Sains

Lindungi Paus Artinya Selamatkan Krisis Iklim

Ikhsan Aryo DigdoIkhsan Aryo Digdo - Sabtu, 12 September 2020
Lindungi Paus Artinya Selamatkan Krisis Iklim

Paus menjadi aset penting bagi bumi untuk mengatasi krisis iklim. (unsplash/paoocara)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

KITA semua butuh bergerak cepat untuk memberantas krisis iklim. International Monetary Fund (IMF) menuliskan bahwa banyak solusi untuk mengatasi pemanasan global.

Seperti menangkap karbon langsung dari udara dan menguburnya jauh di dalam bumi. Ini tidak hanya rumit, tapi belum teruji, dan mahal.

Baca juga:

Ganti Istilah 'Perubahan Iklim' Menjadi 'Krisis Iklim'

Padahal, tanpa kita sadari ada solusi gratis dan mulia untuk mengatasi krisis iklim. Melindungi paus ialah jawabannya. IMF menyebut paus sebagai "Nature's Solution" atas krisis iklim.

Ahli biologi kelautan menemukan paus memainkan peran penting dalam menangkap karbon dari atmosfer. Potensi penangkapan karbon paus benar-benar mengejutkan.

Paus mengakumulasi karbon di tubuhnya selama umur panjang mereka, setiap paus besar rata-rata menyerap 33 ton CO2. Saat mereka mati dan tenggelam ke dasar laut, itu menghilangkan karbon itu dari atmosfer selama berabad-abad.

Sementara itu, sebatang pohon hanya menyerap hingga 48 pon CO2 setahun. Artinya paus lebih efektif dalam menangkap karbon daripada pohon.

Paus berperan penting bagi fitoplanton yang menyumbang oksigen dan menangkap karbon. (Foto: unsplash/NOAA)

Selain itu, dimanapun ditemukannya paus di laut, ada juga populasi beberapa fitoplankton terkecil. Ini karena kotoran paus memiliki efek pengganda berisi besi dan nitrogen yang dibutuhkan fitoplankton untuk tumbuh.

Makhluk mikroskopis ini tidak hanya menyumbang setidaknya 50 persen dan mereka melakukannya dengan menangkap sekitar 37 miliar metrik ton CO2. Diperkirakan 40 persen dari semua CO2 yang dihasilkan.

"Sebagai perbandingan, kami menghitung bahwa ini setara dengan jumlah CO2 yang ditangkap oleh 1,70 triliun pohon, senilai empat hutan Amazon, atau 70 kali lipat jumlah yang diserap oleh semua pohon di Taman Nasional dan Negara Bagian Redwood AS setiap tahun," tulis laporan IMF.

Lebih banyak fitoplankton berarti lebih banyak penangkapan karbon. Sayangnya, saat ini banyak spesies populasi paus menurun. Bahkan ada yang terancam punah seperti paus north atlantic right dan paus biru.

Baca juga:

Greta Thunberg: Tangani Masalah Perubahan Iklim Seperti Sebuah Krisis

Melansir BBC, diperkirakan tidak lebih dari 25.000 ekor paus biru yang hidup di dunia saat ini. Padahal dulu, populasi paus mencapai empat sampai lima juta.

World Wildlife Fund melaporkan bahwa diperkirakan minimal 300.000 paus dan lumba-lumba dibunuh setiap tahunnya.

Faktor utama menurunnya populasi paus akibat perburuan paus komersial. (Foto: unsplash/vikceo)

"Faktor-faktor yang berkontribusi pada penurunan populasi paus seperti overfishing, polusi, konstruksi bendungan atau jembatan, berperahu pribadi atau komersial, perburuan paus komersial," tulis Whale Facts.

Juga ditambah lagi akibat krisis iklim yang membuat laut menjadi semakin panas dan menghilangnya es laut di Arktik dan Antartika. Hal ini membuat paus kesulitan mencari makanan.

Berupaya untuk membantu paus mendapatkan perlindungan yang dibutuhkan, IMF mencari tahu nilai secara ekonomi yang dimiliki para paus.

IMF melakukan estimasi rata-rata nilai ikan paus besar dengan menentukan nilai karbon yang diserap oleh paus selama masa hidupnya. Penentuan ini menggunakan perkiraan ilmiah tentang jumlah yang disumbangkan paus untuk penyerapan karbon, harga pasar karbon dioksida, dan teknik finansial mengenai discounting.

Populasi paus juga memiliki nilai sangat tinggi dalam sektor ekonomi. "Perkiraan konservatif kami menyebutkan nilai rata-rata paus besar, berdasarkan berbagai aktivitasnya, dengan mudah bernilai lebih dari satu triliun dolar untuk populasi paus besar saat ini," tulis laporan IMF. (lev)

Baca juga:

Perubahan Iklim: Seluruh Acara Olahraga Bertarung Melawan Waktu

#Sains #Perubahan Iklim
Bagikan
Ditulis Oleh

Ikhsan Aryo Digdo

Learner.

