Wayang Sukaruga, Si Unik yang Penuh Filosofi
Wayang Sukuraga khas Sukabumi. (Foto: instagram.com/fendisukuraga)
ADA banyak nilai-nilai yang terkandung dalam budaya kita. Keluhuran budi dan kecintaan terhadap sesama merupakan ciri dari setiap hasil karya para pendahulu. Salah satunya ada pada kebudayaan wayang.
Wayang merupakan representasi dari kehidupan manusia dengan perilaku baik dan buruknya. Nah, buat penggemar wayang tentu sudah tahu tentang wayang Sukuraga, kan?
Wayang Sukuraga merupakan inovasi budayawan serta pekerja seni di Kota Sukabumi, Jawa Barat. Kini menjadi salah satu kekayaan budaya Indonesia yang keberadaannya harus dipertahankan.
1. Anggota tubuh manusia
"Wayang Sukuraga ini hanya ada satu di Indonesia yakni di Kota Sukabumi, Jawa Barat. Uniknya seni kebudayaan ini adalah bentuk wayangnya menampilkan anggota tubuh manusia mulai dari kuping, hidung, telinga, tangan, mata, kaki dan lainnya," kata Anggota Satuan Tugas Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Bambang Eryudawan di Sukabumi seperti dikutip Antara.
Wayang Sukuraga ini unik dan tentunya menarik untuk dilihat serta mempunyai filosofi dalam melakukan syiar karena dalam wayang sudah jelas fungsi-fungsi anggota tubuh dan peranannya masing-masing.
Konten yang dibawakan oleh dalangnya pun menarik sehingga ini harus menjadi kekayaan budaya Indonesia yang keberadaannya harus dijaga dan bisa diturunkan secara turun menurun.
2. Wayang Sukaruga menjaga ketahanan budaya Indonesia
Wayang Sukuraga yang mengangkat akar budaya dan kesenian daerah ini bisa mejaga keutuhan, jati diri, ketahanan kebudayaan Indonesia. Maka dari itu, Bekraf sendiri akan memberikan bantuan dan dorongan dari inisiatif-inisiatif yang memang sungguh-sungguh mempunyai track record yang mempunyai potensi untuk menghasilkan sesuatu kegiatan.
Wayang Sukuraga ini tidak hanya sebatas penapilan kebudayaan dan kesenian saja, tetapi juga merupakan salah satu ekonomi kreatif.
3. Wayang Sukuraga menggali potensi diri
Sang inovator Wayang Sukuraga Efendi mengatakan seni ini mulai ditampilkan sejak 1996 lalu dan menjadi ikon wayang khas Kota Sukabumi. Bahkan, ia dan timnya sudah melanglang buana ke berbagai negara selain untuk menampilkan juga mengenalkan karyanya tersebut.
Filosofi dari wayang ini adalah agar manusia mengenal diri dan menggali potensinya masing-masing. Seperti tangan, sebab anggota tubuh ini harus bisa beraktivitas untuk membuahkan hasil.
"Maknanya wayang ini untuk mengingatkan manusia agar dalam kehidupannya tidak hanya mencari duniawinya saja, tetapi akhirat pun dapat," katanya. (*)
Baca juga berita lainnya dalam artikel: Wisata Sejarah Papua Barat, Melihat Tank-Tank Peninggalan Perang Dunia II di Dalam Hutan
Bagikan
Berita Terkait
Peringatan Hari Wayang, Fadli Zon: Ekosistem Kebudayaan Harus Jalan
Pelawak Kirun Menangis kala Melayat ke Rumah Duka Ki Anom Suroto
Legenda Wayang Tanah Air Anom Suroto Meninggal, Kiprah Mendalang hingga Keliling Dunia
Mengenal Wayang Garing, Kesenian asal Banten yang Terancam Punah
Menikmati Sanggar Wayang Golek Gending Pusaka Putra Kota Bandung
Peringatan 70 Tahun Srimulat: Dari Pameran Wayang Golek hingga Launching Buku
Temui Komunitas Dalang di Sukoharjo, Anies Ngaku Hanya Silaturahmi dan Tukar Pikiran
Revalitasi Situ Gede untuk Konservasi
Masjid Raya Al Jabbar, Masjid Apung Rancangan Ridwan Kamil
Mengenang Gregory Churchill, Ahli Hukum Asal Amerika Serikat Pencinta Wayang Nusantara