Pengamat Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2019 Hanya Berkisar 4,9 Persen
Ilustrasi. Foto: Pixabay
MerahPutih.Com - Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2019 diperkirakan lebih rendah dari tahun 2018. Pada tahun 2018 ekonomi Indonesia bertumbuh sekitar 5,17 persen, sementara 2019 hanya berkisar 4,9 persen.
Pertumbuhan ekonomi yang cenderung melambat dan menurun itu, menurut Chief Economist CIMB Niaga Adrian Panggabean disebabkan beberapa faktor termasuk kenaikan suku bunga.
"Pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan 4,9 persen itu mengacu pada beberapa faktor termasuk risiko likuditas akibat kenaikan suku bunga yang terus berlanjut," jelas Adrian di Medan, Sumatera Utara, Senin (11/2).
Lebih lanjut Adrian menyampaikan perkiraan itu pada Diskusi Bersama CIMB Niaga membahas tantangan dan peluang perekonomiann Indonesia pada 2019 termasuk sektor perbankan syariah.
Kenaikan suku bunga Federal Reserve, menurut pengamat pasar modal ini, bisa terjadi dua sampai tiga kali, meskipun hingga memasuki bulan kedua 2019 belum ada tanda-tanda akan terjadi kenaikan suku bunga Fed yang menjadi salah satu fakfor hambatan perekonomian dari eksternal.
Selain suku bunga acuan Amerika Serikat (AS), katanya, ancaman eksternal pertumbuhan ekonomi Indonesia juga termasuk dari perlambatan ekonomi dan kebijakan bank sentral Republik Rakyat Tiongkok (RRT), termasuk prospek normalisasi moneter di zona Eropa, gesekan geopolitik yang berimbas pada harga minyak serta prospek berlanjutnya perang dagnag antara AS dan RRT.
Faktor domestik yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi khususnya yang berpotensi menurunkan momentum pertumbuhan antara lain tetap ketatnya postur kebijakan moneter dan relatif absennya dorongan kebijakan.
Kebijakan fiskal pemerintah atau postur APBN yang relatif netral terhadap siklus bisnis, ujar Adrian, menjadi salah satu faktor yang turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Prediksi pertumbuhan ekonomi 4,9 persen itu bukan asumsi pesimistis, tetapi realistis," katanya.
Apalagi, ujar Adrian, pada 2019, Indonesia masih bisa optimistis karena beberapa hal seperti terjaganya inflasi dan berkurangnya tekanan impor dampak banyaknya proyek infrastruktur yang hampir rampung.
"Yang pasti 2019 bisa dibilang sebagai tahun yang sulit untuk pesimistis dan optimistis karena selain banyak tantangan juga banyak.peluang," kata Adrian Panggabean sebagaimana dilansir Antara.
Meskipun diakui Adrian, akibat masih bergejolaknya perekonomian pada 2019 dan termasuk ada Pemilu, pengusaha cenderung melakukan "wait and see" minimal hingga Juni 2019.
Bisnis yang masih tetap dinilai menguntungkan, ujar Adrian khususnya di sektor makanan dan logistik.
Pada kesempatan yang sama Direktur Syariah Banking CIMB Niaga Pandji P Djajanegara didampingi Regional Head Sumatera CIMB Niaga, Maya Sartika menyebutkan, pada 2019, bisnis syariah masih bagus sehingga otomatis meningkatkan kinerja perbankan syariah.(*)
Baca berita menarik lainnya dalam artikel: Jawa Barat Canangkan Segitiga Rebana Sebagai Kawasan Futuristik
Bagikan
Berita Terkait
Purbaya Jaga Daya Beli Warga, Pertumbuhan Ekonomi Harus Ciptakan Lapangan Kerja
Alasan Aktivitas Belanja dan Perjalanan Warga Melambat di Triwulan III 2025
Ekonomi Tumbuh 5,04 Persen, Konsumsi Rumah Tangga Jadi Pendorong Utama
Kebijakan Ini Diyakini Airlangga Pada Kuartal VI 2025 Jadi Pendorong Pertumbuhan Ekonomi Tertinggi
Ekspor Dinilai Bagus, Tapi Ekonomi Indonesia Hanya Tumbuh 5,5 Persen
Indonesia Inflasi 0,28 di Oktober, Sumut Alami Inflasi Tertinggi Capai 4,97 Persen
Realisasi Investasi Indonesia Triwulan III Tahun 2025 Tembus Rp491,4 Triliun
Komisi XI DPR Puji Kinerja Ekonomi Satu Tahun Pemerintahan Prabowo, Stimulus Jadi Perangsang
Laju Investasi Melambat, Menkeu Yakin Dengan Cara Ini Kembali Naik
Komentar Menkeu Purbaya Kinerja `1 Tahun Ekonomi Pemerintah Prabowo, Ada Perbaikan Konsumsi Warga