Utang Luar Negeri Turun karena Negara Banyak Lakukan Pembiayaan
Ilustrasi uang rupiah dan dolar Amerika Serikat (Foto AntaraFoto/Akbar Nugroho Gumay)
MerahPutih Keuangan - Direktur Eksekutif Departemen Statistik Bank Indonesia Hendy Sulistiowati mengatakan penurunannya utang luar negeri Indonesia sebesar US$2,1 miliar dari kuartal II-2015 sampai dengan Kuartal III-2015. Hal ini sebabkan sebagian besar swasta dan publik megalami turun karena kegiatan ekonomi serta konsumsi rumah tangga juga ikut melambat.
"Otomatis produksi kegiatan usaha melambat karena disebabkan banyak net outflow lebih banyak bayar daripada utang jadi posisi otomatis akan turun," kata Hendy Sulistiowati saat ditemui di Kantornya, Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Jumat (20/11).
Hendy menambahkan proyeksi pada tahun 2016 akan terus meningkat, jadi kemungkinan capital jangka pendek akan naik lagi pertumbuhannya.
"Hal ini karena ini digunakan untuk modal kerja perusahaan terutama pada perusahaan pengolahan jadi kalau ekonomi membaik dia otomatis semuanya akan membaik," jelasnya.
Menurut Hendy, selama ini utang dianggap jelek, utang luar negeri lebih berpengaruh pada kegiatan ekonomi. Seperti kegiatan produksi pengembangan investasi di sektor pengolahan pertambangan, listrik, gas, air minum, komunikasi dan perdagangan.
"Untuk itu, banyak dari perusahaan melakukan kegiatan utang luar negeri untuk melakukan pembiayaan di kegiatan pengolahan seperti sektor pengolahan, seperti pertambangan, listrik, gas, air minum, komunikasi dan perdagangan," tuturnya.
Oleh karena itu, tambahnya, faktor menurunnya Utang Luar Negeri bukan satu-satunya indikator ekspor impor sedang menurun. Kalau dilihat utang itu perusahaan-Perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) afiliasi antara lain disebabkan perlambatan ekspor dan impor.
"Karena PMA ini ada yang impor bahan baku misal industri otomotif dia impor dari Jepang kalo penjualan turun gak perlu impor banyak. kita liat Kuartal II-2015 sampai Kuartal III-2015 turun cukup signifikan dari 7,6% persen menjadi 7,1%. Sedangkan utang dagang dari 3,8 menjadi 3%, terangnya.(abi)
Baca Juga:
- Setahun Jokowi-JK, Utang Luar Negeri Turun US$2,1 Miliar
- Bank Nasional Ngutang ke Tiongkok, DPR Panggil 3 Dirut Bank Nasional
- Lelang Obligasi Ritel, Pemerintah Targetkan Utang Rp20 Triliun
- Hindari Utang, Ekonom Indef Tawarkan Dua Opsi ke Pemerintah
- Kedatangan Direktur IMF Tak Berarti Indonesia Kembali Berutang
Bagikan
Berita Terkait
Target RUU Redenominasi Rupiah Rampung 2027, BI Tegaskan Butuh Persiapan Matang
Surat Utang Global Bikin Cadangan Devisa Meningkat
Banyak yang Belum Tahu, Ingat Transaksi QRIS di Bawah Rp 500 Ribu Gratis Biaya Admin
Ekspor Dinilai Bagus, Tapi Ekonomi Indonesia Hanya Tumbuh 5,5 Persen
Legislator NasDem Rajiv Mangkir dari Panggilan KPK, Pemeriksaan Bakal Dijadwalkan Ulang
Ramai Bantahan Jumlah Dana Pemda Mengendap, Menkeu Purbaya Lempar Tanggung Jawab ke BI
Bantah APBD Jabar Parkir di Bank, Dedi Mulyadi Pegang Bukti Menkeu Pakai Data Lama dari BI
BI Tahan Suku Bunga Acuan, Perang Tarif AS Bikin Ekonomi Dunia Melemah
Utang Luar Negeri Pemerintah Meningkat 6,7 Persen, Begini Peruntukannya
Cadangan Devisa RI Turun Rp 33 T, BI Jamin Masih Aman Buat Bayar Utang Luar Negeri 6 Bulan