Tidak Bisa Traveling, Tapi Kenapa Kita Semangat Belajar Bahasa Baru?


Selama pandemi orang cenderung untuk lebih banyak belajar. (Foto: Pexels/Leah Kelley)
SELAMA pandemi, orang yang belajar bahasa asing melonjak. Namun, traveling menjadi sulit dan kesempatan kerja juga semakin mengecil, mengapa orang beramai-ramai belajar bahasa asing sekarang?
Selama pandemi awal pada bulan Maret, jumlah pengguna untuk aplikasi pembelajaran bahasa termasuk Duolingo, Memrise dan Rosetta Stone meroket. Demikian menurut data dari perusahaan tersebut. Duolingo melaporkan lonjakan pengguna baru sebesar 300%. Jumlahnya biasanya berkurang selama musim panas, tetapi mengalami lonjakan lain selama masa gelombang pandemi kedua.
Baca Juga:
Pandemi Melonjak, Grammy Awards 2021 Ditunda hingga 14 Maret

Meskipun bahasa Spanyol, Prancis, dan Jerman adalah pilihan yang populer, banyak pengguna juga mencoba berbagai bahasa lain. Penggunaan bahasa Welsh dan Hindi juga melonjak, kebutuhan para pelajar akan kegiatan yang menstimulasi kerja otak, minat budaya dan ikatan keluarga sebagai faktor motivasi. Keingintahuan budaya juga meningkatkan popularitas orang mempelajari bahasa Jepang.
Dari semua upaya yang dilakukan orang di tengah pandemi seperti berkebun, memanggang roti, belajar bahasa asing mungkin tampak seperti pilihan yang aneh. Bagaimanapun, berbagai belahan dunia menerapkan lockdown dengan banyak perjalanan internasional ditutup.
Dan bahkan bagi mereka yang berharap bahwa pembelajaran bahasa dapat meningkatkan prospek karier mereka, pasar kerja tetap tidak stabil, dengan beberapa orang tidak dalam posisi untuk memperbaiki karier. Dalam hal ini, beralih ke bahasa asing mungkin dapat secara unik menghubungkan kita dengan sesuatu yang sudah lama ingin dirasakan kembali.
Baca Juga:
Lonjakan popularitas

“Selama lockdown, kita tidak dapat bepergian, liburan orang-orang dibatalkan. Saya pikir orang-orang setelah liburan yang dibatalkan mungkin merindukan dan ingin merasakan nuansa negara lain di rumah mereka,” kata Vicky Gough, penasihat sekolah untuk British Council, sebuah organisasi Inggris untuk hubungan budaya dan kesempatan pendidikan seperti diberitakan bbc.com (6/1).
Faktor emosional yang lebih dalam mungkin juga berperan. Ketika COVID-19 melanda dunia dan menghancurkan rencana-rencana dalam hidup, beberapa mengambil keputusan untuk mewujudkan tujuan hidup yang telah lama terabaikan.
Survei British Council baru-baru ini tentang pembelajaran bahasa selama pandemi menunjukkan, bagi banyak orang dewasa di Inggris Raya, kurangnya keterampilan bahasa asing menimbulkan penyesalan. Hanya 9% responden yang mengatakan bahwa mereka tetap menggunakan bahasa asing yang mereka pelajari di sekolah, dan 64% berharap mereka melakukannya. Pandemi mungkin telah membukakan kesempatan untuk mengejar minat yang terpendam itu.
Mengasah otak

