WHO: Penyakit Menular Tropis di Indonesia Masih Tinggi

Soffi AmiraSoffi Amira - Rabu, 06 Maret 2024
WHO: Penyakit Menular Tropis di Indonesia Masih Tinggi

Perwakilan WHO untuk Indonesia, Momoe Takeuchi, saat berpidato dalam acara Peringatan Hari NTD's Sedunia 2024 di Jakarta, Rabu (6/3). Foto: ANTARA/Andi Firdaus

Ukuran:
14
Font:
Audio:

MerahPutih.com - Perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Indonesia, Momoe Takeuchi menyebutkan, Indonesia masih menghadapi beban penyakit menular tropis yang tinggi. Meskipun sudah ada upaya untuk mencegah, mengendalikan, serta menyediakan pengobatan yang efektif.

"Penyakit tropis terabaikan menyebabkan tingginya angka kesakitan, kecacatan, dan stigma, terutama mempengaruhi populasi yang paling miskin dan marjinal, termasuk anak-anak, perempuan, dan lansia," kata Momoe, Rabu (6/3).

Baca juga:

WHO Peringatkan Dunia Bersiap Hadapi Penyakit X

Secara global, kata Momoe, ada 21 Penyakit Tropis Terabaikan (Neglected tropical diseases/NTD) yang disebabkan oleh berbagai patogen, termasuk virus, bakteri, protozoa, dan cacing parasit.

"Sebelas dari penyakit tersebut dapat ditemukan di Indonesia," katanya.

Ia mengatakan, upaya memerangi NTD sangat penting untuk mencapai cakupan kesehatan semesta dan memastikan hak setiap orang untuk sehat terpenuhi.

Bersamaan dengan penyakit yang sangat menular seperti demam berdarah dan tuberkulosis, Indonesia juga berjuang dalam mengeliminasi dan memberantas NTD, seperti filariasis, kecacingan, schistosomiasis (demam keong), kusta, dan frambusia.

Penyakit lain seperti skabies, rabies, dan gigitan ular berbisa, juga memengaruhi kesehatan masyarakat dan memerlukan perhatian otoritas berwenang.

Pada Hari NTDs Sedunia 2024, kata Momoe, WHO mengajak semua orang, termasuk pemimpin, pejabat pemerintah, dan masyarakat, untuk bersatu, bertindak, dan mengeliminasi NTD di dunia.

"Kami juga mengajak untuk berinvestasi dengan berani dan berkelanjutan untuk membebaskan sekitar 1,6 miliar orang di komunitas paling rentan di dunia dari lingkaran setan penyakit dan kemiskinan yang berkepanjangan," katanya.

Di Indonesia sendiri, WHO mendorong para pemimpin tingkat nasional dan daerah untuk memberantas frambusia di seluruh negeri, yang saat ini dilaporkan kurang dari 50 kasus pada 2023.

Baca juga:

Pentingnya Deteksi Dini Penyakit Jantung Katup

Indonesia berjuang memberantas NTD. Foto: Unsplash/ Elena Mozhvilo
Indonesia berjuang memberantas NTD. Foto: Unsplash/ Elena Mozhvilo

Selain itu, WHO mendorong upaya mengeliminasi schistosomiasis (demam keong) yang saat ini hanya terdapat di 28 desa serta mengeliminasi kusta dan filariasis pada 2030.

"Untuk mencapai target ini kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan dan memastikan akses ke sumber daya kesehatan seperti obat-obatan, perlengkapan diagnosis, dan vaksin sangatlah penting," katanya.

WHO mengapresiasi Pemerintah Indonesia atas kepemimpinannya yang kuat dalam menerapkan pendekatan verifikasi eliminasi subnasional untuk memverifikasi upaya eliminasi dari desa hingga provinsi.

Kemudian, WHO siap untuk mensertifikasi eliminasi dan pemberantasan di tingkat nasional. Pendekatan ini telah diakui oleh negara-negara lain, kata dia, khususnya negara besar seperti Indonesia.

"Hari ini saya mengucapkan selamat kepada 99 kabupaten/kota yang telah diverifikasi bebas dari frambusia dan tiga kabupaten yang telah mengeliminasi filariasis," katanya.

WHO pun mengajak seluruh elemen masyarakat di Indonesia untuk merayakan kesuksesan tersebut dan mendorong kabupaten/kota lain untuk menerapkan strategi serupa pada daerah yang sukses mengeliminasi frambusia.

"WHO berkomitmen untuk mendukung Indonesia dalam mencapai target SDGs untuk mengakhiri epidemi NTD dan penyakit menular lainnya pada 2030," katanya.

Peringatan Hari NTD's Sedunia 2024 digelar di Jakarta itu dihadiri Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, bupati, wali kota, dan perwakilan kabupaten/kota, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Maxi Rondonuwu, serta seluruh ketua tim kerja dan pengelola program NTD nasional, provinsi kabupaten/kota.(*)

Baca juga:

Pentingnya Memahami X, Bukan Penyakit tapi Konsep

#Kesehatan #WHO #Penyakit Menular
Bagikan
Ditulis Oleh

Soffi Amira

Berita Terkait

Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Indonesia
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Irma mendorong BPJS Kesehatan untuk bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 28 Agustus 2025
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Indonesia
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Presiden Prabowo juga menargetkan membangun total 500 rumah sakit berkualitas tinggi sehingga nantinya ada satu RS di tiap kabupaten dalam periode 4 tahun ini.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Indonesia
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Presiden Prabowo yakin RS PON Mahar Mardjono dapat menjadi Center of Excellence bagi RS-RS yang juga menjadi pusat pendidikan dan riset, terutama yang khusus berkaitan dengan otak dan saraf.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Indonesia
Ribuan Anak Terancam Otak Keropos Akibat Cacingan! Pahami 4 Langkah Mudah Lindungi Buah Hati dengan Konsep WASHED
Per 2021, masih ada 26 kabupaten dan kota dengan prevalensi kecacingan di atas 10%.
Angga Yudha Pratama - Jumat, 22 Agustus 2025
Ribuan Anak Terancam Otak Keropos Akibat Cacingan! Pahami 4 Langkah Mudah Lindungi Buah Hati dengan Konsep WASHED
Indonesia
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Riza Chalid, selaku pemilik manfaat PT Orbit Terminal Merak, merupakan salah satu dari delapan tersangka baru dalam kasus korupsi tata kelola minyak mentah
Angga Yudha Pratama - Jumat, 22 Agustus 2025
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Lainnya
Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke
Vertigo merupakan istilah medis yang digunakan untuk menyebut sensasi seolah-olah lingkungan di sekitar penderita terus berputar dan biasanya disertai rasa pusing.
Frengky Aruan - Kamis, 21 Agustus 2025
Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke
Bagikan