Atasi Masalah Pertumbuhan Anak dengan Terapi Growth Hormone


Pentingnya memperhatikan dan memaksimalkan pertumbuhan anak (Foto: pixabay/bessi)
PERTUMBUHAN anak menjadi salah satu hal yang sangat diperhatikan para orangtua. Tumbuh kembang si kecil menjadi anak yang pintar dan tubuh yang sehat merupakan dambaan orangtua.
Para orangtua akan mengecek secara berkala tumbuh kembang anak untuk memastikan anak tak mengalami gangguan secara fisik atau mental.
Baca Juga:

Umumnya, para orangtua melihat beberapa faktor, seperti gemuk, kurus, tinggi dan pendek, padahal tumbuh kembang anak tidak hanya itu.
Hal tersebut dipaparkan dokter spesialis anak dan konsultan di Brawijaya Hospital Antasari dr Frida Soesanti, Sp.A (K) pada webinar 'Indikasi Terapi Growth Hormone pada Anak dan Remaja', Minggu (5/6).
"Tidak sekadar perihal pendek, tinggi, dan sebagainya. Karena, anak yang mungkin pada kesehariannya terlihat normal, tapi bisa saja terjadi gangguan pertumbuhan," tutur Frida
Satu hal yang cukup menarik untuk diketahui, jelas Frida, baik dan buruknya pertumbuhan anak rupanya turut dipengaruhi pula oleh kesejahteraan negara tempat anak itu tumbuh.
Dalam hal ini yang dimaksud ialah 'semakin sejahtera suatu negara, growth anak-anaknya akan semakin bagus'. Begitu juga sebaliknya, semakin tidak sejahtera suatu negara, pertumbuhan anak-anak semakin jelek.
Untuk memperbaiki pertumbuhan fisik anak, banyak orangtua yang mulai memanfaatkan terapi growth hormone (GH). GH diproduksi kelenjar pituitari yang terletak jauh di dalam otak. Instruksi untuk memproduksi growth hormone berasal dari bagian tubuh yang lain, seperti hipotalamus.
Apabila terjadi masalah dengan hipotalamus, hipofisis atau hubungan antara keduanya, pelepasan GH akan terpengaruh, hal itu kemudian menyebabkan defisiensi dari GH.
Selain itu, GH juga memiliki fungsi untuk melepaskan hormon lain dan bersifat sebagai pembawa pesan kimia. Seperti memberi tahu hati untuk memproduksi insulin like growth factor 1(IGF-1) yang penting untuk pertumbuhan anak-anak
Baca Juga:

Pada terapi GH, anak masih bisa mengalami pertumbuhan apabila lempeng pertumbuhannya masih terbuka. Hal tersebut didasarkan pada usia tulang. Sementara itu, pada orang dewasa, lempeng pertumbuhannya menutup.
"Anak itu tumbuh karena lempengnya masih terbuka, sedangkan orang dewasa kenapa enggak bisa tambah tinggi? Karena jelas begitu selesai puber, lempeng pertumbuhannya menutup dan enggak akan bisa tambah lagi tingginya," ujar Frida.
Frida mengatakan deteksi kelainan pertumbuhan sebenarnya bisa terlihat pada perawakan anak yang pendek. Dia menegaskan deteksi dini akan lebih baik.
"Deteksi kelainan pertumbuhan untuk perawakan pendek pada anak itu makin cepat makin bagus. Seperti halnya pasien yang diterapi pada usia 10 tahun dengan yang diterapi mulai dari 5 tahun. Mereka yang diterapi umur 5 tahun akan jauh lebih bagus daripada yang ditangani di umur 10 tahun. Jadi, lebih cepat mendeteksinya akan lebih baik," tuturnya.
Untuk mendeteksi kelainan pertumbuhan, langkah pertama yang bisa dilakukan, yakni mengukur berat badan dan tinggi badan di dalam plot kurva. "Kemudian yang kedua pada plot tinggi badan potensi genetik," jelas Frida. (Ryn)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Datangi Polda Metro, KPAI Kawal Ratusan Anak yang Ditangkap Saat Demo 25 Agustus

Aksi Anak-anak Ikuti Karnaval Meriahkan HUT ke-80 Kemerdekaan RI di Jakarta

Kisah Pilu Bocah Sukabumi Meninggal Akibat Cacing, Pemerintah Akui Layanan Kesehatan Masih Pincang

Ingat Ya Bunda! Beri Makan Anak Jangan Hanya Fokus Pada Nasi dan Mie

Pelaku Pelecehan Penumpang Anak Citilink Terancam 15 Tahun Bui, Kondisi Korban Masih Trauma

Anak di Bawah Umur di Cianjur Diperkosa 12 Orang, Polisi Harus Gerak Cepat Tangkap Buron

1 dari 5 Anak di Indonesia Tumbuh Tanpa Peran Ayah

Mengintip Aksi 2.200 Anak Juggling Bola Meriahkan Pembukaan Piala Presiden 2025

Melihat Pameran Kids Biennale Indonesia 2025 Bertajuk Tumbuh Tanpa Takut di Galeri Nasional

Anak Tantrum Saat Smartphone Diambil, Ini Yang Bisa Dilakukan
