Sopir Ambulans Sempat Cek Denyut Nadi Brigadir J


Dokumentasi polisi berjaga di depan rumah dinas Kepala Divisi Propam Polri nonaktif Irjen Ferdy Sambo. ANTARA FOTO/Indrianto Suwarso
MerahPutih.com - Sejumlah fakta baru tentang kematian Brigadir Yosua Hutabarat atau Brigadir J terus terungkap dalam persidangan.
Kali ini datang dari sopir ambulans bernama Ahmad Syahrul Ramadan yang mengevakuasi jasad Brigadir J usai tewas ditembak di rumah dinas Ferdy Sambo.
Saat tiba di rumah dinas Ferdy Sambo, 8 Juli lalu, Ahmad mengaku kaget banyak orang berseragam kepolisian.
Baca Juga:
Cerita Sopir Ambulans Jenazah Brigadir J Dikirimi Pesan Nomor Tak Dikenal
"Di sana ramai dan banyak juga kamera," ujar Ahmad saat menjadi saksi sidang pembunuhan Brigadir J dengan terdakwa Bharada Richard Eliezer di PN Jaksel, Senin (7/11).
Ia awalnya tak tahu bahwa yang hendak dijemputnya adalah jenazah. Pikirnya, ia menjemput orang sakit.
"Saya posisinya depan kaca, belakangnya kolam ikan. Saya berdiri diam nunggu arahan. Menunggu, 'Mas minta tolong evakuasi'. Saya bilang yang sakit yang mana pak, katanya ikutin saja. Saya ikuti police line. Lalu saya terkejut di samping tangga ada jenazah," sambungnya.
"Jenazah sudah di kantong?" tanya hakim.
"Belum. Masih tergeletak berlumuran darah yang mulia," jawab Ahmad.
Hakim bertanya apa yang Ahmad lakukan setelah lihat ada jenazah.
“Saya disuruh salah satu anggota untuk cek nadinya. Saya cek sudah tidak ada nadinya. Memang sudah tidak ada yang mulia,” ujar Ahmad.
Baca Juga:
Petugas Swab hingga Sopir Ambulans Bersaksi dalam Sidang Pembunuhan Brigadir J
Dia mengatakan, jenazah mengeluarkan darah saat diangkat. Namun, Ahmad mengaku tak tahu dari mana darah mengalir.
"Saya enggak ngerti apa keluar dari kepala atau genangan darah. Karena itu juga wajah ditutup masker saya enggak buka-buka yang mulia," ucapnya.
Ahmad mengatakan, ada lubang bekas luka tembak di dada jasad saat itu. Namun, dia tak melihat ada bekas tembak di bagian tubuh lainnya.
Ia juga dibantu sekitar empat orang saat mengangkat jenazah Brigadir J.
"Lalu dimasukkan itu jenazah, karena kakinya terlalu panjang enggak muat di kantong jenazah, saya lipat dikit baru masuk, saya resleting. Saya tarik dikit saya ambil tandu. Saya bawa langsung saya masukin satu per satu. Lalu dibantu diangkat untuk ke mobil," ucapnya.
Singkat cerita, Ahmad diarahkan untuk membawa jenazah ke RS Polri, Kramat Jati.
Dia mengaku ditemani seorang anggota Provos di dalam mobil ambulans.
"Lalu saya jalan di situ ada mobil Provos Pajero, saya di belakangnya. Lalu ada anggota Provos turun. Nanya 'Kamu sama siapa, Mas?' Saya sendiri. Akhirnya saya ditemani di dalam mobil dan saya jalan," ucapnya. (Knu)
Baca Juga:
Polisi Datangi Pertama TKP Penembakan Brigadir J Ungkap Ekspresi Ferdy Sambo
Bagikan
Joseph Kanugrahan
Berita Terkait
Suami Tega Bakar Istri di Cakung Gara-Gara Main Ponsel saat Diminta Bikin Mi Instan

Ada Gerombolan Orang Ingin Temui Kacab BRI sebelum Pembunuhan, Pengacara Duga Bagian Sindikat Pembobolan Bank

Keluarga Kacab BRI yang Dibunuh Minta Semua Pelaku Dijerat Pasal Pembunuhan Berencana

Prajurit Terlibat Penculikan dan Pembunuhan Kepala KCP Bank, KSAD: Aksi Keji Bertolak Belakang Dengan Misi TNI

Peran Anggota Kopassus Tersangka Penculikan Kacab BRI, Serka N Perantara Lainnya Eksekutor

Pelaku Penculikan dan Pembunuhan Kepala Cabang BRI Terancam Hukuman 12 Tahun Penjara

Ditreskrimum Polda Metro Jaya Ungkap Motif Kasus Pembunuhan Kepala Cabang Bank BRI

Disuruh Culik dan Bunuh Kepala Cabang BRI, 2 Anggota TNI Minta Uang Jutaan Rupiah

Banyak Luka Janggal di Tubuh Mahasiswi Tewas di Kos-kosan Ciracas, Diduga Bekas KDRT

Ditreskrimum Ungkap 15 Tersangka Kasus Pembunuhan Kacab Bank BRI di Jakarta
