Jangan Panik saat Musim Flu, Ini Urutan Gejala COVID-19


Penelitian menunjukkan influenza biasanya dimulai dari batuk. (Foto unsplash/Markus Spiske)
GEJALA COVID-19 memang mirip-mirip dengan penyakit atau virus lainnya. Termasuk flu musiman yang biasanya sering menghampiri kita ketika musim pancaroba.
Menurut prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), masa peralihan dari kemarau ke musim hujan memang terjadi pada September di tahun 2020 ini.
Dengan flu musiman yang sedang melanda, pastinya kita sering merasa parno jika mengalami gejala-gejala seperti batuk atau demam. Tapi jangan panik, menurut Healthline, penelitian terbaru memperdalam tentang gejala-gejala COVID-19.

Penelitian yang dilakukan oleh University of Southern California (USC) berhasil menentukan bahwa COVID-19 biasanya bermula dalam suatu urutan gejala tertentu. Batuk dan demam memang gejalanya.
Baca juga:
Kelas Daring Turunkan Tingkat Kecemasan Sebagian Remaja
Para peneliti mengambil lebih dari 55,000 data kasus COVID-19 milik World Health Organization (WHO) di Tiongkok. Kemudian mereka menyimpulkan urutan gejala dari COVID-19 antara lain demam yang diikuti dengan batuk kering dan nyeri otot. Kemudian tahap selanjutnya adalah mual dan muntah-muntah dan diikuti dengan diare.

Menurut Dr. Robert Glatter dari Lenox Hill Hospital, penelitian ini mengatakan pasien yang mengalami gejala flu musiman biasanya mengalami batuk terlebih dulu, baru demam.
Kesimpulannya, penelitian dari University of Southern California (USC) ini menunjukkan influenza biasanya dimulai dari batuk, dan gejala COVID-19 adalah demam.
"Pada kenyataanya, ini mungkin sulit diidentifikasi karena flu seringkali dimulai secara tiba-tiba dengan tiga serangkai gejala termasuk sakit punggung, menggigil, dan batuk kering," ungkap Dr. Glatter.
Baca juga:
Penemuan ini diharapkan mampu berguna ketika sedang mengevaluasi beberapa pasien dalam pengaturan klinis yang sibuk.
"Urutan (gejala) ini sangat penting untuk diketahui ketika kita memiliki siklus penyakit seperti flu yang bertepatan dengan infeksi COVID-19", ungkap Peter Kuhn, PhD, salah satu penulis studi, profesor kedokteran, teknik biomedis, dan teknisi mesin dan dirgantara di USC.

Hasil penelitian ini diharapkan bisa membantu dokter dalam menentukan langkah apa yang harus diambil untuk merawat pasien dan mencegah kondisi pasien agar tidak memburuk.
Di sisi lain, kasus COVID-19 ini tidak selalu tampak 'sesuai dengan petunjuk pada buku'. Maka dari itu Dr. Glatter mengimbau para pekerja medis untuk melemparkan 'jaring' yang lebih lebar ketika mendiagnosa pasien terkait COVID-19. (shn)
Baca juga:
Bagikan
annehs
Berita Terkait
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa

Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke

Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik, Alasanya Tambah Jumlah Peserta Penerima Bantuan Iuran
