Tradisi Hantaran Lebaran Pra dan Pasca-Kolonial

Muchammad YaniMuchammad Yani - Rabu, 12 Mei 2021
Tradisi Hantaran Lebaran Pra dan Pasca-Kolonial

Parcel atau yang kini disebut parcel sudah menjadi tradisi. (Foto: unsplash Dmitry Mashkin)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MASYARAKAT Indonesia memiliki tradisi mengirimkan hantaran atau hantaran kepada kerabat, handai tolan, tetangga, ataupun kepada yang membutuhkan. Tradisi ini biasa dilakukan jelang hari raya, misalnya Idulfitri.

Sejarawan kuliner Universitas Padjadjaran (Unpad) Fadly Rahman menilai, tradisi ini selain sebagai wujud belas kasih, juga menjadi bagian dalam sejarah perjalanan panjang bangsa Indonesia.

Dari sisi sejarahnya, tradisi mengirimkan hantaran dipengaruhi oleh dua masa kebudayaan, yaitu prakolonial serta kebudayaan kolonial. “Tradisi ini memang khas menunjukkan kerukunan masyarakat agraris di Nusantara,” ujar Fadly, Selasa (11/5).

Baca juga:

Literasi Penananganan Sampah Medis Perlu Ditingkatkan

Di masa prakolonial, tradisi mengirimkan hantaran banyak dilakukan masyarakat pada hari yang memiliki momen khusus, seperti ketika hari raya panen hingga hari raya keagamaan. Hantaran diberikan kepada antar tetangga sebagai bentuk ekspresi raya syukur atas limpahan hasil pangan.

Tidak hanya antar tetangga, tradisi ini juga dilakukan masyarakat agraris kepada pihak kerajaan. Di hari raya, rakyat biasa mengirimkan upeti kepada kerajaan berupa makanan dan bahan pangan sebagai bentuk syukur kepada penguasa.

Direktorat Sumber Daya Manusia Universitas Padjadjaran memberikan bingkisan lebaran kepada seluruh tenaga kependidikan Unpad, Jumat (7/5). (Foto: Humas Unpad)
Direktorat Sumber Daya Manusia Universitas Padjadjaran memberikan bingkisan lebaran kepada seluruh tenaga kependidikan Unpad, Jumat (7/5). (Foto: Humas Unpad)

Fadly menuturkan, jenis makanan yang menjadi hantaran di masa prakolonial berupa kudapan tradisional, seperti rengginang, dodol, dan wajit yang beken di kalangan masyarakat lokal.

Seiring masa kolonial masuk, tradisi ini tetap dipertahankan oleh masyarakat, tetapi ada dinamika di dalamnya.

Fadly menjelaskan, dinamika terlihat dari wujud makanannya. Pada masa ini, kudapan yang berasal dari benua Eropa mulai menjadi hantaran selain kudapan lokal. Sebut saja jenis kue nastar, kastengel, hingga putri salju.

Baca juga:

Deretan Tradisi setelah Lebaran Ini Ternyata Berpahala Besar

“Dulu kue-kue yang dibuat keluarga Eropa dijadikan hantaran antar kaum priyayi. Masyarakat Muslim kalangan priyayi pada masa lalu itu menerima hantaran dari orang Eropa,” paparnya.

Aneka kue kolonial tersebut tetap eksis menjadi kudapan khas hari raya hingga saat ini berkat resep yang diwariskan turun temurun.

Lebih lanjut Fadly menuturkan, makanan sangat identik dalam perayaan hari raya keagamaan. Pada zaman dahulu, sajian makanan pada hari raya keagamaan bersifat sakral.

“Baik Islam, Hindu, dan agama lokal memiliki tradisi yang menempatkan makana sebagai suatu makna simbolis dan sakral,” ujarnya.

Dikatakan sakral, makanan yang disajikan merupakan representasi simbolis dari kondisi geografis masa lalu. Saat itu, masyarakat Nusantara dikenal sebagai masyarakat agraris, sehingga makanan yang dibuat pun diambil dari bahan pangan yang ada.

Mengirim parcel lebaran merupakan sebuah tradisi. (Foto: Antara/Oky Lukmansyah)
Mengirim parcel lebaran merupakan sebuah tradisi. (Foto: Antara/Oky Lukmansyah)

Ia mencontohkan, tradisi ketupat pada hari raya Lebaran banyak dipengaruhi oleh kebudayaan agraris Nusantara. Tradisi ini mengadopsi tradisi masyarakat Hindu-Bali, di mana ketupat dibuat beras dan janur kelapa, dua bahan makanan yang identik dengan sumber pangan di Nusantara saat itu.

Selain itu, tradisi sajian makanan di hari raya atau momen akbar lainnya merupakan satu bentuk pengejawantahan terhadap rasa syukur masrakat atas karunia dari Yang Mahakuasa. Hal ini diperkuat dengan analisis yang sudah dilakukan para ahli sejarah sejak masa kolonial.

Ahli sejarah, kata Fadly, melihat bahwa budaya-budaya simbolis seperti tumpeng dan ketupat merupakan warisan dari tradisi agraris di dalam budaya Hindu-Jawa sebagai bentuk manifestasi syukur terhadap Yang Mahakuasa.

