Pandemi Corona, Mengapa 'Social Distancing' Perlu Dilakukan?

Ananda Dimas PrasetyaAnanda Dimas Prasetya - Rabu, 18 Maret 2020
Pandemi Corona, Mengapa 'Social Distancing' Perlu Dilakukan?

Jaga jarak! Penyebaran virus semakin meluas (Pixabay/Geralt)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MENYEBARNYA virus Corona membuat banyak orang cemas akan aktivitas harian yang dilakukan. Menanggapi hal ini, Presiden Indonesia Joko Widodo telah mengimbau masyarakat untuk kerja, belajar, dan ibadah dari rumah. Mulai dari sekolah, universitas, sampai tempat ibadah terpaksa ditutup untuk menjaga keamanan bersama, setidaknya hingga suasana mulai kondusif.

Baca juga:

Sekolah Diliburkan, Orangtua Murid: Guru Harus Memberikan Tugas

Melansir laman Nytimes, para ahli kesehatan mendesak orang-orang untuk mempraktikkan social distancing. Istilah ini kemudian menjadi tren di Twitter, bahkan Presiden AS Donald Trump mengesahkan kebijakan tersebut sejak 14 Maret. Pemerintahan AS menekankan bahwa penting bagi semua orang untuk berlatih menjaga jarak sosial, bukan hanya mereka yang dianggap berisiko tinggi atau sakit parah. Tapi, bagaimana melakukan praktik social distancing? Apakah itu perlu dilakukan?

social distancing
Pentingnya social distancing untuk menekan angka penyebaran Corona (Unsplash/ChengFeng)

Menurut beberapa ahli, social distancing adalah untuk menjaga jarak antara kamu dan orang lain, setidaknya enam kaki. Dengan melakukannya berarti kamu meminimalkan kontak dengan orang lain. Hindari transportasi umum juka memungkinkan, batasi perjalanan yang tidak penting, bekerja dari rumah dan lewati pertemuan sosial.

"Setiap pengurangan orang yang kamu temui atau berkontak dengan kamu akan berdampak signifikan pada kemampuan virus untuk menyebar dalam populasi yang lebih luas," kata Dr. Gerardo Chowell, ketua ilmu kesehatan populasi di Georgio State University. Mengutip NyTimes, strategi social distancing ini menyelamatkan ribuan nyawa selama pandemi flu spanyol tahun 1918 dan, baru-baru ini, di Mexico City selama pandemi flu 2009.

Baca juga:

Dilema Work From Home Di Tengah Isu Corona

Dari virus Corona menjadi pandemi ketakutan, berbagai pertanyaan seputar COVID-19 pun muncul. Misalnya, spakah kondisi tubuh yang fit dan usia yang masih muda tidak memiliki faktor risiko apapun? Apakah masih bisa bersosialisasi? Tentunya hal ini sangat keliru, karena tidak ada perbedaan antara batasan umur tua dan muda untuk virus yang satu ini.

Jika kamu mengabaikan maksud dari praktik social distancing, pada dasarnya akan menempatkan dirimu dan orang lain pada risiko yang jauh lebih tinggi untuk tertular COVID-19. Meski begitu, para ahli sepakat bahwa tidak apa-apa kamu pergi keluar rumah untuk mendapatkan udara segar dan berolahraga.

Kamu juga pasti perlu meninggalkan rumah untuk membeli kebutuhan hidup penting lainnya, bukan? "Jika kamu pergi dalam waktu yang panjang, jangan lupa untuk membawa pembersih tangan dan membersihkan tanganmu. begitu juga ketika sudah kembali sampai dirumah," kata Dr. Caitlin Rivers, seorang ahli epidemiologi di Universitas Johns Hopkins. (Nic)

Baca juga:

Teladan! Ini Alasan Pemulihan Corona di Korea Selatan Berlangsung Cepat

#Virus Corona #Virus #Penyebaran Virus #Info Kesehatan #Kesehatan #Tips Kesehatan
Bagikan
Ditulis Oleh

Ananda Dimas Prasetya

nowhereman.. cause every second is a lesson for you to learn to be free.

Berita Terkait

Indonesia
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Pemerintah DKI melalui dinas kesehatan akan melakukan penanganan kasus campak agar tidak terus menyebar.
Dwi Astarini - Jumat, 12 September 2025
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Indonesia
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Irma mendorong BPJS Kesehatan untuk bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 28 Agustus 2025
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Indonesia
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Presiden Prabowo juga menargetkan membangun total 500 rumah sakit berkualitas tinggi sehingga nantinya ada satu RS di tiap kabupaten dalam periode 4 tahun ini.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Indonesia
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Presiden Prabowo yakin RS PON Mahar Mardjono dapat menjadi Center of Excellence bagi RS-RS yang juga menjadi pusat pendidikan dan riset, terutama yang khusus berkaitan dengan otak dan saraf.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Indonesia
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Riza Chalid, selaku pemilik manfaat PT Orbit Terminal Merak, merupakan salah satu dari delapan tersangka baru dalam kasus korupsi tata kelola minyak mentah
Angga Yudha Pratama - Jumat, 22 Agustus 2025
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Bagikan