Selain itu, penelitian menunjukkan, mempelajari bahasa baru dapat merangsang otak dan meningkatkan pemikiran kreatif dan ketangkasan mental, terlepas dari tingkat kemahiran siswa.
"Ini bisa berarti Anda menjadi lebih fleksibel dalam cara berpikir, karena mulai membayangkan mengutarakan sesuatu dengan cara yang berbeda dalam bahasa lain itu," kata Bencie Woll, ahli bahasa di University College London dan salah satu penulis laporan untuk British Akademi tentang manfaat kognitif dari pembelajaran bahasa.
Fleksibilitas dan kreativitas ini bahkan dapat meningkatkan pemahaman kamu tentang bahasa ibu sendiri. Woll menekankan, manfaat ini muncul sebagai hasil dari proses pembelajaran, dan tidak ada kaitannya dengan seberapa cepat seseorang belajar bahas asing. “Ini tidak ada hubungannya dengan menjadi hebat dalam bahasa lain, ini berkaitan dengan mulai mempelajari bahasa lain,” dia menekankan
Di era mesin penerjemahan yang dilakukan robot, dan mengingat dominasi bahasa Inggris sebagai lingua franca global, mungkin mengejutkan bahwa orang masih menghargai gagasan multibahasa. Tetapi mereka yang mulai belajar bahasa untuk pemenuhan diri mungkin akan merasakan manfaat praktisnya juga.
“Kita cenderung berpikir bahwa semua orang di seluruh dunia berbicara bahasa Inggris, terutama dalam bisnis, jadi tidak ada gunanya mempelajari bahasa lain. Namun sebenarnya, kami menemukan bahwa keterampilan bahasa masih dicari oleh pemberi kerja,” kata Pawel Adrjan, ekonom di Lab Indeed Hiring, yang menghasilkan penelitian berdasarkan data dari situs lowongan Indeed.
Baca Juga:

Berdasarkan analisis terhadap 3,5 juta lowongan pekerjaan Indeed untuk Inggris tahun ini, Adrjan menemukan meskipun perbatasan negara ditutup, permintaan untuk orang-orang dengan keterampilan bahasa asing meningkat di sektor-sektor seperti marketing, sales, dan customer service.
Kebutuhan tersebut juga melonjak di sektor pengasuhan anak, dengan peningkatan 40%. Mungkin karena keluarga tidak dapat bepergian dan malah menyewa pengasuh untuk memberikan pelajaran bahasa dari penutur asli. Di bidang pariwisata, perhotelan, dan ritel, permintaan turun, meskipun itu mungkin berubah saat traveling kembali diperbolehkan.
“Fakta bahwa dalam pekerjaan seperti sales dan customer service, keterampilan tersebut telah diminati selama beberapa waktu, menunjukkan bahwa kemampuan berbicara kepada pelanggan dalam bahasa mereka benar-benar penting untuk bisnis. Dan itu kemungkinan akan terus berlanjut, meskipun rapat bisnis diadakan secara langsung atau apakah itu diadakan melalui konferensi video,” lanjut Adrjan.
Beberapa sektor bisnis yang meningkat selama pandemi, seperti layanan streaming film dan TV global dan retail online, juga meningkatkan permintaan penerjemah yang dapat memberikan subtitle, sulih suara, dan deskripsi produk dalam berbagai bahasa.
Tren konten global ini dimulai sebelum pandemi dan kemungkinan akan bertahan lebih lama dari itu, menurut Esther Bond, direktur perusahaan riset global Slator yang berbasis di London, yang mengkhususkan diri dalam industri terjemahan.
Pergeseran yang diinduksi oleh lockdown dari kantor ke acara virtual juga memicu tren baru: perusahaan yang menyediakan penerjemah untuk konferensi online. “Kami telah melihat banyak minat dan pertumbuhan dalam platform yang menawarkan interpretasi jarak jauh dan simultan,” kata Bond. (Aru)
Baca Juga:
Mana yang Lebih Serius, Pasangan via Aplikasi atau yang Langsung Bertemu?
Bagikan
Berita Terkait
Dulu Buku, Kini TikTok! Maudy Ayunda Syok Lihat Transformasi Pendidikan yang Bikin Geleng-Geleng Kepala

Wajib Belajar Bakal Jadi 13 Tahun

Rahasia Belajar ala Ilmuwan Richard Feynman

Jam Belajar Terlalu Pagi Ternyata Bikin Prestasi Akademik Menurun

Portofolio Sarana Penilaian Perkembangan Pembelajaran

Pentingnya Bahasa Inggris dalam Dunia Kerja
