Pantura Jawa Makin Terancam Banjir Rob

Alwan Ridha RamdaniAlwan Ridha Ramdani - Selasa, 13 Desember 2022
Pantura Jawa Makin Terancam Banjir Rob

Pelaksana tugas Kepala Pusat Data dan Informasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari (kanan) dalam Disaster Briefing diikuti daring di Jakarta, Senin (12/12/2022). (Antara/Devi Nindy)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MerahPutih.com - Ekosistem mangrove atau bakau di kawasan pantai utara (pantura) Pulau Jawa saat ini dinilai tidak cukup kuat dalam menangkal banjir dari laut , atau rob.

Pelaksana tugas Kepala Pusat Data dan Informasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, banjir di Kabupaten Demak, Jawa Tengah dan Kabupaten Karawang, Jawa Barat, sangat berdampak pada ribuan masyarakat.

Baca Juga:

8 RT di Jakarta Utara Terendam Banjir ROB

"Jadi meskipun menghalangi intrusi laut, menghalangi laju penetrasi air laut ke arah darat, itu sudah agak susah, karena banyak tambak yang hancur. Sedangkan mangrove di belakangnya tidak cukup kuat untuk menahan terjangan air," ujar Abdul.

Rob lebih banyak dipengaruhi oleh air pasang, yang kemudian kondisi ekosistem di pesisir tidak cukup baik untuk bisa menjadi pagar alamiah bagi ekosistem dan masyarakat di pesisir untuk bisa menghindari terjangan atau penetrasi langsung dari air laut.

"Di Pantura Jawa ini sebenarnya menjadi PR (pekerjaan rumah) yang cukup panjang, karena Pantura Jawa beralih fungsi menjadi tambak. Kemudian revitalisasi ekosistem tambak yang kurang produktif menjadi lahan mangrove kembali itu memakan waktu yang cukup lama," katanya.

Hingga saat ini, meskipun cukup banyak kerja keroyokan dari Kementerian/Lembaga seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan di Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi, ada kemungkin masyarakat baru bisa melihat kampanye penanaman kembali pada 5-10 tahun ke depan.

"Yang saat ini saja kita harus benar-benar bisa mempertahankan mangrove yang sudah ada, supaya tidak makin berkurang, karena laju pengurangan mangrove ini cukup cukup signifikan khususnya di Pantura," katanya.

Peta Mangrove Nasional yang dirilis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2021, diketahui bahwa total luas mangrove Indonesia seluas 3.364.076 Ha.

Dari 3.364.076 Ha mangrove Indonesia terdapat 3 (tiga) klasifikasi kategori kondisi mangrove sesuai dengan persentase tutupan tajuk, yaitu mangrove lebat, mangrove sedang, dan mangrove jarang.

Dari total luasan mangrove Indonesia seluas 3.364.076 Ha, kondisi mangrove lebat seluas 3.121.239 Ha (93%), mangrove sedang seluas 188.363 Ha (5%), dan mangrove jarang seluas 54.474 Ha (2%).

Fokus pemerintah dalam melakukan rehabilitasi kawasan mangrove berada di mangrove dengan kondisi tutupan yang jarang. (Knu)

Baca Juga:

BNPB Salurkan Dana Bantuan Perbaikan Rumah Korban Gempa Cianjur

#BNPB #Bencana Alam #Rawan Bencana
Bagikan

Berita Terkait

Dunia
Topan Super Ragasa Terjang Filipina, Berpotensi Katastrofik dengan Ribuan Orang Dievakuasi
Topan super Ragasa berembus dengan kecepatan angin mencapai 230 km/jam.
Dwi Astarini - Senin, 22 September 2025
Topan Super Ragasa Terjang Filipina, Berpotensi Katastrofik dengan Ribuan Orang Dievakuasi
Indonesia
53 Rumah di Kabupaten Madiun Rusak karena Puting Beliung, Tidak Ada Korban Jiwa yang Dilaporkan
Banyak genting beterbangan setelah diterjang angin kencang disertai hujan pada Minggu malam.
Frengky Aruan - Senin, 22 September 2025
53 Rumah di Kabupaten Madiun Rusak karena Puting Beliung, Tidak Ada Korban Jiwa yang Dilaporkan
Indonesia
Semburan Abu Tebal Gunung Semeru Setinggi 700 Meter, Pahami Zona Merah untuk Hindari Awan Panas dan Lahar Hujan
Masyarakat diminta untuk tidak melakukan aktivitas apa pun di sektor tenggara
Angga Yudha Pratama - Senin, 22 September 2025
Semburan Abu Tebal Gunung Semeru Setinggi 700 Meter, Pahami Zona Merah untuk Hindari Awan Panas dan Lahar Hujan
Indonesia
Gunung Lewotobi Laki-laki Kembali Erups, Beberapa Desa Terancam Banjir Lahar Hujan
Badan Geologi meminta masyarakat agar tenang dan mengikuti arahan pemerintah daerah setempat serta tidak mempercayai isu-isu yang tidak jelas sumbernya.
Alwan Ridha Ramdani - Jumat, 19 September 2025
Gunung Lewotobi Laki-laki Kembali Erups, Beberapa Desa Terancam Banjir Lahar Hujan
Indonesia
Gempa Nabire Papua M 6,6 Sebabkan Jaringan Telekomunikasi Terputus dan Objek Vital Rusak
Tidak ada laporan korban setelah gempa kuat tersebut.
Dwi Astarini - Jumat, 19 September 2025
Gempa Nabire Papua M 6,6 Sebabkan Jaringan Telekomunikasi Terputus dan Objek Vital Rusak
Indonesia
BNPB Kirim Tim Reaksi Cepat ke Nabire, Tangani Dampak dan Kerusakan Akibat Gempa
Tim reaksi cepat itu bertugas mendampingi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nabire melakukan asesmen untuk menentukan status bencana di Nabire.
Alwan Ridha Ramdani - Jumat, 19 September 2025
BNPB Kirim Tim Reaksi Cepat ke Nabire, Tangani Dampak dan Kerusakan Akibat Gempa
Indonesia
Gempa Magnitudo 6,6 Guncang Nabire, Seluruh Jaringan Komunikasi Terputus
gempa bumi di 23 km Barat Laut Nabire menyebabkan layanan TelkomGroup di area Nabire, Botawa dan Enarotali mengalami gangguan.
Alwan Ridha Ramdani - Jumat, 19 September 2025
Gempa Magnitudo 6,6 Guncang Nabire, Seluruh Jaringan Komunikasi Terputus
Indonesia
Hujan Deras di Puncak Gunung Semeru Picu Banjir Lahar Selama 2,5 Jam, Waspada Potensi Awan Panas Hingga Radius 13 Kilometer
Masyarakat dilarang beraktivitas di sektor tenggara, di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh delapan kilometer dari puncak
Angga Yudha Pratama - Jumat, 19 September 2025
Hujan Deras di Puncak Gunung Semeru Picu Banjir Lahar Selama 2,5 Jam, Waspada Potensi Awan Panas Hingga Radius 13 Kilometer
Indonesia
Gempa ‘Darat’ Magintudo 6,6 di Nabire Papua Tengah Dipicu Pergerakan di Sesar Anjak Weyland, Getarannya Bikin Orang Bangun Terkaget
Gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault).
Dwi Astarini - Jumat, 19 September 2025
Gempa ‘Darat’ Magintudo 6,6 di Nabire Papua Tengah Dipicu Pergerakan di Sesar Anjak Weyland, Getarannya Bikin Orang Bangun Terkaget
Indonesia
4 Langkah Pemkab Tangerang Hadapi Bencana Alam Akibat Cuaca Ekstrem
Ancaman bencana bisa datang dari berbagai faktor, mulai dari curah hujan tinggi, aliran sungai, hingga aktivitas manusia yang tidak menjaga lingkungan
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 18 September 2025
4 Langkah Pemkab Tangerang Hadapi Bencana Alam Akibat Cuaca Ekstrem
Bagikan