Ma'ruf Amin: Jangan Ada yang Persoalkan COVID-19 Konspirasi atau Rekayasa
Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyampaikan orasi ilmiah secara virtual usai menerima gelar Doktor Honoris Causa dari UMI Makassar, Selasa (23/6). (Fransiska Ninditya)
Merahputih.com - Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengingatkan para ulama untuk tidak menganggap remeh COVID-19, apalagi sampai menganggap pandemik tersebut merupakan rekayasa atau konspirasi dari kelompok elite tertentu.
"Saya harap jangan ada yang menganggap ini tidak berbahaya. Bahaya ini sudah jelas, sudah diyakini dan itu sudah menimpa seluruh dunia, termasuk kita. Jangan ada di antara kita yang kemudian mempersoalkan apakah ini konspirasi atau rekayasa," kata Ma'ruf Amin usai makan siang bersama para ulama dan perwakilan pengurus organisasi kemasyarakatan (ormas) keagamaan Islam di Istana Wapres Jakarta, Jumat (17/7).
Baca Juga:
Polisi Tetapkan Artis Jerry Lawalata sebagai Tersangka Kasus Narkoba
Para pemuka agama dan ulama harus mementingkan keselamatan umatnya, khususnya di masa pandemik dengan menyerukan pentingnya mematuhi protokol kesehatan untuk meminimalkan penyebaran COVID-19.
"Yang kita hadapi sekarang adalah menyelamatkan umat atau himayatul ummah dari dharar pandemik ini. Tugas ulama itu kan dua, membangun kemaslahatan dan kemanfaatan; nah sekarang kita sedang dihadapkan pada bahaya COVID-19 ini," jelas dia.
Wapres mengatakan angka kenaikan penyebaran dan penderita COVID-19 di Indonesia terus meningkat karena masyarakat tidak disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan. Padahal, protokol kesehatan itu merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah penyebaran COVID-19.
Dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan tersebut, lanjut Ma'ruf, maka fase pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dapat segera diakhiri dan menuju masa adaptasi kebiasaan baru (AKB).
"Semula memang kita melihat ada penurunan. Oleh karena itu, pemberlakuan apa yang dulu kita sebut new normal dan sekarang adaptasi kebiasaan baru, itu untuk menangani masalah ini. Kenapa ini masih naik? Karena kurang disiplinnya masyarakat dalam menaati protokol kesehatan," beber dia.
Baca Juga:
Oleh karena itu, sebagaimana dikutip Antara, Wapres meminta para ulama dan pemuka agama untuk terus mengingatkan umatnya agar mematuhi protokol kesehatan. Dengan menggunakan masker, menjaga jarak fisik, rajin mencuci tangan dengan sabun dan menjaga kebersihan; maka rantai penyebaran COVID-19 dapat diputus sembari menunggu vaksin dan obat untuk COVID-19 diproduksi. (*)
Bagikan
Angga Yudha Pratama
Berita Terkait
Penanganan Penyakit Tuberculosis Bakal Contoh Pola Pandemi COVID-19
Kasus ISPA di Jakarta Naik Gara-Gara Cuaca, Warga Diminta Langsung ke Faskes Jika Ada Gejala
Ciri-Ciri dan Risiko Warga Yang Alami Long COVID
Kemenkes Temukan 1 Kasus Positif COVID dari 32 Spesimen Pemeriksa
178 Orang Positif COVID-19 di RI, Jemaah Haji Pulang Batuk Pilek Wajib Cek ke Faskes Terdekat
Semua Pasien COVID-19 di Jakarta Dinyatakan Sembuh, Tren Kasus Juga Terus Menurun Drastis
Jakarta Tetap Waspada: Mengungkap Rahasia Pengendalian COVID-19 di Ibu Kota Mei 2025
KPK Minta Tolong BRI Bantu Usut Kasus Korupsi Bansos Presiden Era COVID-19
KPK Periksa 4 Orang Terkait Korupsi Bansos Presiden Era COVID-19, Ada Staf BRI
COVID-19 Melonjak, Ini Yang Dilakukan Menkes Budi Gunadi Sadikin