Pengamat: Saling Caci Antar Purnawirawan Karena Beda Pilihan Politik Dinilai Kurang Elok

Angga Yudha PratamaAngga Yudha Pratama - Senin, 03 Juni 2019
Pengamat: Saling Caci Antar Purnawirawan Karena Beda Pilihan Politik Dinilai Kurang Elok

Pengamat komunikasi politik Emrus Sihombing (Foto: infonawacita.com)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

Merahputih.com - Akhir-akhir ini muncul pandangan politik yang berbeda dari beberapa purnawirawan yang mendukung dua pasangan calon Presiden. Bahkan terasa kurang elok didengar karena diantara mereka saling mencaci.

Pengamat Komunikasi Politik Emrus Sihombing mengatakan, dari aspek simbol komunikasi politik, ketika masuk atau berada pada kekuatan politik tersebut, sebaiknya para purnawirawan menanggalkan semua atribut. Misalnya jabatan, pangkat dan golongan yang terkait dengan profesi masa lalu, sebelum pensiun.

BACA JUGA: Pensiunan Jenderal Pendukung Prabowo Dalangi Kerusuhan 21-22 Mei, BPN: Hoaks!

"Benar-benar jadi sipil 'murni'," kata Emrus kepada Merahputih.com di Jakarta, Senin (4/6).

Sebab sebagai warga nengara sipil, bagi mereka, berlaku aturan dan hukum sipil. Jadi, tidak berlaku lagi aturan dan hukum ketika masih aktif di profesi sebelumnya kepada mereka.

Dengan demikian, semua tindak tanduk politiknya sebagai orang sipil, sudah tidak terkait sama sekali dengan instansi dimana yang bersangkutan pernah aktif sebelum pensiun.

"Hak-hak dan kewajiban sebagai bagian dari masyarakat sipil, dilindungi oleh aturan dan hukum sipil," jelas Pengajar di Universitas Pelita Harapan ini.

Emrus mencontohkan, sama halnya dengan seorang PNS, guru atau dokter ketika sudah pensiun berhak masuk ke dunia politik. Tentu terlebih dahulu menanggalkan semua atribut ke-PNS-annya, sebagai masa lalu.

"Sekalipun dia pernah menduduki jabatan tertinggi sebagai eselon satu (Dirjen), misalnya, ketika sudah pensiun, semua perilaku politiknya terlepas sama sekali dari instansi sebelumnya. Mereka sudah mempunyai hak dipilih," jelas dia.

Emrus Sihombing (timesindonesia)

Karena itu, apapun jabatan yang sebelumnya yang dipercayakan negara diembannya, sebagai militer atau PNS, segala tugas dan pengorbanan selama sebelum pensiun, harus dilihat sebagai kewajiban dan pengabdian yang sangat tulus bagi bangsa dan negara.

"Keberhasilan dan prestasi, biarlah itu sebagai catatan emas dan rujukan bagi para penerusnya di lembaga yang bersangkutan," tambah Emrus.

Beberapa waktu lalu, Juru bicara Front Kedaulatan Rakyat, Jenderal TNI (Purn) Tyasno Sudarto mengatakan, pihaknya menyaksikan berbagai kecurangan yang terjadi selama penyelenggaraan pemilu yang dinilai terstruktur, sistematis, dan masif.

Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat itu juga mengatakan pihaknya mendukung aksi unjuk rasa yang akan dilakukan oleh masyarakat dalam menyikapi hasil pilpres.

BACA JUGA: IPW Desak Polisi Usut Keterlibatan Pensiunan Jenderal dalam Kasus Kerusuhan

Bahkan, menurut Tyasno, para purnawirawan TNI/Polri itu juga akan ikut berdemonstrasi di KPU saat pengumuman hasil rekapitulasi perolehan suara.

Apa yang diucapkannya ini langsung direspon sejumlah purnawirawan pendukung Jokowi-Ma'ruf. (Knu)

