor. Longsor terjadi seketika. Namun rayapan tanah terjadi secara perlahan. Pergerakan tanah yang mengakibatkan kerusakan sejumlah rumah dan jalan desa itu juga dipicu oleh hujan deras di wilayah tersebut.
"Mungkin hanya 50 centimeter per hari, satu meter per hari, dan seterusnya. Di tempat-tempat tertentu sudah terjadi retakan tanah, ini juga diisi air semakin berpotensi rayapan tanah," terangnya.
Atas kondisi tersebut, langkah pertama yang dilakukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor adalah mengamankan warga dari ancaman pergeseran tanah susulan.
"Di daerah retakan-retakan, masyarakat tidak lagi diperkenankan (aktivitas), nanti kita bantu pakai semacam police line, semacam rambu bahwa mereka tidak dapat melakukan kegiatan," tuturnya.
Baca Juga
Yani mengatakan bahwa pihaknya juga bakal mengusulkan moratorium pembangunan di wilayah rawan rayapan tanah sebagai langkah antisipasi bencana. Ia juga mendorong pemerintah daerah untuk membuat kajian terhadap bangunan-bangunan di Bojongkoneng, agar tak ada korban jiwa di kemudian hari.
"Nanti kita mengusulkan moratorium terhadap pembangunan untuk menghindari, untuk pencegahan dari pembukaan itu menjadi pergeseran tanah," kata Yani
Diberitakan sebelumnya, Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menyebutkan, pergerakan tanah di Bojongkoneng mengakibatkan 278 KK atau 1.020 jiwa terdampak.
Berdasarkan data BPBD Kabupaten Bogor per Selasa (20/9), pukul 10.20 WIB, ada sebanyak 246 unit rumah terdampak. Sedikitnya, sembilan unit rumah mengalami rusak berat dan 73 unit rumah rusak sedang. Selanjutnya, satu unit fasilitas pendidikan dan musala juga terdampak.
Kemudian, ruas jalan Kampung Curug sepanjang 1 kilometer juga mengalami kerusakan sehingga tidak dapat dilewati semua jenis kendaraan. (*)
Baca Juga
Bagikan
Andika Pratama
Berita Terkait
Topan Super Ragasa Terjang Filipina, Berpotensi Katastrofik dengan Ribuan Orang Dievakuasi

53 Rumah di Kabupaten Madiun Rusak karena Puting Beliung, Tidak Ada Korban Jiwa yang Dilaporkan

Semburan Abu Tebal Gunung Semeru Setinggi 700 Meter, Pahami Zona Merah untuk Hindari Awan Panas dan Lahar Hujan

Kekuatan Gempa Susulan Menurun, BPBD Minta Warga Nabire Jangan Panik

Gunung Lewotobi Laki-laki Kembali Erups, Beberapa Desa Terancam Banjir Lahar Hujan

Gempa Nabire Papua M 6,6 Sebabkan Jaringan Telekomunikasi Terputus dan Objek Vital Rusak

BNPB Kirim Tim Reaksi Cepat ke Nabire, Tangani Dampak dan Kerusakan Akibat Gempa

Gempa Magnitudo 6,6 Guncang Nabire, Seluruh Jaringan Komunikasi Terputus

Hujan Deras di Puncak Gunung Semeru Picu Banjir Lahar Selama 2,5 Jam, Waspada Potensi Awan Panas Hingga Radius 13 Kilometer

Gempa ‘Darat’ Magintudo 6,6 di Nabire Papua Tengah Dipicu Pergerakan di Sesar Anjak Weyland, Getarannya Bikin Orang Bangun Terkaget
