Masyarakat Diminta Tak Takut jika Dites Corona

Ilustrasi Rapid Test COVID-19. Foto: Net
Merahputih.com - Pemerintah terus melakukan tes masif massal melalui rapid test untuk menemukan kasus COVID-19 di tengah masyarakat. Bahkan, di beberapa daerah terjadi penolakan pelaksanaan rapid test massal ini.
Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menegaskan rapid test ini tidak perlu ditakuti.
"Kalau sudah negatif, ya sudah berarti bisa beraktivitas. Aktivitas yang memang diperbolehkan dan harus selalu menjalankan protokol kesehatan," jelas Wiku, Jumat (19/6).
Baca Juga
Wiku menegaskan bahwa rapid test hanyalah proses skrining untuk memastikan memiliki kontak erat dengan riwayat positif COVID-19. "Jadi rapid test itu kan tujuannya sebenarnya skrining atau sebenarnya menapis," terang dia.
Jika ditemukan kontak erat dan hasil rapid test negatif, tes seharusnya diulangi lagi 7 sampai 10 hari kemudian. "Jadi yang dilakukan dalam rangka menapis. Jadi, tidak semua orang harus dites," jelas Wiku.
Wiku mengatakan, jika dalam rapid test tersebut ditemukan kasus positif maka akan dilanjutkan lagi dengan tes PCR untuk memastikan terinfeksi COVID-19 atau tidak. Sehingga, bisa segera dilakukan isolasi atau rawatan.
Wiku pun meminta selama menunggu hasil tes PCR, harus melakukan isolasi untuk mencegah terjadinya penularan COVID-19.
"Selama menunggu hasil tes PCR, mereka harus isolasi. Isolasinya kan bisa isolasi mandiri dulu di rumah, tidak pergi ke mana-mana. Atau mungkin kalau ada fasilitas publik yang digunakan untuk isolasi, isolasinya di situ," terang Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat UI ini.

Ia mengklaim, penanganan COVID-19 di Tanah Air dalam kurun waktu tiga bulan terakhir menunjukkan tren lumayan. "Memang kasus COVID-19 meningkat, tetapi kenyataannya tidak seperti proyeksi banyak pihak bahwa kasusnya bisa ratusan ribu," ujarnya.
Selain itu, ia menyebutkan, jumlah kematian akibat COVID-19 semakin menurun, jika awalnya 10 persen dan sekarang berkurang menjadi 5 persen. Tak hanya itu, Wiku menyebutkan, angka kesembuhan juga semakin meningkat yaitu 39,2 persen.
"Jadi kondisinya relatif terkendali," katanya.
Masyarakat yang juga bekerja sama mulai sadar untuk menangani virus ini kemudian membuat situasinya membaik. Artinya, yang memutus mata rantai penyebaran virus adalah masyarakat.
Baca Juga
Update Corona DKI Sabtu (23/5): 6.443 Positif, 1.587 Orang Sembuh
Sebelumnya, pemerintah mencatat penambahan kasus positif COVID-19 sebanyak 1.331 orang dalam 24 jam terakhir pada Kamis (18/6).
Angka itu kembali menyentuh rekor tertinggi kasus harian sejak kasus COVID-19 perdana di Tanah Air diumumkan pada awal Maret 2020 lalu. Dengan penambahan kasus hari ini, angka kumulatif kasus positif di Indonesia sebanyak 42.762 orang. (Knu)
Bagikan
Angga Yudha Pratama
Berita Terkait
Ciri-Ciri dan Risiko Warga Yang Alami Long COVID

Kemenkes Temukan 1 Kasus Positif COVID dari 32 Spesimen Pemeriksa

178 Orang Positif COVID-19 di RI, Jemaah Haji Pulang Batuk Pilek Wajib Cek ke Faskes Terdekat

Semua Pasien COVID-19 di Jakarta Dinyatakan Sembuh, Tren Kasus Juga Terus Menurun Drastis

Jakarta Tetap Waspada: Mengungkap Rahasia Pengendalian COVID-19 di Ibu Kota Mei 2025

KPK Minta Tolong BRI Bantu Usut Kasus Korupsi Bansos Presiden Era COVID-19

KPK Periksa 4 Orang Terkait Korupsi Bansos Presiden Era COVID-19, Ada Staf BRI

COVID-19 Melonjak, Ini Yang Dilakukan Menkes Budi Gunadi Sadikin

COVID-19 Mulai Melonjak Lagi: Dari 100 Orang Dites, Sebagian Terindikasi Positif

Terjadi Peningkatan Kasus COVID-19 di Negara Tetangga, Dinkes DKI Monitoring Rutin
