Warga Berebut Air Bekas Jamasan Kereta Keramat Keraton Yogyakarta


Abdi dalem menjamas kereta kencana Keraton Jogja (MP/Teresa Ika)
KERATON Yogyakarta menggelar ritual jamasan (pembersihan) benda-benda pusaka pada Selasa (17/10). Jamasan dilakukan di tiga tempat yakni di dalam Keraton Yogyakarta dan di Museum Kereta. Sejak pagi ratusan warga dan wisatawan tampak memenuhi halaman Museum Kereta untuk melihat prosesi pembersihan kereta keramat.
Tak beberapa lama kemudian para Abdi dalem segera mengeluarkan dua kereta keramat yakni Kanjeng Nyai Jimat dan Nyai Manik Retno ke halaman Museum Kereta. Keduanya segera di jamas di tempat terpisah.
Usai dibersihkan, abdi dalem membagikan air bekas mencuci kereta. Warga berebut dengan memberikan botol kosong untuk diisikan dengan air bekas tersebut. Mereka saling dorong dan hendak merubuhkan pagar yang membatasi antrian penonton dengan tempat upacara. Bahkan beberapa ada yang menerobos kerumuman warga agar bisa mendapatkan air bekas mencuci kereta tersebut.

Salah seorang warga , Sri Wardiah (60) mengatakan ia percaya air bekas jamasan bisa mendatangkan kedamaian dan ketentraman dalam hidupnya. Maka, pagi-pagi sekali, ia rela mengendarai motor jauh-jauh dari rumahnya di Kecamatan Kasihan, Bantul untuk bisa lokasi jamasan.
"Saya sudah beberapa kali ke sini. Air ini saya mau taru ke sumur rumah. Saya sudah merasakan air ini membuat keluarga jadi tentram, jarang ribut karena konflik," tutur wanita tiga anak ini.

Sementara Sutikno (51), warga lainnya percaya air bekas jamasan ini bisa meningkatkan hasil panen di sawahnya. Setiap tahun, ia selalu rutin datang ke prosesi jamasan bersama istrinya. "Mau saya sebar ke sawah. Percaya atau tidak, sawah saya jadi tahan wereng dan hama lainnya. Lalu hasil panennya lebih melimpah," tutur pria yang berprofesi sebagai petani di daerah Pandak, Bantul.
Jamasan Kereta dimulai sekitar pukul 10.00 WIB dan berakhir sekitar pukul 11.30 WIB. Kereta Kanjeng Nyai Jimat merupakan kereta tertua yang dimiliki Keraton Yogyakarta. Kereta Dibeli dari Belanda tahun 1800 pada jaman pemerintahan Hamengku Buwono I. Sementara Nyai manik Retno dibuat pada 1815. Kereta ini dipakai sejak masa Hamengkubuwono IV sebagai kereta pesiar atau kereta untuk pergi bertamasya keliling keraton. (*)
Berita ini merupakan laporan Teresa Ika, kontributor Merahputih.com, untuk wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. Anda juga bisa baca Warga Yogyakarta Gelar Kenduri Rayakan Pelantikan Gubernur DIY.
Bagikan
Berita Terkait
KAI Daop 6 Yogyakarta Layani 219.400 Penumpang Selama Long Weekend Maulid Nabi

Polisi Diminta Usut Tuntas Kematian Mahasiswa Amikom, Bonnie Triyana: Tidak Ada Alasan yang Membenarkan Kekerasan Aparat Terhadap Pengunjuk Rasa

GEMFest 2025 Berhasil Menyulap Kesenian Gamelan Jadi Gemerlap dan Kekinian

Pesisir Medan Berpotensi Banjir 22-28 Agustus, Hujan Lebat Akan Guyur DIY

Saat Libur Peringatan HUT ke-80 RI, Daop 6 Yogyakarta Alami Kenaikan Penumpang 5,5 Persen

85.792 Wisatawan Mancanegara Naik Kereta Api Selama Juli 2025, Yogyakarta Jadi Tujuan Tertinggi

Viral, Driver Ojol Dikeroyok karena Telat Antar Kopi, Ratusan Rekan Geruduk Rumah Customer

Film Dokumenter 'Jagad’e Raminten': Merayakan Warisan Inklusivitas dan Cinta dari Sosok Ikonik Yogyakarta

Kapan Malam 1 Suro 1959? Ini Tanggal dan Makna Spiritualnya

Libur Panjang, KAI Commuter Yogyakarta Tambah 4 Perjalanan Jadi 31 Trip Per Hari
