Tiongkok Lebih Pilih TikTok Ditutup Daripada Dijual ke AS
Pemerintah Tiongkok dikabarkan lebih memilih TikTok ditutup dibanding dijual ke Amerika Serikat (Foto: pixabay/nikuga)
TIONGKOK bisa memberikan pengaruh lain dalam upaya TikTok untuk mengamankan masa depannya di Amerika Serikat. Menurut laporan Reuters, pejabat di negara tersebut menentang penjualan dan lebih suka melihat aplikasi TikTok dilarang, daripada dijual ke perusahaan AS.
Laporan itu menyebutkan bila ada tiga orang yang mengetahui langsung tentang masalah itu. Lapiran tersebut mengatakan "Pejabat Tiongkok percaya penjualan paksa akan membuat ByteDance dan Tiongkok tampak lemah dalam menghadapi tekanan dari Washington."
Baca Juga:
Instagram Uji Coba Tiga Desain Layout Baru
Kabar tersebut datang hanya beberapa hari sebelum tenggat waktu yang ditentukan Donald Trump, yakni hingga 15 September 2020 untuk TikTok menemukan rumah baru dengan perusahaan AS.
Para ahli mengatakan tidak mungkin kesepakatan bisa terwujud secepat itu. Namun, Donald Trump mengatakan bahwa dia tidak akan memperpanjang tenggat waktu.
Hal-hal rumit lainnya yakni aturan perdagangan baru di Tiongkok, yang bisa mencegah pembeli memperoleh algoritme rekomendasi TikTok.
Reuters melaporkan, bahwa Tiongkok siap menggunakan kebijakan tersebut untuk menunda kesepakatan apa pun yang dicapai oleh ByteDance.
Saat ini TikTok telah mendapat tawaran dari Oracle, Microsoft dan Walmart. Pemilik TikTok, ByteDance, dilaporkan tengah mempertimbangkan kesepakatan yang tidak menyertakan algoritme aplikasi.
"Pemerintah Tiongkok tidak pernah menyarankan kepada kami bahwa perusahaan harus menutup TikTok di AS atau pasar lainnya" ujar juru bicara ByteDance dalam sebuah pernyataan, seperti yang dikutip dari engadget.
Sementara itu, Top Eksekutif TikTok saat ini di AS, Vanessa Papas, sebelumnya mengatakan bahwa perusahaan yakin memiliki 'banyak jalan ke depan' yang akan memungkinkan aplikasi tetap berada di AS.
Baca Juga:
Mengintip Canggihnya Kamera Masa Depan, Berkekuatan 3.200 Megapixel
Seperti yang sebelumnya diberitakan, TikTok hampir pasti akan dilarang beroperasi di AS. Kecuali mereka dijual pada perusahaan AS.
Selain itu, tindakan serupa dari AS bukan tidak mungkin diberlakukan ke aplikasi Tiongkok lainnya seperti WeChat dan sebagainya.
"Sangat penting bahwa negara ini tak menggunakan aplikasi yang dibuat di Tiongkok, atau yang bisa mengambil data kita dan menuju server yang ada di Tiongkok," tutur Navarro, Penasihat Donald Trump, seperti yang dikutip dari South China Morning Post.
Lebih lanjut Navarro menjelaskan "Dan sungguh itulah posisi kebijakan yang kami lakukan pada TikTok, lalu akan ada lagi yang lainnya, karena Tiongkok pada dasarnya menuju ke seluruh dunia untuk mencoba mengambil teknologi serta pengaruh."
Peter Navarro menyatakan Washington memang ingin menciptakan sebuah 'tembok besar' antara AS dengan Tiongkok soal transfer data. Hal itu dilakukan agar informasi dari AS tak bocor ke pihak Tiongkok. (Ryn)
Baca juga:
Facebook Seret Pria Penjual Like Instagram Palsu ke Pengadilan
Bagikan
Berita Terkait
DPR Usul Buzzer Bisa Langsung Diusut Tanpa Aduan, Revisi UU ITE Kembali Diungkapkan
Indonesia Resmi Atur Anak di Ruang Digital, Sanksi Bagi Platform Tengah Dirumuskan
Menkomdigi Tegaskan Batas Usia Pengguna Medsos Wajib Dipatuhi, PSE Siap Kena Sanksi
Lirik Lagu 'Dara (Tara Mood)' yang Tengah Viral di TikTok
Larangan Medsos di Australia, Meta Mulai Keluarkan Anak-Anak dari Instagram dan Facebook
Lirik Lagu Dangdut Pacar Lima Langkah, Yang Kembali Naik Daun Karena Tiktok
Buntut Ledakan di SMAN 72 Jakarta, Pramono Kaji Pembatasan Medsos Bagi Siswa
Lirik Lagu 'AEAO' dari Dynamic Duo, Kembali Curi Perhatian hingga Viral di TikTok
Lirik Lagu Viral 'Tor Monitor Ketua (Orang Baru Lebe Gacor)' dari Ecko Show, Juan Reza dan Chesylino
[HOAKS atau FAKTA] : Mark Zuckerberg Sebut, Jika Perang antara AS dan Iran Pecah, Dunia akan Kehilangan Media Sosial Instagram hingga Google