Sana Pustaka, Gerbang Terakhir Pustaka Keraton Kasunanan Surakarta Masih Terkunci
Sunan Paku Buwana X pendiri Sasana Pustaka. (tropenmuseum)
INGKANG Sinuhun Kanjeng Susuhunan Paku Buwana X pernah berpesan agar peninggalan pustaka dan fisik Perpustakaan Sasana Pustaka harus dijaga dengan baik. “Wewangune kang umure luwih paroning abad, haywa kongsi binabad, becik mulyakna kadya wujude kawangun nguni,” atau “Bangunan berumur lebih separuh abad jangan dirusak. Lebih baik dipertahankan seperti semula,” sabda Sunan PB X.
Perpustakaan Sasana Pustaka merupakan buah peras pikir dan kerja Sunan PB X. Koleksi pustaka di perpustakaan milik Keraton Kasunanan Surakarta tersebut resmi dibuka pada Senin, 20 Rabiul Akhir Jimakir 1850 tahun Jawa atau 12 Januari 1920 Masehi.
“Keberadaan bangunan perpustakaan sendiri dengan berbagai fungsi penting di tengah-tenhaj bangunan lainnya di lingkungan Keraton Surakarta merupakan wujud kearifan lokal,” ungkap GKR Wandansari, pembicara kunci Seminar Internasional Pernaskahan Nusantara 2017, di Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta (25/09).
Sasana pustaka menyimpan koleksi pustaka mengenai berbagai macam ilmu pengetahuan di masa silam. Di samping buku tercetak (cap-capan), terdapat pula manuskrip kuno tecatat lebih kurang 1.447 judul dari 696 volume.
Manuskrip tertua bertarikh tahun 1753 M dengan kode naskah KS.427, sedangak manuskrip termuda berangka tahun 1966 dengan kode KS.178. Tersua sekira 12 kategorisasi tematik isi kandungan naskah.
Kategori naskah koleksi Sasana Putaka, menurut Nancy K Florida pada Javanese Literature in Surakarta Manuscript, Introduction and Manuscripts of The Karaton Surakarta, terdiri dari babad, arsip istana Surakarta dan Yogyakarta, cerita istana dan upacara adat, arsitektur dan keris, pustaka raja atau prosa sejarah, pustaka raja bentuk macapat, ramalan, piwulang, wayang, cerita wayang, cerita sastra klasik, puisi lirik, roman islami, suluk, musik dan tarian, sejarah Islam, bahasa, mistisisme Jawa, primbon, dan serba-serbi.
Melihat bermacam kategorisasi tersebut, lanjut GKR Wandansari, menunjukan sangat luas jangkauan spektrum koleksi Sasana Pustaka. Secara umum, GKR Wandansari menilai naskah-naskah tersebut merefleksikan cara bicara khas atau othokton (asli) masyarakat Jawa tentang Tuhan, manusia, dan semesta.
“Darinya (koleksi naskah Sasana Pustaka) bisa dirumuskan semacam pandangan dunia Jawa, dan pada gilirannya mendasari perilaku etis keseharian,” imbuh GKR Wandansari.
Pada periode Sunan PB XII, tepatnya tahun 1963 letak bangunan Sasana Pustaka bersalin rupa dan dipindahkan ke posisi bangunan saat ini. Meski, koleksi naskah Sasana Pustaka begitu beragam dan memantik para peneliti dan penggemar naskah untuk mengkaji, gerbang perpustakaan Keraton Kasunanan Surakarta tersebut terkunci.
Di ujung pembacaan makalah bertajuk “Nilai-Nilai Kearifan Lokal Naskah Jawa (Keraton Surakarta)”, GKR Wandansari secara terbuka meminta maaf kepada para penggiat naskah kuno karena sejak enam bulan terakhir gerbang perpustakaan dan beberapa banguan lain di lingkungan keraton dikunci pemangku adat.
“Saya minta maaf kepada para peneliti dan mahasiswa karena tak bisa melakukan penelitian naskah di Sasana Pustaka. Sudah enam bulan dikunci oleh pemangku adat,” pungkasnya. Gerbang terakhir pustaka Keraton Kasunanan Surakarta masih terkunci. (*)
Bagikan
Yudi Anugrah Nugroho
Berita Terkait
Jokowi Melepas Jenazah PB XIII di Loji Gandrung, Diberangkatkan ke Makam Raja Imogiri
Purbaya Kukuhkan Diri sebagai Paku Buwono XIV di Hadapan Jenazah PB XIII
Tunggu 40 Hari, Tedjowulan Akan Kumpulkan Kerabat Keraton Bahas Suksesi Raja Solo
Keluarga Inti Patuhi Amanah PB XIII Dukung Gusti Purbaya Penerus Takhta Raja Solo
Gusti Moeng Pastikan PB XIII Akan Dimakamkan di Imogiri Yogyakarta
Raja Keraton Surakarta Pakubuwono XIII Wafat di Usia 77 Tahun
Ahmad Dhani Dapat Gelar Kanjeng Pangeran dari Keraton Surakarta
Abdi Dalem Keraton Solo Antre Paket Sembako Lebaran dari PB XIII, Total Ada 500 Orang
Pakubuwono XIII Surakarta Naik Takhta Minggu, Ini Sajian Utama Prosesi Penobatan
Dibiayai Dana Hibah UEA, Revitalisasi Masjid Agung Keraton Surakarta Hampir Rampung