Fadly menyimpulkan, Lebaran maupun momen hari raya keagamaan di Indonesia juga berperan penting dalam menjaga pusaka kuliner warisan masa lalu. “Momen ini yang bisa membuat kuliner masa lalu bisa tetap bertahan dan disukai masyarakat kita,” katanya. (Iman Ha/Jawa Barat)

Baca juga:

Ide 'Hampers' Ramadan yang Ramah Lingkungan

#Lebaran #Tradisi
Bagikan
Ditulis Oleh

Muchammad Yani

Lebih baik keliling Indonesia daripada keliling hati kamu

Berita Terkait

Tradisi
Tradisi Yaa Qowiyyu Klaten, Ribuan Warga Berebut Gunungan Apem
Tradisi sebaran apem Yaa Qowiyyu merupakan peninggalan leluhur yang perlu dilestarikan.
Ananda Dimas Prasetya - Sabtu, 09 Agustus 2025
Tradisi Yaa Qowiyyu Klaten, Ribuan Warga Berebut Gunungan Apem
Indonesia
Tradisi Murok Jerami Desa Namang Resmi Diakui Jadi Kekayaan Intelektual Khas Indonesia
Tradisi Murok Jerami digelar setelah panen padi.
Wisnu Cipto - Selasa, 29 April 2025
Tradisi Murok Jerami Desa Namang Resmi Diakui Jadi Kekayaan Intelektual Khas Indonesia
Indonesia
Pakai Drone Thermal, Rata-Rata Respons Situasi Darurat Basarnas 2 Kali Lebih Cepat Jadi 15,7 Menit
Saat lebaran 2024 lalu, Basarnas mencatatkan rata-rata waktu respons untuk kondisi darurat, baik di darat maupun perairan mencapai 30 menit atau setengah jam.
Wisnu Cipto - Rabu, 23 April 2025
Pakai Drone Thermal, Rata-Rata Respons Situasi Darurat Basarnas 2 Kali Lebih Cepat Jadi 15,7 Menit
Indonesia
Menhub Sebut Kebijakan WFA Ubah Pola Mudik Lebaran 2025
Setelah penerapan WFA, terjadi perubahan pola pergerakan pada H-10 sampai dengan H+2 Lebaran.
Dwi Astarini - Rabu, 23 April 2025
Menhub Sebut Kebijakan WFA Ubah Pola Mudik Lebaran 2025
Tradisi
Kenapa Kita Halalbihalal sepanjang Bulan Syawal? Ini Asal-Usul dan Sejarahnya yang Jarang Diketahui
Cari tahu sejarah lengkap tradisi halalbihalal di Indonesia! Dari gagasan elite politik hingga budaya silaturahmi yang mengakar, semua terangkum dalam penelusuran sejarah yang menarik dan informatif.
Hendaru Tri Hanggoro - Kamis, 17 April 2025
Kenapa Kita Halalbihalal sepanjang Bulan Syawal? Ini Asal-Usul dan Sejarahnya yang Jarang Diketahui
Indonesia
H-1 Lebaran, Mantan Artis Sekar Arum Masukkan Uang Palsu Rp 10 ke Kotak Amal Istiqlal
Mantan artis drama kolosal itu ternyata sempat beramal di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat menggunakan uang palsu sebesar Rp 10 juta jelang lebaran, tepatnya H-1 lebaran.
Wisnu Cipto - Rabu, 16 April 2025
H-1 Lebaran, Mantan Artis Sekar Arum Masukkan Uang Palsu Rp 10 ke Kotak Amal Istiqlal
Indonesia
Selama Angkutan Lebaran 2025 PT KAI Daop 6 Amankan Barang Senilai Rp 287 Juta
Sistem Lost and Found milik KAI menjadi wujud nyata kepedulian perusahaan terhadap keamanan dan kenyamanan pelanggan.
Alwan Ridha Ramdani - Minggu, 13 April 2025
Selama Angkutan Lebaran 2025 PT KAI Daop 6 Amankan Barang Senilai Rp 287 Juta
Berita Foto
Pekerja Kantoran Mulai Kembali Bekerja usai Libur Lebaran di Kawasan Perkantoran Jakarta
Suasana pekerja kantoran saat jam pulang kerja di Trotoar Jalan Sudirman-Thamrin, Kawasan Senayan, Jakarta, Rabu (9/4/2025).
Didik Setiawan - Rabu, 09 April 2025
Pekerja Kantoran Mulai Kembali Bekerja usai Libur Lebaran di Kawasan Perkantoran Jakarta
Berita Foto
Kemacetan Lalu-Lintas Jakarta Hari Pertama Kerja usai Libur Lebaran
Suasana kemacetan lalu lintas saat pulang kerja di Kawasan Senayan, Jakarta, Selasa (8/4/2025).
Didik Setiawan - Selasa, 08 April 2025
Kemacetan Lalu-Lintas Jakarta Hari Pertama Kerja usai Libur Lebaran
Indonesia
Kendaraan Pemudik Lewat Gerbang Tol Ngemplak Boyolali Naik 72,06 Persen Selama Arus Mudik dan Balik
Untuk peningkatan lalu lintas kendaraan tertinggi terjadi pada H+2 atau tanggal 3 April 2025 yakni sebanyak 23.777 kendaraan.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 08 April 2025
Kendaraan Pemudik Lewat Gerbang Tol Ngemplak Boyolali Naik 72,06 Persen Selama Arus Mudik dan Balik
Bagikan