Parenting

Sensory Seeker pada Anak, Kenali Ciri-cirinya!

P Suryo RP Suryo R - Rabu, 15 September 2021
Sensory Seeker pada Anak, Kenali Ciri-cirinya!

Perlu bantuan profesional medis untuk menangani gangguan sensory seeker. (Foto: Pexels/Artem Beliaikin)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

ANAK yang tidak bisa diam dan selalu mengganggu teman sebayanya bukan lah aib. Anak dengan gangguan sensory seeker sering dikaitkan dengan penderita ADHD. Namun, keduanya memiliki penyebab dan gejala yang cukup berbeda. Sayangnya seringkali orangtua merasa malu dan memilih menghukumnya dengan sanksi yang cukup keras di rumah. Padahal sensory seeker bisa disembuhkan melalui terapi sensorik.

Melansir dari understood.org, sensory seeker sebenarnya tidak hanya terjadi kepada anak kecil. Semua kalangan usia bisa menderita gangguan sensory seeker karena penyakit ini menyerang saraf sensorik di dalam tubuh. Tetapi penyakit ini lebih banyak ditemukan pada anak kecil. Gejalanya bisa bertambah parah dan mengganggu aktivitas sehari-hari jika tidak segera ditangani oleh para profesional.

Baca Juga:

Anak Enggak Mau Curhat Sama Orangtua? Ini Penyebabnya


1. Ceroboh

anak
Ketika terus menerus ceroboh harus dibawa ke penanganan profesional. (Foto: Pexels/Harsha Vardhan)


Ibu-ibu dan Bapak-bapak sekalian, jangan langsung marah jika anak cenderung ceroboh dalam melakukan sesuatu. Seringkali kecerobohan yang dialami seorang anak bukan dilakukan secara sengaja melainkan akibat terhambatnya saraf sensorik pada otak. Ketika melihat anak terus menerus ceroboh dan tidak bisa melakukan hal sederhana dengan benar, orangtua justru harus segera membawa sang buah hati ke tenaga profesional untuk diterapi.


2. Suara bising

anak
Mereka stres hanya karena mendengar suara-suara yang nyaring. (Foto: Pixabay/Clker-Free-Vector-Images)


Salah satu ciri-ciri anak yang menderita sensory seeker adalah sering bicara dengan nada tinggi. Selain itu mereka juga sangat sensitif terhadap suara di sekitarnya. Jika anak-anak lain merasa biasa saja ketika mendengar suara bel sekolahnya, anak dengan sensory seeker bisa merasa suara bel sekolah sama kencangnya dengan roket yang sedang diluncurkan. Tak jarang mereka stres hanya karena mendengar suara-suara yang nyaring.

Baca Juga:

EQ Tinggi itu Superpower, Kenali Bentuknya dalam Kehidupan Sehari-hari


3. Sering menghancurkan barang

anak
Menghancurkan barang tanpa menyadarinya. (Foto: Pixabay/stevepb)


Bukan karena jahil kepada temannya, anak dengan sensory seeker bisa dengan mudah menghancurkan barang milik orang lain karena tidak bisa mengontrol tenaga dari tangannya sendiri. Anak akan mencari kegiatan untuk memenuhi kebutuhan saraf sensorik dari otak yang tidak terstimulus dengan baik. Sayangnya kegiatan-kegiatan yang bisa memuaskan saraf sensorik penderita sensory seeker adalah dengan menghancurkan barang, berlari, melompat, dan kegiatan lain secara ekstrem.


4. Memiliki kebiasaan yang abnormal

anak
Anak dengan gangguan ini biasanya memiliki kebiasaan aneh. (Foto: Pexels/Yan Krukov)


Anak dengan gangguan sensory seeker juga seringkali memiliki kebiasaan aneh seperti menggigit baju dan mainannya sendiri. Orangtua tidak boleh langsung memarahi dan memaksa anak untuk mengoreksi perbuatannya karena bisa jadi hal ini disebabkan oleh kesalahan pada saraf sensorik otak. (Mar)

Baca Juga:

Stop Perundungan Terhadap Anak dengan Bibir Sumbing

#Kesehatan #Parenting
Bagikan
Ditulis Oleh

Maria Theresia

Your limitation -- it's only your imagination.

Berita Terkait

Indonesia
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Pemerintah DKI melalui dinas kesehatan akan melakukan penanganan kasus campak agar tidak terus menyebar.
Dwi Astarini - Jumat, 12 September 2025
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Lifestyle
Bunda, Coba deh Lavender & Chamomile untuk Tenangkan Bayi Rewel secara Alami
Lavender dan chamomile kerap menjadi pilihan utama dalam praktik mindful parenting.
Dwi Astarini - Minggu, 07 September 2025
Bunda, Coba deh Lavender & Chamomile untuk Tenangkan Bayi Rewel secara Alami
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Indonesia
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Irma mendorong BPJS Kesehatan untuk bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 28 Agustus 2025
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Indonesia
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Presiden Prabowo juga menargetkan membangun total 500 rumah sakit berkualitas tinggi sehingga nantinya ada satu RS di tiap kabupaten dalam periode 4 tahun ini.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Indonesia
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Presiden Prabowo yakin RS PON Mahar Mardjono dapat menjadi Center of Excellence bagi RS-RS yang juga menjadi pusat pendidikan dan riset, terutama yang khusus berkaitan dengan otak dan saraf.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Bagikan