Ternyata Ada 29 Persen Orang Usia Paruh Baya di AS Belum Pernah Menikah

PADA tahun 1950-an, 1960-an, dan 1970-an di AS, orang yang berusia paruh baya (usia 30-49) sebagian besar menikah, dan hampir semua orang pernah menikah atau pernah menikah.

Pada tahun 1970, jika kamu berusia antara 30 dan 49 tahun di AS dan belum pernah menikah, kamu menjadi aneh karena hanya 7 persen orang dewasa paruh baya di sana yang cocok dengan deskripsi tersbut.

Baca Juga:

Tips Anti-Gagal Jalin Asmara Lewat Aplikasi Kencan Online

Hal-hal tersebut secara dramatis berbeda sekarang. Pada tahun 2020, 29 persen orang dewasa paruh baya di AS belum pernah menikah. Demikian menurut laporan Francesca A. Marino dari Bowling Green State University.

Ketika kamu melewati usia 30, atau mungkin sudah lama melewatinya, dan menjadi lajang sepanjang waktu. Pengalaman hidup melajang itu kemungkinan besar akan terasa jauh berbeda ketika mengetahui bahwa sekitar tiga dari setiap 10 orang dewasa seusiamu juga telah melajang seumur hidup, dibandingkan kira-kira kurang dari satu dalam setiap 10 orang.

"Empat belas tahun yang lalu, ketika saya mewawancarai seorang psikoterapis yang bekerja dengan banyak perempuan lajang, dia berkata bahwa tahun-tahun menjelang usia 30 tahun seringkali merupakan tahun-tahun tersulit bagi mereka," pakar lajang Bella DePaulo, PhD yang menulis buku Singled Out.

Academic Affiliate dalam Psychological & Brain Sciences di University of California, Santa Barbara, AS ini mengatakan, kala itu perempuan lajang yang bahagia tetap memiliki pengalaman menjengkelkan yang masih terdengar akrab terdengar akrab hingga hari ini.

“Beberapa perempuan merasa bahwa tidak ada yang mempercayai mereka jika mereka mengatakan bahwa mereka senang melajang. 'Kamu hanya bersikap defensif!' Sulit untuk merasa didukung dan diteguhkan sebagai perempuan lajang di usia 30 tahun,” tulisnya dalam arikel Psychology Today (17/6).

Baca Juga:

Pantang Lakukan Hal ini saat Baru Pacaran

Menurutnya, batasan 30 tahun masih dipatok bagi sebagian orang lajang yang ingin menikah, tapi dia melihat tanda-tanda batasan tersebut bergeser, dan usia 40 tahunlah yang sekarang tampak sangat berarti.

Beberapa orang menjalani kehidupan terbaik mereka dengan menjadi lajang. Begitulah cara mereka merasa paling otentik dan paling puas. "Saya menyebut mereka single at heart," kata DePaulo.

Begitu konsep tersebut diketahui lebih luas, orang-orang yang benar-benar paling mungkin berkembang dengan hidup lajang akan terhindar dari rasa sakit. Karena mereka berpikir ada yang salah dengan diri mereka dan menghabiskan puluhan tahun kehidupan dewasa mencoba menjadi seseorang yang bukan diri mereka.

Pada saat yang sama, orang-orang yang sangat tertarik pada kehidupan berpasangan dapat terus menempuh jalan hidup itu. Status hubungan romantis akan menjadi sesuatu yang lebih dekat dengan pilihan, dan bukan tuntutan budaya.

Ada batasan dan hambatan dalam kehidupan setiap orang, beberapa orang lebih dari yang lain, jadi tidak ada yang benar-benar bebas untuk hidup persis seperti yang mereka pilih.

Namun, mengurangi tekanan budaya untuk mengatur hidup berdasarkan pencarian pasangan romantis adalah langkah besar untuk membebaskan orang untuk hidup secara otentik. (aru)

Baca Juga:

Penelitian Terbaru Ungkap Banyak Jomlo Bahagia