Benarkah Tato Bikin Ketagihan? Ini Penjelasan Ilmiahnya


Apa kamu tertarik untuk ditato? (Foto Bustle)
TATO telah menjadi seni yang semakin populer dari tahun ke tahun. Tato permanen pun telah menjadi bentuk ekspresi pribadi yang sudah mulai diterima dengan baik di budaya Timur.
Jika kamu mengenal orang yang memiliki beberapa tato, mungkin kamu pernah mendengar istilah bahwa bikin tato itu nagih. "Sekali bikin, pasti langsung mikirin mau bikin tato apa dan letaknya".
Dilansir dari Healthline, memang tidak asing untuk mendengar adanya adiksi terhadap tato. Bahkan, ada sebuah program TV bernama My Tattoo Addiction pada Channel 4, menampilkan latar belakang dan pengalaman tato orang-orang mulai dari tato yang dibuat saat mabuk, cover-up tato couple dengan mantan, tato taruhan, dan lain-lain.

Meski begitu, tato tidak membuat ketagihan jika disesuaikan dengan definisi klinis dari ketagihan ditato. American Psychiatric Association mendefinisikan 'kecanduan atau ketagihan' sebagian pola penggunaan zat atau perilaku yang tidak mudah untuk dikendalikan dan bisa menjadi kompulsif dari waktu ke waktu.
Zat atau aktivitas yang dianggap adiktif ini biasanya bisa menyebabkan kesulitan berpikir atau melakukan kegiatan lain. Maka dari itu, deskripsi ini dianggap tidak sesuai dengan tato.
Memiliki banyak tato, merencanakan untuk ingin menamabah tato, atau menginginkan tato lagi bukan berarti kamu memiliki adiksi atau kecanduan tato.
Baca juga:
Meski begitu, ketagihan nato bisa jadi disebabkan karena kamu adalah pencinta adrenalin alias adrenaline junkie. Dilansir dari Healthline, tubuhmu akan merilis hormon bernama adrenalin ketika sedang stres.
Nah, rasa sakit yang kamu rasakan dari jarum tato bisa memproduksi hormon yang muncul sebagai reaksi dari stres ini dan memicu ledakan energi tiba-tiba yang disebut sebagai adrenaline rush.

Ciri-ciri adrenaline rush biasanya meliputi detakan jantung yang kencang, rasa sakit yang berkurang, gelisah, merasa lebih kuat dan seolah-olah seluruh indra mu menjadi lebih akurat dan meningkat daripada biasanya.
Biasanya, orang-orang menikmati rasa adrenaline rush ketika mereka pertama kali tato sehingga adrenalin menjadi salah satu alasan orang ingin tato lagi.
Baca juga:
Piercing dan Tato Dianggap Nakal? Ini Tanggapan Mike Marjinal
Beberapa perilaku yang memicu adrenalin seringkali dianggap sebagai perilaku kompulsif atau kegiatan yang berkaitan dengan pengambilan risiko sehingga sering diasosiasikan dengan kata 'kecanduan'.
Meski begitu, belum ada bukti secara ilmiah yang mendukung adanya hal yang disebut sebagai adiksi terhadap adrenalin atau adrenaline addiction.

Jika nambah tato tidak membuatmu merasa tertekan atau membahayakan orang lain, kamu bisa melakukannya dengan sengan hati. (Shn)
Baca juga:
Bagikan
annehs
Berita Terkait
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak

Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