Berita Terkait

Dunia
Setiap Hari Ada 67 Ribu Orang Meninggalkan Rumah Akibat Bencana Dari Perubahan Iklim
Disebutkan bahwa lokasi kamp pengungsian berada di wilayah yang sudah mengalami kondisi cuaca ekstrem atau akan mengalaminya dalam waktu dekat.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 11 November 2025
Setiap Hari Ada 67 Ribu  Orang Meninggalkan Rumah Akibat Bencana Dari Perubahan Iklim
Indonesia
Pavilion Indonesia Dibangun di COP30, Targetkan Bawa Rp 16 Triliun Dari Perdagangan Karbon
Pemerintah Indonesia menargetkan transaksi senilai Rp 16 triliun dari perdagangan karbon dengan mutu tinggi di semua sektor selama berlangsungnya COP30 di Belém, Brasil.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 11 November 2025
Pavilion Indonesia Dibangun di COP30, Targetkan Bawa Rp 16 Triliun Dari Perdagangan Karbon
Indonesia
Di Belém Leader Summit, Indonesia Janji Bauran Energi Capai 23 Persen di Tahun 2030
Presiden Prabowo Subianto di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa menegaskan kembali komitmen Indonesia untuk mematuhi Perjanjian Paris guna mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060 atau lebih cepat.
Alwan Ridha Ramdani - Jumat, 07 November 2025
Di Belém Leader Summit, Indonesia Janji Bauran Energi Capai 23 Persen di Tahun 2030
Dunia
Seperlima Pantai Italia Terancam Tenggelam Akibat Pemanasan Global, Terbagi 4 Zona
Temuan ini berasal dari laporan bertajuk Sunken Landscapes yang dirilis Italian Geographic Society dan dipresentasikan dalam konferensi di Roma.
Wisnu Cipto - Rabu, 29 Oktober 2025
Seperlima Pantai Italia Terancam Tenggelam Akibat Pemanasan Global, Terbagi 4 Zona
Fun
Nyamuk Pertama Ditemukan di Islandia: Tanda Pemanasan Global Kian Nyata
Untuk pertama kalinya, nyamuk ditemukan di Islandia. Rekor panas dan perubahan iklim diduga jadi penyebab utama munculnya spesies ini di negeri es.
ImanK - Jumat, 24 Oktober 2025
Nyamuk Pertama Ditemukan di Islandia: Tanda Pemanasan Global Kian Nyata
Indonesia
Sepakat Kerja Sama di Bidang Ekonomi dan Sains, Presiden Brasil Harap Bisa Untungkan 2 Negara
Brasil dan Indonesia sepakat bekerja sama di bidang ekonomi dan sains. Presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva, berharap kerja sama ini bisa menguntungkan dua negara.
Soffi Amira - Kamis, 23 Oktober 2025
Sepakat Kerja Sama di Bidang Ekonomi dan Sains, Presiden Brasil Harap Bisa Untungkan 2 Negara
Berita Foto
Forum Indonesia Climate Change Forum (ICCF) 2025 Bahas RUU Pengelolaan Perubahan Iklim
Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisal Nurofiq (dari kiri) bersama dengan Utusan Khusus Presiden Bidang Perdagangan Internasional & Kerjasama Multilateral Mari Elka Pangestu dan Wakil Ketua MPR Eddy Soeparno saat acara Indonesia Climate Change Forum (ICCF) 2025 di Jakarta, Selasa (21/10/2025).
Didik Setiawan - Selasa, 21 Oktober 2025
Forum Indonesia Climate Change Forum (ICCF) 2025 Bahas RUU Pengelolaan Perubahan Iklim
Dunia
Pertama Kali dalam Sejarah Nyamuk Bisa Bertahan Hidup di Islandia, Ada 3 Ekor
Spesies Nyamuk Culiseta annulata ini diyakini mampu menetap karena tahan terhadap suhu dingin, menandai dampak nyata dari perubahan iklim terhadap persebaran serangga di Islandia.
Wisnu Cipto - Selasa, 21 Oktober 2025
Pertama Kali dalam Sejarah Nyamuk Bisa Bertahan Hidup di Islandia, Ada 3 Ekor
Indonesia
MPR Dorong RUU Pengelolaan Perubahan Iklim, Minta Aktivis Lingkungan Kolaborasi di ICCF 2025
Undang-Undang tersebut bakal mengintegrasikan berbagai kebijakan di kementerian dan lembaga yang saat ini masih berjalan secara sektoral.
Alwan Ridha Ramdani - Senin, 13 Oktober 2025
MPR Dorong RUU Pengelolaan Perubahan Iklim, Minta Aktivis Lingkungan Kolaborasi di ICCF 2025
Dunia
Ilmuwan Peneliti Material Baru Terima Hadiah Nobel Kimia, Temuannya Dapat Bantu Selamatkan Planet
Penemuan mereka berpotensi mengatasi beberapa masalah terbesar di planet ini, termasuk menangkap karbon dioksida untuk membantu mengatasi perubahan iklim dan mengurangi polusi plastik melalui pendekatan kimia.
Dwi Astarini - Jumat, 10 Oktober 2025
 Ilmuwan Peneliti Material Baru Terima Hadiah Nobel Kimia, Temuannya Dapat Bantu Selamatkan Planet
Bagikan