Susu Kental Manis Tidak Memiliki Nilai Gizi


Susu kental manis yang tengah kontroversi. (Foto: promf)
MASYARAKAT Indonesia dihebohkan dengan isu susu kental manis. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengumumkan bahwa produk susu kental manis yang beredar di Indonesia tidak mengandung susu.
BPOM menegaskan bahwa susu kental manis tidak dapat menggantikan susu sebagai penambah gizi. Selama ini susu kental manis selalu disajikan sebagai pelengkap makanan seperti martabak, teh tarik, kopi susu, es campur dan lain sebagainya.
Selain itu banyak masyarakat menengah ke bawah yang mengonsumsi susu kental manis sebagai nutrisi tambahan. Mereka pun kerap memberikan susu kental manis untuk anak-anak dengan dalih baik untuk pertumbuhan. Hal tersebut tentu menuai kontroversi.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia Komisi Pendidikan, Retno Listyarti menilai iklan yang ditampilkan oleh para pengusaha SKM terlalu menggembar gemborkan produk yang ditampilkan. Pihak produsen mengklaim produknya baik untuk pertumbuhan. Masyarakat pun dengan mudah terpengaruh. “Itu jelas pembodohan ,” ujarnya saat ditemui di Kantor Komisi Perlindungan Anak beberapa waktu lalu. Ia menghimbau pihak produsen untuk memberi informasi yang jelas dan tidak melebih-lebihkan produk yang ditawarkan.
Kandungan glukosa yang terlalu banyak pada SKM disebut-sebut dapat menyebabkan obesitas. Berbeda dengan pihak BPOM, Spesialis Gizi Klinik, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, dr. Agnes Riyanti Inge Permadhi, Sp GK menjelaskan bahwa produk SKM adalah produk susu namun kandungan nutrisinya rendah.
Rendahnya kandungan nutrisi pada SKM disebabkan oleh proses pengolahan SKM. Kandungan air pada SKM dibuang sehingga produk lebih kental. Untuk memberi cita rasa, produk SKM juga ditambahkan gula dan lemak.

"Protein yang terdapat di SKM sangat kecil dibandingkan kandungan karbohidrat dan lemaknya," demikian ucapnya saat dihubungi merahputih.com Jumat (6/7). Padahal nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh, terutama anak-anak yang dalam masa pertumbuhan adalah protein.
Banyaknya karbohidrat dan lemak di SKM dapat menyebabkan obesitas apabila dikonsumsi terlalu sering. Ini jelas bertentangan dengan klaim produsen yang mengatakan bahwa produk SKM baik untuk pertumbuhan anak. Untuk itu, dr Inge menyarankan para orang tua untuk tidak terlalu sering memberi SKM untuk putra dan putrinya. "SKM tidak bisa dijadikan suplementasi pertumbuhan anak. Nutrisi yang dibutuhkan anak banyak terdapat di telur, ikan, atau susu murni," tegasnya.
Sementara itu, ia memperbolehkan SKM dijadikan sebagai tambahan untuk martabak, es campur dan makanan manis lain supaya makanan lebih gurih. "Kalau untuk penambah makanan boleh saja. Kita kan makan martabak tidak bertujuan untuk pertumbuhan," tukasnya. (avi)
Bagikan
Berita Terkait
Susu Lokal Wajib 20 Persen di Program Makan Bergizi Gratis, Peternak Sapi Lokal Siap-Siap Kebanjiran Order

Kolaborasi Susu dan Dunia Olahraga Gaungkan Gaya Hidup Sehat Jelang World Milk Day 2025

Menikmati Susu dalam Dessert Cimory Eat Milk
Menilik KPBS Pangalengan Koperasi Peternak Sapi Perah yang Kian Modern

Kepala BGN: Susu Kita 80 Persen Impor

Pakar Gizi Soroti Susu Kandungan Gula Tinggi dalam Program Makan Bergizi Gratis

Pakar Gizi Soroti Pemberian Susu dengan Kandungan Gula Tinggi dalam Program Makan Bergizi Gratis

200 Ribu Sapi Ditargetkan Masuk ke Indonesia Tahun Ini Dukung Makan Bergizi Gratis

Istana Tegaskan Susu Bukan Menu Wajib Program MBG, Dikasih Seminggu Sekali

Susu Bukan Menu Wajib, BGN Tidak Mau MBG Malah Picu Lonjakan Impor Sapi