#Pengamat Politik
Bagikan

Berita Terkait

Indonesia
Pemerintah Harus Bayar Utang Whoosh Rp 1,2 Triliun per Tahun, Pengamat Sebut Bisa Jadi Bom Waktu
Pemerintah harus membayar utang Whoosh senilai Rp 1,2 triliun per tahun. Pengamat pun mengatakan, bahwa ini bisa menjadi bom waktu.
Soffi Amira - Rabu, 05 November 2025
Pemerintah Harus Bayar Utang Whoosh Rp 1,2 Triliun per Tahun, Pengamat Sebut Bisa Jadi Bom Waktu
Indonesia
Prabowo Ikut Musnahkan Barang Bukti Narkoba, Pengamat: Bandar Mulai Ketar-ketir
Presiden RI, Prabowo Subianto, ikut turun tangan saat memusnahkan barang bukti narkoba di Mabes Polri, Rabu (29/10).
Soffi Amira - Kamis, 30 Oktober 2025
Prabowo Ikut Musnahkan Barang Bukti Narkoba, Pengamat: Bandar Mulai Ketar-ketir
Indonesia
Akun Medsos yang Hina Bahlil Dilaporkan ke Polisi, Direktur P3S: Sangat Tidak Etis
Direktur Political and Public Policy Studies, Jerry Massie menilai, pelaporan akun medsos yang dinilai menghina Bahlil tidak etis. Sebab, hal itu masih dalam batas wajar.
Soffi Amira - Rabu, 22 Oktober 2025
Akun Medsos yang Hina Bahlil Dilaporkan ke Polisi, Direktur P3S: Sangat Tidak Etis
Indonesia
Pengamat Beri Nilai 6 untuk Setahun Kinerja Prabowo-Gibran, Sebut Tata Kelola Pemerintahan Semrawut
Ray mencontohkan kerusuhan yang terjadi pada akhir Agustus 2025
Angga Yudha Pratama - Selasa, 21 Oktober 2025
Pengamat Beri Nilai 6 untuk Setahun Kinerja Prabowo-Gibran, Sebut Tata Kelola Pemerintahan Semrawut
Indonesia
Bertemu ‘Empat Mata’, Pengamat Menduga Jokowi Kecewa karena Tak ‘Deal’ Politik dengan Prabowo
Presiden Prabowo Subianto dan Presiden ke-7 RI Joko Widodo mengadakan pertemuan tertutup, Sabtu (4/10)
Frengky Aruan - Senin, 06 Oktober 2025
Bertemu ‘Empat Mata’, Pengamat Menduga Jokowi Kecewa karena Tak ‘Deal’ Politik dengan Prabowo
Indonesia
Kebijakan KPU Batasi Akses Ijazah Capres/Cawapres, Pengamat Politik: Berpotensi Langgar Keterbukaan Publik
Pengamat menilai kebijakan KPU berisiko meloloskan calon pemimpin dengan ijazah palsu.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 15 September 2025
Kebijakan KPU Batasi Akses Ijazah Capres/Cawapres, Pengamat Politik: Berpotensi Langgar Keterbukaan Publik
Indonesia
KPU tak Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, Pengamat: Berpotensi Langgar Undang-undang
KPU tak membuka ijazah capres-cawapres ke publik. Pengamat politik, Jerry Massie, mengkritik kebijakan tersebut. Ia menyebut KPK berpotensi melanggar Undang-undang.
Soffi Amira - Senin, 15 September 2025
KPU tak Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, Pengamat: Berpotensi Langgar Undang-undang
Indonesia
Banyak Wamen Rangkap Jabatan jadi Komisaris BUMN, Pengamat Nilai Pemerintahan Prabowo tak Terarah
Kini, banyak wakil menteri yang merangkap jabatan sebagai komisaris BUMN. Pengamat politik menilai jika pemerintahan Prabowo tak terarah.
Soffi Amira - Jumat, 11 Juli 2025
Banyak Wamen Rangkap Jabatan jadi Komisaris BUMN, Pengamat Nilai Pemerintahan Prabowo tak Terarah
Indonesia
Rencana TNI Jaga Gedung Kejaksaan Ditolak, Pengamat: Mereka Bukan Aparat Keamanan
Rencana soal TNI menjaga gedung Kejaksaan kini ditolak. Pengamat pun menilai, bahwa TNI merupakan aparat pertahanan dan bukan keamanan.
Soffi Amira - Selasa, 13 Mei 2025
Rencana TNI Jaga Gedung Kejaksaan Ditolak, Pengamat: Mereka Bukan Aparat Keamanan
Indonesia
Pengamat Sebut Gibran Berpeluang Jadi Lawan Prabowo di Pilpres 2029
Pengamat Politik, Jerry Massie, memprediksi bahwa Gibran akan menjadi lawan Prabowo di Pilpres 2029.
Soffi Amira - Jumat, 25 April 2025
Pengamat Sebut Gibran Berpeluang Jadi Lawan Prabowo di Pilpres 2029
Bagikan