Pertemuan di MRT, Politisi Demokrat Sindir Gaya Kampanye Prabowo yang Cenderung Keras
Wakil Sekjen Partai Demokrat Andi Arief. Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
MerahPutih.Com - Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Demokrat Andi Arief menyoroti pertemuan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto. Pertemuan itu seperti menenggelamkan semua narasi kampanye Prabowo yang cenderung keras terhadap pemerintahan Jokowi.
Menurut Andi, narasi kampanye Prabowo yang cenderung keras dan menyerang selama masa kampanye terlanjur melekat di hati para pendukungnya sehingga para pendukung Prabowo masih sulit menerima kekalahan jagoannya.
Baca Juga: Bertemu Jokowi, Sandi Serukan Para Pendukung Berhenti Kecam dan Marahi Prabowo
"Nasi sudah menjadi bubur, Pak Prabowo harus jawab ekspektasi revolusi dan lain-lain yang sudah dijanjikan pada rakyat. Itu tidak mudah. Ini pelajaran buat semua pemimpin agar cerdas dalam bersiasat dan realistis. Kesalahan para pendukung juga ada, mana mungkin anak Menteng memimpin revolusi," kata Andi dalam keterangannya di Jakarta, Minggu (14/7).
Andi mengatakan jargon Prabowo selama kampanye tergolong bombastis. Bombastis itu termasuk pidato-pidato Prabowo selama kampanye Pilpres 2019.
"Ketika Pak Prabowo menyadari bahwa ini cuma pemilu dan merespons kekalahan dengan cara biasa khas pemilu, agak sulit untuk menganulir slogan dan jargon bombastis yang kadung menghiasi pidato tanpa teks di rapat umum yang dilakukan," katanya.
Mantan aktivis mahasiswa ini juga beranggapan, Prabowo cenderung terbawa massa pendukungnya.
"Timbul tenggelam dan cemplung bersama rakyat itu bukan khas slogan dan jargon pemilu. Begitu juga janji tidak berkhianat pada rakyat. Pemilu itu urusan akumulasi suara dan tidak menjanjikan opsi lain di luarnya. Menurut saya, Pak Prabowo sering hanyut dalam histeria massa," jelas dia.
Baca Juga: Akademisi Puji Keteladanan Prabowo Soal Harmoni Bangsa di Atas Rivalitas Politik
Andi menganggap, pertemuan yang memunculkan pro kontra di kalangan pendukung Prabowo disebutnya tak lepas dari aksi-aksi eks capres nomor urut 02 itu selama kampanye pilpres.
"Pemilu, people power dan revolusi itu berbeda, baik cara, tahapan dan cara mewujudkannya. Bahkan, jargon dan slogannya kalau tidak hati-hati bisa ditafsirkan melebih ekspektasi. Menurut saya, Pak Prabowo slogannya selama pemilu terlalu berani. Itulah kenapa sekarang ditagih pendukung," tutup Andi Arief.(Knu)
Baca Juga: PAN dan Demokrat Gabung Koalisi Jokowi, Soetrisno Bachir: Keduanya Banyak Maslahatnya
Bagikan
Berita Terkait
Bukan Oppa K-Pop! Ternyata Inilah Idola Utama Presiden Prabowo Subianto dari Korea Selatan
Prabowo Bantah Takut dengan Jokowi, Minta Rakyat Hormati Mantan Presiden
Prabowo Mau Borong 30 Rangkaian KRL, Jumlah Penumpang Diprediksi Tembus 400 Juta Orang
Prabowo Mau Bayar Utang Whoosh Pakai Uang Sitaan Korupsi, Ekonom: Enggak Bakal Cukup!
Respons Kecelakaan KA Bangunkarta, DPR Ingatkan KAI Target Zero Accident dari Prabowo
Prabowo Mau Tambah Rangkaian KRL, Waktu Tunggu Jadi Lebih Pendek di Jam Krusial
Ternyata, Prabowo Andalkan Duit dari Sini untuk Alokasi Bayar Utang Whoosh
Prabowo Alokasikan Rp 5 Triliun untuk Tambah 30 Rangkaian KRL, ini Respons Komisi V DPR
Prabowo Minta Utang Whoosh Jangan Lagi Dipolitisasi, Tegaskan Bukan Proyek Untung-Rugi
Prabowo soal Utang Whoosh: Enggak Usah Khawatir, Saya Tanggung Jawab Semuanya